BAB I
PENDAHULUAN
Al Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengandung petunjuk bagi umat manusia. Al Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak diturunkan hanya untuk umat atau suatu umat masa tertentu, tetapi untuk seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang masa. Karena universalitas Al Qur’an melingkupi seluruh aspek kehidupan umat manusia dan ditujukan kepada seluruh pranata sosial. Baik mereka yang masih tradisional/primitif maupun yang mempunyai peradaban kontemporer dan modern. Kaya, miskin, penguasa, pengusaha, pendidik, cendekiawan maupun tidak mempunyai ilmu semua bernaung di bawah lindungan Al Qur’an, demikian yang ditulis oleh Bapak DR. H. Arthani Hasbi pada kata pangantar Buku Nalar Al Qur’an karangan KH. Husin Naparin, Lc., MA.
Al Qur’an adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah subhanahu wa taala menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW, demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah menyampaikannya kepada para sahabatnya-sebagai penduduk asli Arab- yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi mereka tentang ayat-ayat mereka terima, mereka langsung menanyakannya kepada Rasulullah. 1
Al Qur’an turun dari Allah, Dia jugalah yang memeliharanya. Al Qur’an terdiri dari 30 Juz, tersusun dalam 114 surat. Ada yang diturunkan pada masa Nabi SAW masih berdomisili di Makkah, ayat-ayat itu disebut ayat-ayat Makkiyyah mencakup hampir 19/30 Al Qur’an dengan jumlah 4.780 ayat. Ayat-ayat yang diturunkan sesudah Nabi SAW tinggal di Madinah disebut Madaniyyah mencakup sekitar 11/30 Al Qur’an dengan jumlah 1.456 ayat. Dengan demikian Al Qur’an keseluruhan berjumlah 6.236 ayat. 2
BAB II
SISTEMATIKA SURAT DALAM AL QUR’AN
A. PENGERTIAN AYAT DAN SURAT
Ayat secara bahasa mempunyai beberapa arti, diantaranya Mu’jizat (QS. 2: 211), tanda (QS. 2: 248), pengambilan pelajaran (QS. 30: 24), urusan yang mengagumkan (QS. 40: 50), bukti/dalil (QS. 30). Sedangkan menurut istilah, ayat adalah kelompok yang mempunyai permulaan dan penutup yang terdapat dalam surat Al Qur’an. 3
Sedangkan pengertian surat adalah secara bahasa, surat mempunyai pengertian kedudukan, ketinggian, atau kemuliaan. Sedangkan menurut istilah surat adalah kumpulan kandungan beberapa ayat yang mempunyai permulaan dan penutup dan sedikitnya yang terkandung pada surat adalah tiga ayat.
Jumlah surat dalam Al Qur’an adalah 114. Sebagian dari surat-surat Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lainnya mempunyai lebih dari satu nama.
Surat-surat dalam Al Qur’an menurut panjang pendeknya dibagi menjadi 4 bagian.
1. As Sab’uth Thiwal, artinya tujuh surat yang panjang, yakni surat Al Baqarah, Ali Imran, An Nisa, Al A’raf, Al Maidah, Al An’am, dan Yunus.
2. Al Miun, artinya surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat atau lebih, seperti surat Yusuf, Hud, dan lain-lain.
3. Al Matsaani, artinya surat-surat yang berisi kurang dari seratus ayat, seperti Surat Al Anfal, Al Hijr, dan lain-lain.
4. Al Mufashshal, artinya surat-surat pendek, seperti surat Adh Dhuha, Al Ikhlas, An Naas, dan sebagainya. 4
B. SISTEMATIKA SURAH DALAM AL QUR’AN
Penyusunan surat dalam Al Qur’an merupakan sebuah perdebatan yang sangat sengit, akan tetapi semua itu sudah ditetapkan oleh Rasulullah. Imam Shubhi as Shalih menjelaskan bahwa ”Susunan dan urutan surahpun berdasarkan kehendak dan petunjuk Rasulullah sebagaimana diketahui, Rasulullah hafal semua ayat dan surat Al Qur’an. Kita tidak bisa membayangkan dan tidak mempunyai bukti yang menyatakan sebaliknya. Tidaklah masuk akal pendapat yang menyatakan bahwa urutan surah Al Qur’an itu disusun oleh beberapa orang sahabat Nabi atas dsar ijtihad mereka. Dan lebih tidak masuk akal lagi kalau ada pendapat yang menyatakan bahwa beberapa surah disusun urutannya berdasarkan ijtihad para sahabat dan beberapa surah lainnya disusun urutannya menurut kehendak Rasulullah SAW. 5
Syekh Waliyullah Al Mallawi berkata: ”Tidak salah orang yang mengatakan bahwa munasabah pada ayat-ayat yang mulia itu tidak perlu dicari. Karena ayat-ayat itu turun sesuai dengan kejadian-kejadian yang berbeda-beda. Dan keputusan akhir adalah jika dikatakan bahwa ayat-ayat itu turun berdasarkan peristewa-peristewa yang urut-urutannya (tartib) dan keasliannya sesuai dengan yang terkandung di Lauhul Mahfuzh adalah surat-suratnya seluruhnya dan ayat-ayatnya, dengan ketentuan Allah, seperti yang diturunkan sekaligus di Baitul izzah.
Dan merupakan kemu’jizatan yang jelas adalah gaya bahasanya dan urutan susunannya yang menakjubkan. Dan yang layak untuk dikaji pada setiap ayat adalah keadaannya yang sebagai pelengkap dari ayat sebelumnya atau berdiri sendiri. Kemudian ayat itu berdiri sendiri, maka apa hubungannya dengan ayat sebelumnya? Maka, ini adalah ilmu yang mulia. Dengan demikian juga surat-surat, dikajilah sisi kebersambungannya dengan surat-surat sebelumnya dan arah konteksnya”. 6
Berbicara mengenai hubungan antara surat dengan selain selain tidak mudah ditempuh bahkan boleh dikatakan usaha yang dicari-cari. Urutan surat demi surat adalah tauqify, yakni ditertibkan oleh Rasul sendiri, bukan ijtihad para sahabat. Namun penertiban surat berdasar tauqify tidak mengharuskan adanya ikatan antara setiap surat itu dan tidak selalu ada ikatan antara surat terdahulu dengan yang kemudian. Demikian pula penertiban ayat demi ayat yang memang ditetapkan sendiri oleh Rasul, tidak pula mengharuskan ada hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lain apabila masing-masing ayat itu mempunyai sebab-sebab yang berbeda-berbeda. 7
Dalam penjelasan lain bahwa Al Qur’an terdiri atas surat-surat dan ayat-ayat, baik yang pendek maupun yang panjang. Adapun ayat, ia adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam suatu surat Al Qur’an. Sedangkan surat adalah sejumlah ayat Al Qur’an yang mempunyai permulaan dan kesudahan. Penempatan secara tertib urutan ayat-ayat Al Qur’an ini adalah bersifat tauqify, berdasarkan ketentuan dari Rasulullah SAW. Menurut sebagian ulama, pendapat ini merupakan ijma’.
Sedangkan susunan ayat atau tertib ayat dijelaskan Az-Zarkasyi dalam Al Burhan dan Abu Ja’far Ibnu Az Zubair dalam Munasabah-nya, mengatakan, ”tertib ayat-ayat di dalam surat-surat itu berdasarkan tauqify dari Rasulullah dan atas perintahnya, tanpa diperselisihkan kaum muslimin.” As Suyuthi memastikan hal itu, katanya, ”Ijma dan nash-nash yang serupa menegaskan, tertib ayat-ayat itu adalah tauqify, tanpa diragukan lagi.” 8
Para ulama berbeda pendapat tentang tertib surat-surat Al Qur’an yang ada sekarang, yaitu:
a. Ada yang berpendapat bahwa tartib surat itu tauqify dan ditangani langsung oleh Nabi sebagaimana diberitahukan Malaikat Jibril kepadanya atas perintah Allah. Dengan demikian, Al Qur’an pada masa Nabi telah tersusun surat-suratnya secara tertib ayat-ayatnya, seperti yang ada di tangan kita sekarang inia, yaitu tertib mushaf Utsman yang tak ada seorang sahabat pun yang menentangnya. Ini menunjukan telah terjadi ijma’ atas susunan surat yang ada, tanpa suatu perselisihan apapun.
Kelompok ini berdalil bahwa Rasulullah telah membaca beberapa surat secara tertib di dalam shalatnya. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan, bahwa Nabi pernah membaca beberapa surat Mufashshal (surat-surat pendek) dalam satu rakaat. Al Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud katanya,
”surat Bani Israil, Al Kahfi, Maryam, Thaha, dan Al Anbiya’ termasuk yang diturunkan di Makkah dan yang pertama-tama aku pelajari”. Kemudian ia menyebutkan surat-surat itu secara berurutan sebagaimana tertib susunan sekarang ini.
”surat Bani Israil, Al Kahfi, Maryam, Thaha, dan Al Anbiya’ termasuk yang diturunkan di Makkah dan yang pertama-tama aku pelajari”. Kemudian ia menyebutkan surat-surat itu secara berurutan sebagaimana tertib susunan sekarang ini.
Ibnu Hashshar mengatakan, ”tertib surat dan ayat-ayat pada tempatnya masing-masing itu berdasarkan wahyu. Rasulullah mengatakan ”letakkanlah ayat ini di tempat ini”. Hal tersebut telah diperkuat pula riwayat yang mutawatir dengan tertib seperti ini, dari bacaan Rasulullah dan ijma’ para sahabat untuk meletakkan atau menyusunnya seperti ini di dalam mushaf”. 9
Susunan surah berdasarkan yang ditentukan Rasulullah adalah sebagai berikut: Al Fatihah, Al Baqarah, Ali Imran, al Nisaa, Al Maidah, Al An’am, Al A’raf, Al Anfaal, al Taubah, Yunus, Hud, Yusuf, Al Hijr, Ibrahim, al Ra’ad, al Nahl, Al Israa’, Al Kahfi, Thaha, Maryam, Al Anbiya, Al Hajj, Al Mu’minun, An Nuur, Al Furqan, al syua’ara, an Naml, Al Qashash, Al Ankabut, al Rum, luqman, al Sajadah, Al Ahzab, Saba’, Fathir, Yasin, al Saffat, Sad, Az Zumar, Al Mu’min, Fushilat, al Syura, al Zukhruf, al Dukhan, Al Jatsiyah, Al Ahqaf, Muhammad, Al Fath, Al Hujurat, Qaf, Az Zaariyat, al Thuur, al Najm, Al Qamar, al Rahman, Al Waqia’ah, Al Hadid, Al Mujadilah, Al Hasyr, Al Mumtahanah, al Saff, Al Jumu’ah, Al Munafiqun, al Tagabun, al Thalaq, At Tahrim, Al Mulk, Al Qalam, Al Haqqah, Al Ma’arij, Nuh, Al Jinn, Al Muzzammil, Al Muddassir, Al Qiyamah, Al Insan, Al Mursalat, al Naba’, al Nazi’at, Abasa, al Takwir, Al Infithar, Al Muthaffifin, Al Insyiqaq, Al Buruj, al Tariq, Al ’A’la, Al Ghasyiyah, Al Fajr, Al Balad, al Syams, Al Lail, al Dhuha, Al Insyirah, Al Tin, Al ’Alaq, Al Qadr, Al Bayyinah, Al Zilzalah, Al ’Adiyat, Al Qari’ah, Al Takasur, Al Ashr, Al Humazah, Al Fil, Quraisy, Al Ma’un,
Al Kautsar, Al Kafirun, Al Nasr, Al Lahab, Al Ikhlas, Al Falaq, Al Nas. 10
b. Kelompok kedua berpendapat bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab ternyata ada perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka. Misalnya Mushaf Ali disusun menurut tertib nuzul, yakni dimulai dengan iqra’, kemudian Al Muddatsir, lalu Nun, Al Qalam, kemudian Al Muzammil, dan seterusnya hingga akhir surat Makkiyyah dan Madaniyyah.
Adapun mushaf Ibnu Mas’ud, yang pertama ditulis adalah surat Al Baqarah, kemudian An Nisaa’, lalu disusul Ali Imran. Sedangkan dalam mushaf Ubay, yang pertama ditulis adalah Al Fatihah, Al Baqarah, An Nisaa, lalu Ali Imran.
c. Kelompok ketiga berpendapat, sebagian surat itu tertibnya bersifat Tauqify dan sebagian lainnya berdasarkan ijtihad para sahabat. Hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan tertib sebagian surat pada masa Nabi. Misalnya, keterangan yang menunjukkan tertib as sab’uthiwal, al hawamim dan al mufashshal pada masa hidup Rasulullah. 11
Dari ketiga pendapat tersebut jelaslah bahwa pendapat yang pertama yang paling kuat dan paling dapat dipegangi. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Abu Bakar bin al Anbari bahwa Allah telah menurunkan Al Qur’an ke langit dunia. Kemudian ia menurunkannya secara berangsur-angsur selama dua puluh sekian tahun. Sebuah surat turun karena ada suatu masalah yang terjadi, ayatpun turun sebagai jawaban bagi orang yang bertanya. Jibril senantiasa memberitahukan kepada Nabi di mana surat dan ayat tersebut harus ditempatkan. Dengan demikian susunan suratt-surat, seperti halnya susunan ayat-ayat dan huruf-huruf Al Qur’an seluruhnya berasal dari Nabi. Oleh karena itu, barangsiapa mendahulukan sesuatu surat atau mengakhirkanya, berarti ia telah merusak tatanan Al Qur’an. 12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
1. Ayat adalah kelompok yang mempunyai permulaan dan penutup yang terdapat dalam surat Al Qur’an
2. Surat adalah kumpulan kandungan beberapa ayat yang mempunyai permulaan dan penutup dan sedikitnya yang terkandung pada surat adalah tiga ayat.
3. Surat-surat Al Qur’an itu secarta garis besarnya dibagi menjadi empat bagian:
a. Ath Thiwal, yaitu surat yang panjang-panjang
b. Al Mi’un, yakni surat-surat yang ayat-ayatnya lebih dari seratus atau sekitar itu.
c. Al Matsani, yakni surat-surat yang jumlah ayatnya dibawah al Mi’un.
d. Al Mufashshal, yakni surat-surat yang ayatnya pendek-pendek.
4. Para ulama berbeda pendapat terhadap tertib surat-surat Al Qur’an, yaitu ada tiga kelompok, yakni:
a. Kelompok yang berpendapat bahwa tertib surat-surat Al Qur’an itu adalah tauqify berdasarkan petunjuk Rasulullah.
b. Kelompok kedua berpendapat bahwa tertib surat-surat Al Qur’an itu berdasarkan ijtihad para sahabat.
c. Kelompok ketiga berpendapat, bahwa sebagian surat Al Qur’an itu berdasarkan petunjuk Rasulullah dan sebagian lagi berdasarkan ijtihad para sabahat.
- Berdasarkan dalil dan ijma ulama pendapat yang pertama lebih kuat dan dapat dipegangi. Dimana seluruh surat-surat Al Qur’an itu seperti sekarang ini adalah berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW. Dan bahkan sebagian ulama menerangkan itu sudah menjadi ketentuan Allah dalam Lauh Al Mahfuzh.
Sumber Kutipan :
1 Syaikh Manna’ al Qaththan, Mabahits fii Ulumil Qur’an, diterjemahkan oleh H. Ainur Rafiq El Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an, (Jakarta, Pustaka Al Kautsar, cet. Kelima, 2010), h. 3
2 KH. Husin Naparin, Lc., MA, Nalar Al Qur’an Refleksi Nilai-nilai Teologis & Antropologis, (Jakarta, el-Kahfi, 2004), h. 4.
3 A. Zainuddin, Muhammad Jamhari, Al Islam 1 Aqidah dan ibadah, (Bandung, CV. Pustaka Setia, 1999), h. 167
4 A. Zainuddin, Muhammad Jamhari, ibid, h. 168.
5 Subhi as Shaleh, Membahas ilmu-ilmu Al Qur’an, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 2008) h.. 89.
6 Imam Jalaluddin As Suyuthi, Samudera Ulumul Al Qur’an, Jilid 3 (Surabaya, PT. Bina Ilmu, 2007) h. 528
7 Teungku M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, ( Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2009) h. 35
8 Syaikh Manna’ Al Qaththan, op cit, h. 174.
9 Syaikh Manna’ al Qaththan, Ibid, h. 77
10 W. Montqoenry Watt and Richard Bell, Introduction to The Al Qur’an, Edinburgh university press, 1994, h. 205
11 Syaikh Manna’ Al Qaththan, Op cit, h. 179.
12 Syaikh Manna’ Al Qaththan, ibid, h. 181
Sumber Bacaan:
A. Zainuddin, Muhammad Jamhari, Al Islam 1 Aqidah dan ibadah, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1999
Naparin, KH.Husin, Lc. , MA . Nalar Al Qur’an Refleksi Nilai-Nilai Teologis dan Antropologis, el Kahfi, Jakarta , 2004.
Ash Shabuny, Muhammad Aly, Pengantar Studi Al Qur’an (At Tibyan), alih bahasa Drs. Moch. Chudori Umar, Drs. Muh. Matsna, Hs., PT. Al Ma’arif, Bandung , 1984.
Al Qaththan, Syaikh Manna’, Mabahits Fii Ulum al Qur’an, penerjemah H. Aunur Rafiq El Mazni, Lc., MA, Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, Cet. V, 2010.
Shihab, Prof. DR. Quraish, Wawasan Al Qur’an, Mizan, Bandung , 2007.
Ash Shalih, DR. Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Al Qur’an, Pustaka Firdaus, Jakarta , 2008.
Ash Siddieqy, Prof. DR. Teungku M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Pustaka Rizki Putra, Semarang , 2009.
Watt, W. Montqomery, and Richard Bell, Introduction to The Al Qur’an, Edinburgh University Press, 1994.
0 komentar:
Posting Komentar