This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label model pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label model pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Agustus 2014

Lomba Media Pembelajaran 2014

Setelah menjalani beberapa tahapan, akhirnya pada tanggal 13-14 Agustus 2014 panitia lomba media pembelajaran Gebyat TIK 2014 BTIKP Propinsi Kalimantan selatan memanggil peserta dari berbagai kabupatan/kota yang mengikuti kegiatan lomba media pembelajaran bertempat di BP-PAUDNI Regional VI Kalimantan Loktabat Banjarbaru. Dari sekitar 70 orang peserta yang mengirim karyanya hanya 24 orang saja yang dapat mempresentasikan karyanya dihadapan juri pusat dan daerah (berbagai jenjang SD, SMP, SMA, SMK). diakhir kegiatan lomba dislenggarakan seminar nasional pengembangan media pembelajaran berbasis IT yang bertempat di Aula LPMP Banjarbaru.

Jumat, 11 Juli 2014

PAI & Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran sekarang yang difokuskan kepada implementasi Kurikulum 2013 akan berorientasi kepada pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), pembelajaran berbasis produk (product based learning) dan pembelajaran berbasiskan penyingkapan (discovery based learning. Khusus dalam pembelajaran berbasiskan produk tentunya sebuah pembelajaran yang dihasilkan adalah sebuah hasil yang dapat dimanfaatkan, digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai produk yang tertampil di atas, dilaksanakan dalam pembelajaran yang melibatkan peran siswa dan instruktur. Untuk ke depannya akan diterapkan pembelajaran berbasis produk dengan melibatkan siswa secara total, sehingga skill yang dimiliki siswa benar2 siap pakai. Hal ini menanggapi permintaan DUDI akan lulusan SMK Bisa yang tidak hanya slogan semata. Keuntungan bagi siswa: 1. Siswa mendapatkan latihan praktik akan kebutuhan dudi lebih banyak, sehingga skil yang dimiliki akan terasah lebih baik. 2. Standar kelulusan pada kompetensi dasar tertentu didasarkan pada produk yang dapat diterima oleh DUDI 3. Mengaplikasikan berbagai kompetensi secara langsung dalam pembuatan produk 4. Siswa siap terjun langsung baik di DUDI maupun membuka peluang usaha ketika lulus dari satuan pendidikan Keuntungan bagi guru: 1. Dapat mengaplikasi pembelajaran yang aplikatif dan menyenangkan 2. Skil guru bertambah dan lebih terasah 3. Menerapkan jiwa kewirausahan dan menambah penghasilan secara mandiri Keuntungan bagi sekolah: 1. Mencetak peserta didik yang berkompeten 2. Menghemat pengeluaran akan kebutuhan praktik 3. Mendapatkan pemasukan secara finansial sehingga sekolah lebih mandiri (analisis usaha akan dibahas pada tulisan berikutnya) 4. Media promosi bagi sekolah Dalam hal mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti tentunya akan diinginkan sebuah pembelajaran yang menghasilkan dan bermanfaat. Tentunya hal ini telah dicanangkan oleh Rasulullah saw. "al ilmu yanfau" (ilmu pengetahuan yang bermanfaat). Ada beberapa kajian tentang hasil produk yang jika dilaksanakan oleh seorang guru Agama Islam ketika dia telah melaksanakan pembelajaran PAI dan Budi Pekerti dalam sebuah kelasnya. Mudah-mudahan seiring diimplementasikannya kurikulum 2013 ini, pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di sekolah menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh peserta didiknya di kelas. Dan menjadi pembelajaran yang menghasilkan manfaat bagi dirinya yang akan datang. semoga. Bandung, 11 Juli 2014

Pembelajaran Berbasis Problem (Problem Based Learning)

A. Pengertian Pembelajaran berbasis problem Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai berikut: Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar. Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran. B. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) yaitu: 1. Permasalahan sebagai kajian. 2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman 3. Permasalahan sebagai contoh 4. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses 5. Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik C. Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Ada lima dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu: 1. Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut: Guru sebagai pelatih Siswa sebagai problem solver Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi * Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran) * memonitor pembelajaran * probbing ( menantang siswa untuk berfikir ) * menjaga agar siswa terlibat * mengatur dinamika kelompok * menjaga berlangsungnya proses * peserta yang aktif * terlibat langsung dalam pembelajaran * membangun pembelajaran * menarik untuk dipecahkan * menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari D. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut: 1. Tugas perencanaan Sesuai dengan hakekat interaktifnya pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan sepeti halnya model pembelajaran yang terpusat pada siswa lainnya: a) penetapan tujuan Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa b) merancang situasi masalah yang sesuai Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah memberikan siswa keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik (berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa), mengandung teka-teki dan tidak memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum c) organisasi sumber daya dan rencana logistik Dalam pembelajaran berbasis masalah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai material dan peralatan, dan pelaksanaannya bias dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan maupun di laboratorium, bahkan dapat pula dilakykuan di luar sekolah. 2. Tugas interaktif a) orientasi siswa terhadap masalah Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah tidak untuk memperoleh masalah baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang penting dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang dapat menimbulkan misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah b) mengorganisasikan siswa untuk belajar Diperlukan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal ini siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan c) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok  Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya.  Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru member bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.  Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan hasil karya seperti laporan, poster, model-model fisik. Tugas guru pada akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. E. Tujuan dan Hasil Belajar Pembelajaran Berbasis Masalah Tujuan utama PBL ini menurut Hsiao (Martinis Yamin, 2011) adalah untuk mengarahkan peserta didik mengembang kemampuan belajar kolaboratif, kemampuan berpikir dan strategi-strategi belajarnya sehingga peserta didik bisa belajar dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan orang lain atau pembelajar (self-directed learning strategies) (Hsiao,1996). Adapun tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah: 1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 2. Pemodelan peranan orang dewasa. Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah : • PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas. • PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga pebelajar secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut. •PBL melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu. 3. Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning) Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pebelajar. Pebelajar harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, dibawah bimbingan pembelajar (Barrows, 1996). Dengan bimbingan pembelajar yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, pebelajar belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam kehidupan kelak (Ibrahim dan Nur, 2004). E.Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini : a.Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut. b.Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. c.Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. d.Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. e.Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan f.Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok : a.Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji. b.Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah. c.Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. d.Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dilakukan. e.Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah : a.Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial. b.Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah. c.Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. d.Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami. e.Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji. f.Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya. F.Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap TingkahLaku guru Tahap-1 Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Tahap-2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantupeserta didikuntukmendefinisikandanmengorganisasitugasbelajar yang berhubungandenganmasalahtersebut Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorongpeserta didikuntukmengumpulkaninformasi yang sesuai, melaksanakaneksperimenuntukmendapatkanpenjelasandanpemecahanmasalah. Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantupeserta didikdalammerencanakandanmenyiapkankarya yang sesuaisepertilaporan, video, dan model sertamembantumerekauntukberbagitugasdengantemannya. Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantupeserta didik untuk melakukanrefleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang merekagunakan. G.Penilaian dan Evaluasi Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid. Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru. H.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : 1.Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2.Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3.Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. 4.Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5.Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 6.Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik. 7.Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 8.Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9.Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu : 1.Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 2.Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3.Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Daftar Pustaka Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

Jumat, 16 Mei 2014

INOBEL : PEMBELAJARAN INQUIRY DAN DISCOVERY

Tujuan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam GBHN adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kepuasan lahiriah saja seperti sandang, pangan, papan, dan kesehatan saja ataupun mengejar kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab dan rasa keadilan saja, melainkan antara pembangunan lahiriah dan batiniah tersebut haruslah berjalan seiring secara serasi. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum di atas, maka sudah barang tentu akan sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menciptakan sumber daya – sumber daya manusia yang berkualitas tersebut. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu (Sudirman N, dkk, 1992 : 3). Tujuan pendidikan dan pengajaran di Indonesia berlandaskan pada falsafah hidup bangsa, yaitu Pancasila. Bila kita kaji lebih jauh lagi apa yang diuraikan dalam Pasal 4 UUSPN No. 2 tahun 1989, maka kita dapat mengetahui apa yang menjadi tujuan pendidikan di Indonesia dimana Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mecapai tujuan pendidikan nasional tersebut, guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan di lapangan sangat menentukan keberhasilannya. Dalam hal ini guru dapat dikatakan sebagai pemegang peranan utama dalam proses pendidikan yang tercermin dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Dalam proses belajar-mengajar melibatkan banyak factor. Dapat dijelaskan bahwa masukan (raw input) yang merupakan bahan dasar diberikan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar, dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (expected) input) yang berupa hasil belajar yang diharapkan. Dalam proses belajar-mengajar diharapkan pula sejumlah factor sarana dan factor lingkungan guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki. Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini, media dan metode mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu bahan sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.

Pembelajaran Inovatif : Discovery learning

Definisi/Konsep Ilustrasi Gambar sumber google.com Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. Langkah-Langkah Operasional Langkah Persiapan a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) c. Memilih materi pelajaran. d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi) e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa Sumber : http://belajar-sastraaceh.blogspot.com dan berbagai sumber lainnya.

Pembelajaran Yang Inovatif : Pohon Asmaul Husna

Materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP kelas VII semester I memuat pemahaman tentang Asmaul Husna. Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang terindah, ada 99 nama yang dikenal dalam Islam. Dalam proses pembelajaran asmaul husna ini penulis menggunakan metode pembelajaran kreatif dan inovatif yang melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. guru menyampaikan tujuan pembelajaran , 2. dst.

Minggu, 16 Juni 2013

Model pembelajaran PAI






Proses belajar mengajar pendidikan agama Islam pada sekolah berbeda dengan proses belajar mengajar pada mata pelajaran lain. Hal ini karena, Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran agama Islam yang telah didapat di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, PAI tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan psikomotornya.
"Mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diajarkan dalam kelas, ketika tidak memberikan pengaruh dalam perekembangan peserta didik, maka sesungguhnya proses pembelajaran PAI di sekolah tersebut telah gagal." tegas Dr. H. Syafiuddin, M.Pd Kasubdit PAI pada Paud/TK dalam acara Pengembangan Model Pembelajaran PAI pada TK (10/06) di Cipayung, Bogor.
Oleh karena itu, Syafiuddin menambahkan, seorang guru harus kreatif dalam mengemas materi pelajaran agar pendidikan agama Islam mudah dipahami dan tidak menjenuhkan. Di hadapan para peserta kegiatan yang terdiri dari guru PAI pada TK yang berjumlah 50 orang, Syafiudin berharap agar seluruh peserta mengikuti kegiatan dengan serius dan aktif. "di samping mendengarkan paparan materi, para peserta juga diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif". Imbuhnya.
Dengan begitu, mereka dapat berkontribusi untuk memperkaya media pengajaran, mengelaborasi sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman mengajar masing-masing, yang berupa desain model pembelajaran.
sumber: http://pendis.kemenag.go.id/kerangka/pais.htm