This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 12 Januari 2012

Puisi tentang Buku

Buku
Karya: Muhammad Hafizh Fuady

Berbagai pengetahuan di dalam satu kumpulan tulisan,
Yang ditulis dengan penuh hormat dan dengan penuh kemanusiaan,
Yaitu buku.

Ketika aku membaca dan saling menghormati buku,
Diriku mengeluarkan banyak air mata karena terharu.

Buku,kau yang telah berjasa bagi Negara yaitu,
buku yang memberi pengetahuan kepada bangsa,
Termasuk menyerdaskan hasrat pemuda Indonesia dan masalalu Indonesia.

Cerdas, pintar, berprestasi, tidak akan ada tanpa belajar dan membaca buku,
Berprestasilah untuk bangsa dan buktikanlah Negara kita yang bisa,

Bisa, Bisa, Bisa ….

Jorong, 28 Oktober 2011

Ada Apa Dengan Burung

Pada pagi hari selasa, 27 April 2010 ketika aku membaca Al Qur’an Surah Annur/24 : 41 yang berbunyi :
  •                     

41. Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya[1043], dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.

[1043] Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah.

Ayat ini berbicara tentang Alam semesta ini bertasbih kepada Allah SWT dan termasuk Burungpun ikut bertasbih. Ketika itu isteri saya juga membaca Al Qur’an (syammil Qur’an/Qur’an perkata) dan sengaja Allah menggerakan lidah ini untuk menyuruh isteri saya untuk membuka Surah tersebut dan membacanya. Setelah itu, dia membuka TV dan ternyata dalam TV tepatnya di TPI ada acara “Nikmatnya Sedekah” yang dipandu oleh Ustazh Yusuf Mansur. Dalam acara tersebut pendamping Ustazd Yusuf Mansyur menjelaskan tentang kenapa kita perlu memperhatikan Ciptaan Allah Yaitu Burung.
Burung adalah seekor hewan yang mempunyai banyak keistemawaan yang diberikan kepadanya dan ini merupakan pelajaran bagi manusia. Sebagai contoh seekor burung setiap pagi pekat dia keluar dari sarangnya untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Dan masih banyak lagi, aktifitas burung yang dapat menjadi I’tibar bagi manusia. Subhanallah !

Makna Gerhana Bulan

Tepat jam 20:02 hp penulis berbunyi bernada SMS, waktu itu penulis mau melaksanakan shalat Isya, ternyata setelah dibuka SMS dari Bapak H. Rafiul Amal, M. Pd. Beliau adalah adalah Kepala SMPN 4 Paringin, oh ternyata bunyi SMS itu singkat dan bermakna : “Allahuakbar gerhana bulan”. Sms itu saya baca dan isteri saya terkejut juga dan cepat-cepat kami keluar rumah untuk melihat kebesaran Allah itu ….Gerhana bulan ternyata benar. Bulan pada saat itu terlihat hanya separo padahal malam itu, adalah malam ke 15 bulan rajab 1431 H. yang kebiasaan pada ke 15 tersebut bulan purnama yang muncul.
Setelah itu, penulis cepat buka Al Qur’an Surah 20/Thaha, ayat 2 :

     
“Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS.20:2)

Subhanallah, rupanya Allah memperlihatkan kebesaran dan keagungan-Nya melalui tanda-tanda yang ada dialam semesta ini, gerhana bulan. Ayat tersebut jelas sekali menerangkan bahwasanya Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada kita umat Islam merupakan sebuah Hudan (petunjuk), pedoman untuk manusia bukan sebagai sebuah hal yang dapat menyusahkan manusia, bahkan Al Qur’an merupakan sebuah Solusi dan menjadikan semua urusan di mudahkan Allah SWT. oleh karena itu, sebagai umat Islam kita disunahkan untuk shalat sunat dua rakaat ketika melihat gerhana bulan atau gerhana matahari sebagai tanda taajub dan melihat kebesaran Allah swt. Wallahu a’lam bishshawab .

Lampihong, 26 Juni 2010 M/15 Rajab 1431 H

PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendahuluan
Problema seks merupakan dasar setiap problema kelakuan lainnya, karenanya naluri seks adalah sumber tenaga manusia. Dengan demikian, berketurunan dan pembiakan adalah fakta alamiah yang sangat penting, sehingga setiap fakta lainnya dalam kehidupan bekerja untuk mengabdi kepada fakta pokok ini.
Freud dan pengikut-pengikutnya mengarahkan penelitiannya kepada pandangan bahwa dorongan seks itu telah ada sejak manusia dilahirkan , hanya bentuknya yang berbeda, baik pada masa bayi, kanak-kanak, remaja, dan remaja. Seks sering diterjemahkan/diartikan sebagai rasa nikmat/lezat atau rasa syuur.
Kenikmatan itu menurut Freud berawal dari kenikmatan seks pribadi pada bayi (autoerotism) kemudian menjadi kenikmatan seksual yang dikenal pada orang dewasa. Kenikmatan dapat dilihat pada waktu menikmati susu ibunya dengan tangan membelai/mengelus-elus ibunya, sebaliknya ibunya merasakan kasih saying pada anaknya, dan dibelainya, serta diciumnya anak bayinya. Sesungguhnya hal semacam itu identik dengan dorongan seksual dewasa.
Pengalaman-pengalaman pribadi seorang anak itu merupakan sebuah realita yang harus disikapi oleh setiap orang, tidak terkecuali bagi para orangtua, para pemerhati pendidikan dan lainnya. Dan pendidikan seks pun tidak menjadi sebuah kata yang tabu diungkapkan dan terpenting diketahui sejak dini oleh seorang anak, sehingga hal-hal yang tidak baik dapat dihindarkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka makalah ini akan mengkaji lebih dalam lagi bagaimana pandangan sosiologi pendidikan Islam terhadap pendidikan seks itu.

B. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan berasal dari kata “didik”. Bila kata ini mendapat awalan “me” akan menjadi “Mendidik”, artinya memelihara dan member pelatihan. Dalam memelihara dan member pelatihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan lebih dari sekadar pengajaran, karena pengajaran hanyalah aktivitas proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan karakter dengan segala aspek yang dicakupnya. Melalui pendidikan diharapkan manusia benar-benar menemukan “jati dirinya” sebagai manusia.
Secara umum pendidikan dimaknai sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya”.
Adapun pengertian pendidikan seks merupakan usaha sadar untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang betul-betul matang (well adjusted) dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggungjawab, sehingga membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungan/masyarakatnya.
Pada International Conference of Sex Education and Family Planning tahun 1962 dicapai kesepakatan , bahwa “tujuan dari pendidikan seks untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, secara bertanggungjawab terhadap dirinya dan terhadap orang-orang lain” (sinonim dengan perkawinan monogami yang bahagia dan sejahtera). Dalam suasana demikian dapat membina keluarga yang utuh serta penuh kasih yang saling harga-menghargai sehingga dapat mendapat anak-anak yang sehat dan bahagia pula.
Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex-instruction dan education in sexuality.
Sex-instruction ialah penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta untuk dapat mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Maka pada dasarnya pendidikan seks meliputi bidang-bidang:
1. Biologi dan fisiologi, yaitu mengenai fungsi reproduksi.
2. Etika, yaitu yang menyangkut kebahagiaan orang itu sendiri.
3. Moral, mengenai hubungan dengan orang-orang lain, seperti partnernya dan dengan anak-anaknya.
4. Sosiologi, mengenai pembentukan keluarga.
Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuita (perkawinan semuanya, seperti ayam) serta hubungan-hubungan seks yang tidak bertanggungjawab.
Dari eksperimen yang dilakukan di Rusia dan Swedia, ternyata tidaklah mudah untuk mengajarkan di sekolah-sekolah, terutama tentang tanggungjawab dari kegiatan seksual (sexual activity) terhadap masyarakat, bila tanpa adanya latar belakang keluarga yang bahagia. Bukti-bukti menunjukan, bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga bahagia, dikemudiaan hari dapat membentuk perkawinan dan keluarga yang bahagia pula.

C. Mengapa Perlu Pendidikan Seks?
Menurut hasil survey Mc. Curry di sekolah menengah di USA beberapa waktu lalu menunjukan, kebanyakan siswa-siswa melontarkan kritik terhadap para orang tua karena tidak pernah memberikan informasi tentang seks kepada anak-anaknya. Dua pertiga dari mereka sama sekali tidak mendapat informasi apa-apa, sedang sisanya hanya mendapatkan penerangan sekadarnya.
Pada survey yang lain ternyata 70% anak wanita mendapat informasi seks terutama dari ibunya, bahwa seks itu kotor, sebab orang tua sendiri juga meliputi perasaan malu dan bersalah mengenai seks, sehingga tak punya pegangan dalam hal seksualitas dan gejala seksual. Apalagi para orang tua sering menganggap bahwa pembicaraan/informasi seks termasuk tabu/pemali. Sedangkan dua pertiga anak laki-laki ternyata telah mengetahui tentang hubungan seks sebelum orang tua mereka menginformasikannya.
Persoalannya sekarang, bagaimana mendidik para kawula muda ke arah sikap seksual (sexual attitudes) yang sehat, bila masyarakat dewasa pun belum sepaham dalam hal ini. Biasanya pendapat-pendapat mengenai pendidikan seks berbeda-beda, mulai dari mereka yang menganjurkan untuk sama sekali tidak mencari pengalaman-pengalaman seks, sampai kepada mereka yang menganjurkan kebebasan seks yang seluas-luasnya. Diantara mereka ada yang menentang pendidikan seks, ada juga golongan yang mengajarkan seks, ada juga yang menghendaki kebebasan seks yang seluas-luasnya, ada yang berpendapat bahwa pendidikan seks juga perlu bagi para orang tua, khususnya ibu-ibu yang telah “menopause” (mati haid/tidak haid lagi).

D. Kronologi Pelaksanaan Pendidikan Seks
Telah disepakati bahwa pendidikan yang berlangsung/terjadi sepanjang hayat/hidup atau life long education, atau sejak lahir sampai mati. Demikian juga pendidikan seks juga dapat dilaksanakan sepanjang hayat tetapi cukup dari lahir sampai mati.
Awal pendidikan seks dimulai sejak bayi dilahirkan, dimulai dengan sifat ingin tahu menuntun perkembangan pikirannya. Dorongan rasa ingin tahu merupakan kerinduan untuk mengetahui dan menyelidiki yang diketahuinya yang berarti merangsang kecerdasan otak, sebagai sarana berkembangnya kesanggupan untuk belajar selanjutnya.
Yang menarik perhatian dari seorang bayi yang baru dilahirkan adalah segala kebutuhan fisiknya masih harus disediakan orang tuanya (sebelum pikirannya mulai berkembang), sehingga tubuh bayi menjadi sehat, jasmani dan pikirannya. Bayi mulai tertarik pada soal makanan dan kesenangan-kesenangan fisik, kemudian barulah pikirannya mulai berkembang. Mula-mula bayi merasakan perasaan segar/sehat, kasih sayang, kehangatan, melihat pemandangan-pemandangan indah dan menarik, mendengar/menikmati bunyi-bunyian dan sebagainya.
Sekitar umur tiga sampai tujuh tahun, kecerdasan otak anak berkembang sampai taraf dimana ia mulai mengadakan pertanyaan, misalnya bagaimana ia dilahirkan ke dunia sebagai pertanyaan kekanak-kanakan. Pertanyaan semacam ini harus dijawab dengan penuh kebijaksanaa, penuh kasih sayang tanpa unsur yang menakut-nakuti, sehingga keluarga sebagai tempat pendidikan informal terlaksana dengan baik dan lancar, misalnya Berbagai pertanyaan yang dikemukakan anak tentang proses kelahiran, dan sebagainya.
Dalam bukunya Handbook on Sex Instruction Ottensen-Jensen membuat rencana pendidikan seks menurut golongan umur, yaitu:
Umur 7-10 tahun: dimulai dengan memberikan fakta-fakta tentang reproduksi pada umumnya, yaitu fertilisasi, perkawinan, serta persalinan pada binatang-binatang (ayam, kambing, ikan dan sebagainya).
Umur 10-13 tahun: diberikan embriologi alat kelamin dalam anatomi, dan sebagainya tanda-tanda kelamin sekunder, menstruasi/haid, pertumbuhan fetus/janin, dan persalinan. Harus disertai pemberian nasehat, agar jangan sampai/mudah diajak ikut dengan orang yang belum dikenal karena kemungkinan terjadinya penculikan atau pemerkosaan.
Umur 13-16 tahun: diberikan diskusi sexual intercourse (persetubuhan), premarital intercourse (persetubuhan sebelum nikah), illegitimasi (perkawinan tidak sah), dan VD (verereal Disease). Pada taraf ini diterangkan aspek social dari hubungan seks, yaitu tanggung jawab terhadap pasangan/partnernya, terhadap anak yang mungkin dilahirkan, dan terhadap lingkungannya.
Harus diterangkan/ditekankan pula tentang hubungan seks sebagai suatu tindakan yang harus berdasarkan perasaan saling cinta-mencintai dan harga menghargai. Banyak bukti menunjukan, keluarga bahagia adalah tempat yang terbaik untuk mendidik anak.
Umur 16 tahun ke atas, termasuk mereka yang telah menikah, tanpa bekal pendidikan seks sebelumnya, menurut pendapat penulis perlu mendapat perhatian, karena meskipun terlambat lebih baik daripada tidak pernah mendapatkan sama sekali, sehingga pasangan-pasangan tersebut masih dapat melakukan intensifikasi serta meningkatkan gairah dan membahagiakan pernikahannya. Termasuk mereka yang menopause, perkawinan/pernikahan mereka harus tetap indah, ditambah pendidikan seks yang semakin memantapkan kehidupan mereka berumah tangga yang akan menjadi teladan bagi keluarga, cucu-cucu, dan seluruh keturunannya.
Jadi pendidikan seks yang paling efektif diperoleh dari orang tua atau pengganti orang tua dalam rumah tangga yang bahagia. Disekolah-sekolah dapat ditekankan tentang ajaran kejujuran, tanggungjawab, self controle, dan anticipation.
Adapun hal-hal yang perlu dibicarakan dalam pendidikan seks, antara lain tentang impotensi (ketidakmampuan seksual pada pria), frigiditas pada wanita (gangguan dan ketidakmampuan seksual pada wanita), menstruasi/haid atau “datang bulan”, seks dan moral agama.
E. Pendidikan Seks dalam perspektif sosiologi Pendidikan Islam
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kebahagian individu dan keluarga serta masyarakat. Memasuki jenjang rumah tangga, selain didukung kematangan seksual (well adjusted) perlu didukung pula oleh moral agama, sehingga dapat melaksanakan seksualitasnya secara bertanggung jawab bagi dirinya masing-masing serta lingkungan sosialnya sesuai dengan agama. Karena dalam agama telah diatur peranan seks dalam perkawinan dalam kehidupan sehari-hari.
Agama dapat menjamin kebahagiaan dalam kehidupan suami-isteri, hanay kata-kata ini bukan dari para ulama/rohaniawan, melainkan merupakan pernyataan yang didukung oleh fakta-fakta, keruntuhan moral di bidang seks, baik bagi anak-anak muda maupun bagi pasangan-pasanagan suami-isteri adalah karena kebanyakan mengenyampingkan tuntunan agama, hingga tidak memiliki keyakinan iman sebagai pegangan hidup. Tanpa dasar iman, orang mudah diperbudak oleh nafsunya oleh nafsunya. Perhatikanlah firman Allah dalam Surah at Tahrim ayat 6:
        ••              
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. 66: 6).
  
“dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan” (QS. 78: 8)

Maksud ayat diatas, untuk menertibkan dan penyaluran nafsu seksual, manusia hidup berjodoh-jodoh sebagai suami isteri secara baik-baik sebagaimana diatur dalam hidup perkawinan.
Kalau ditinjau dari aspek sosiologi pendidikan seks mempunyai struktur sosial yang jelas yaitu hubungan interaksi antara anak didik, guru dan lingkungan. Yang kedua, unsure-unsur sosial yang pokok yaitu norma/kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok sosial dan lapisan social itu. yang ketiga, proses social yakni pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan seperti pengaruh pendidikan seks itu bagi jiwa dan kepribadian anak. Keempat, perubahan sosial, yaitu segala perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, seperti nilai, sikap dan sebagainya.

F. Simpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan seks adalah merupakan usaha sadar untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang betul-betul matang (well adjusted) dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggungjawab, sehingga membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungan/masyarakatnya
2. Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex-instruction dan education in sexuality. Sex-instruction ialah penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta untuk dapat mengadakan hubungan interpersonal yang baik.
3. Pendidikan seks sewajarnya dimulai dari awal tahun kelahiran anak sampai menjelang dewasa, sehingga terjadinya proses pendewasaan bagi anak.
4. Agama Islam (menurut pandangan Islam) pendidikan seks sesungguhnya merupakan sebuah keharusan yang diberikan kepada anak, yang diharapkan akan memberikan makna positif bagi anak, sehingga dalam menghadapi kehidupan berkeluarga akan menjadi lebih baik dan bahagia.

Sumber kutipan:
1. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
2. H. Hamka Abdul Aziz, Pendidikan karakter berpusat pada hati, Al Mawardi, Jakarta, 2010.
3. Al Qur’an digital versi 2,0

Mari Bersalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Shalawat merupakan sebuah keharusan yang sangat dianjurkan untuk membacanya dan mengamalkannya. Perintah bershalawat disampaikan langsung oleh Allah SWT. Melalui kitab suci Al Qur’an. Firman Allah SWT. :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56)

Shalawat adalah jamak dari kata shalah artinya do’a dan memohon berkat. Shalawat orang yang beriman untuk Nabi adalah do’a mereka untuk beliau; shalawatnya malaikat untuk Nabi adalah permohonan ampun kepada Allah untuk beliau dan shalawat Allah SWT adalah rahmat dan sanjungan-Nya untuk Nabi di sisi malaikat-Nya. 1
Dari ayat tersebut diatas jelas sekali bahwa bershalawat atas Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah kewajiban yang sangat penting dan banyak memberikan faedah dan manfaat bagi orang yang membacanya.

Tugas Orangtua Terhadap Anak

Beberapa Tugas orangtua ketika bayi dalam kandungan antara lain:
1. Memeliahara suasana psikologis yang damai dan tenteram, agar secara psikologis janin dapat berkembang secara normal. Bayi yang dilahirkan dari keluarga broken home, akan mewarisi sifat-sifat atau karakter orang tua yang buruk;
2. Senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama bagi ibu, agar janinnya mendapat sinaran cahaya hidayah dari Allah swt; dan
3. Berdo’a kepada Allah swt. Terutama sebelum 4 bulan dalam kandungan, sebab masa-masa itu hukum-hukum perkembangan akan ditetapkan. (Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nusan Psikologis Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 101.

Tugas orangtua dari masa kelahiran sampai minggu keempat, antara lain.
1. Membacakan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri ketika anak baru dilahirkan (HR. Abu Ya’la dari Husein bin Ali)
2. Memotong akidah, dua kambing untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan.
3. Member nama yang baik, yaitu nama yang secara psikologis meningkatkan atau berkorelasi dengan perilaku yang baik.
4. Membiasakan hidup yang bersih dan suci
5. Member ASI sampai usia dua tahun (QS. 2: 233), selain memiliki komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, juga menambah keakraban, kehangatan, dan kasih sayang sang ibu dengan bayinya. (ibid, h. 104)

Tugas orangtua pada masa kanak-kanak (Thifhl), antara lain.
1. Bagaimana merangsang pertumbuhan berbagai potensi indera dan psikologis, seperti penglihatan dan pedengaran dan hati nurani.
2. Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih hidup yang baik, seperti dalam berbicara, makan, bergaul, penyesuaian diri dengan lingkungan, dan berperilaku.
3. Pengenalan aspek-aspek doctrinal agama, terutama yang berkaitan dengan keimanan.
4. Pendidikan pada fase ini dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (bergaul dengan orang lain).

Tugas orangtua pada masa kanak-kanak akhir (tamyiz), antara lain.
1. Merubah persepsi kongkrit menuju pada persepsi yang abstrak, misalnya persepsi mengenai ide-ide ketuhanan, alam akhirat, dsb.
2. Mengembangkan ajaran-ajaran normative agama melalui institusi sekolah, baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Sabda Nabi Saw. :”perintahkanlah anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkannya apabila berusia sepuluh tahun, dam pishkan ranjangnya” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan al hakim dari Abdullah Ibn Amar).

PEMUDA DAN ETOS KERJA

Tahun ini peringatan Sumpah Pemuda bertepatan dengan bulan dimana terjadinya sebuah perubahan, yakni bulan reshaful nya Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Sesuai dengan pidato Bapak Presiden bahwa sesungguhnya Kabinet ini dijuluki dengan “kabinet kerja”. Tepat sekali kiranya penamaan itu, karena sebuah bangsa yang besarnya memerlukan orang-orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, tidak terkecuali para menteri dan para pemuda di negeri ini.
Pemuda identik dengan kekuatan atau energy, maksudnya adalah tidak dikatakan pemuda yang sesungguhnya jika hanya bisa berpangku tangan mengulurkan tangan kepada orang lain, apalagi mengandalkan orangtuanya, bermalasan tanpa kerja sedikitpun. Padahal kerja apapun asalkan halal akan memberikan makna yang sangat berarti bagi dirinya, keluarganya bahkan bagi negeri ini.
Pada rubrik yang sama pada tahun yang lalu penulis mengungkapkan bahwa peringatan Sumpah Pemuda ini bukan hanya sekadar ceremonial belaka, artinya harus memberikan makna yang berarti bagi negeri ini. Hari ini Bangsa Indonesia mengharapkan pemuda-pemudi yang kreatif, inovatif dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
“Syubbanul yaum rijalul gadi” (Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan) demikian kata-kata hikmah. Menjadi pemimpin masa depan, pemuda harus mempunyai etos kerja yang tinggi. Tidak ada pemimpin sekarang yang sukses tanpa perjuangan dimasa mudanya, demikian juga mencetak generasi yang berkualitas harus dimulai dari sekarang dan dipunggung pemuda pemudi harapan bangsa ini.
Hari ini di era globalisasi yang serba terbuka, persaingan perdagangan bebas yang semakin ketat baik pendidikan, industri dan lain-lain akan membuat bangsa ini akan terpuruk jika tidak mempunyai etos kerja yang tinggi. Pada kesempatan yang lalu sebuah TV swasta memberitakan petani-petani sayur di daerah Jawa terancam gulung tikar alias bangkrut disebabkan harga sayur lokal bersaing dengan harga sayur impor. Peranan generasi muda mempunyai andil yang sangat kompeten. Industri kreatif merupakan hal yang sangat penting dikembangkan, dan kualitas sesuatu menjadi sebuah tawaran yang menjadi pertimbangan. Banyaknya produk-produk impor akan menjadi akan pilihan konsumen, tentunya memberikan peluang baik bagi produk yang mempunyai kualitas dan mutu yang baik. Kesemuanya itu kualitas maupun mutu sebuah produk akan dihasilkan oleh orang-orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi disamping profesionalisme. Etos kerja tentunya akan diperoleh dan didapat oleh pemuda-pemudi harapan bangsa ini.
Hari ini, sekali lagi tugas berat ditangan generasi muda untuk memajukan bangsa ini yang serba terpuruk dari persebakbolaan yang tidak masuk pra piala dunia sampai persoalan perpolitikan negeri ini. Mari bangkit pemuda pemudi wujudkan cita-cita besar pendahulu kita pada moment “Kongres Pemuda tahun 1928” yang lalu.

dibalik makna plat mobil Z 4014 H

Ketika penulis berangkat ke sekolah menuju kota Paringin Rabu 28/4/2010, tepat di sekitar jalan raya desa Teluk Masjid / Layap penulis melihat sebuah kendaraan yang sangat berbeda dengan kebanyakan kendaraan yang lalu lalang. Sepeda motor tersebut berpretil dan mempunyai bernomor polisi Z 4014 H entah plat mana penulis tidak tahu persis, yang pasti saat itu penulis teringat firman Allah dalam Surah (Al Mukmin/40 ayat 14 yang berbunyi :
        
14. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).

Masya Allah, sungguh Allah Maha Agung dengan segala firman-Nya. Mungkin ini sebuah pelajaran bagi penulis bahwa ketika Beribadah kepada Allah harus senantiasa menyucikan diri dengan ikhlas kepada-Nya walaupun adanya kebencian dari sifat-sifat kekafiran.
Disamping itu, juga memberikan peringatan kepada penulis bahwasanya ketika melaksanakan aktifitas baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial harus dilandasi dengan keikhlasan tulus kepada Allah SWT.
Allahu Akbar !!!

Selasa, 10 Januari 2012

Menggagas Guru Profesional

Guru adalah tokoh yang paling utama dalam membimbing anak di sekolah dan memperkembangkan anak didik agar mencapai kedewasaan (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 72). Oleh karena itu, hal yang pertama diperhatikan guru agar dapat menarik minat anak didik penampilan guru harus mampu menjadi seseorang yang berkesan dan berwibawa.
Disamping itu, guru merupakan orang yang bertanggung jawab memberikan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewaaan (Nur Uhbiyati, 1997: 71).
Jadi jelas sekali bahwa yang dimaksud guru adalah orang yang mempunyai kemampuan dan profesi sebagai pendidik atau pengajar yang mampu membawa anak didik kepada kematangan dan kedewasaan.
Sehubungan dengan itu, guru sebagai tenaga professional memerlukan pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik guru yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebab kode etik ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri (sardiman, A. M., 2000: 149).
Penampilan seorang guru sangat mempengaruhi sikap mental pribadi anak didik, karena guru merupakan teladan bagi anak didik, sehingga semua gerakan dan tindakannya akan diamati bahkan ditiru oleh anak didik.
Penampilan guru adalah suatu cara atau perbuatan yang dilakukan oleh guru pada saat mengajar (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 92). Penampilan seorang guru bukan hanya dari segi pakaiannya saja akan tetapi meliputi perilakunya. Tetapi dari cara ia memberikan pengajaran di kelas, yakni “menggunakan keterampilan mengajar seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran, dan menggunakan metode yang bervariasi. Keterampilan menjelaskan dan lain-lain, karena dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan sebagai besar faktor keberhasilan proses belajar mengajar. Untuk itu guru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan proses belajar mengajar” (Sardiman, AM, 2000: 128).
Jadi jelas sekali dengan penampilan yang meyakinkan dan dapat membawa anak kearah kedewasaan. Seseorang yang dikatakan dewasa harus memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat dicontoh oleh orang lain yaitu siswa. Bersifat sabar, disiplin, sopan dan ramah, hal yang penting adalah dapat mengendalikan gejolak emosionalnya. Orang dewasa akan senantiasa tidak emosional, tetapi lebih rasional, bijak dan realistis dalam berbagai tindakan dan perbuatannya (Sardiman Am, 2000: 128).
Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai sifat-sifat yang dapat membawa anak didik kepada kedewasaan yakni (1) kesabaran, (2) kewibawaan, (3) penggembira, (4) manusiawi, dan (5) berakhlak mulia.
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan, apalagi seorang guru sebagai pendidik. Sifat sabar perlu dimiliki oleh guru baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil dari jerih payahnya, karena hasil pengajaran tidak selalu segera tampak, anak-anak tidak selalu segera mengerti maksud guru, sering kali guru kecewa, yang tidak sabar akan memperbaiki keadaan itu bahkan memburukkan guru yang tidak sabar akan mengejek atau mencela
Guru juga harus memiliki sifat kewibawaan. Kewibawaan merupakan sifat yang harus dimiliki oleh guru untuk member pengaruh, sehingga mendorong anak didik untuk mematuhinya. Namun kepatuhan tersebut diterima secara sukarela dan bukan atas dasar tekanan atau ancaman. Dengan demikian kewibawaan merupakan potensi rohaniah yang dimiliki oleh seorang pendidik sehingga anak didik menerima kekuasaan dan perintahnya atas dasar sikap patuh karena kesadaran. Jadi, tanpa adanya kewibawaan pada guru, anak hanya akan menuruti kehendak pada guru, anak didik hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau kesadaran dalam dirinya (Jalaludin & Ali, 1995: 100).
Juga, guru harus memiliki sifat penggembira, sikap ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara lain ia akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar dan anak-anak tidak lekas bosan atau merasa lelah.
Sedangkan sifat manusiawi juga merupakan salah satu sikap seorang guru, karena guru adalah manusia yang tak lepas dari kekurangan, ia juga bukan manusia yang sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat kekurangannya sendiri dan segera memperbaikinya. Dengan demikian pandangannya tidak picik terhadap kelakukan manusia umumnya dan anak-anak khususnya, ia dapat melihat perbuatan yang salah menurut ukuran yang sebenarnya, member hukuman yang adil dan suka memaafkan apabila anak itu insyaf akan kesalahannya. (Zakiah Daradjat, 1996: 43).
Terakhir, guru harus memiliki sifat dan sikap mulia, dalam arti berakhlak mulia. Akhlak mulia atau akhlakul karimah merupakan sifat yang paling penting dan wajib dimiliki oleh seorang guru. Karena dengan akhlak mulia, anak didik akan mampu menjadi anak yang berakhlak mulia juga.


Sumber Rujukan:
1. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1984)
2. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka setia, 1997).
3. Jalaludin & Ali, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya, Putra Al Ma’arif, 1995)
4. Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).

Jorong, 8 Januari 2012.