Orang tua akan merasa stres jika mendengar anaknya benci ke sekolah dan tidak mau pergi bersekolah. Cara membujuknya adalah bukan dengan memarahi, melainkan cari tahu apa penyebabnya dan ajaklah si kecil bicara secara baik-baik. Mungkin hampir sebagian besar anak pernah merasakan benci untuk datang ke sekolah, namun biasanya perasaan tersebut tidak berlangsung lama. Sekolah adalah salah satu tempat dimana seseorang bisa mendapatkan pendidikan, teman dan mengembangkan kemampuan untuk bersosialisasi dengan sesama. Anak yang tidak mau sekolah bisa saja karena merasa takut atau stres untuk datang ke sekolah. Anak yang stres tentang sekolahnya akan memicu timbulnya sakit kepala atau sakit pada bagian pencernaannya. Memiliki masalah dengan waktu tidurnya juga merupakan salah satu tanda dari stres. Jika anak tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, maka anak akan suka marah-marah dan menjadi cepat lelah sepanjang hari. Perasaan tersebut bisa membuat anak merasa tidak betah atau memperburuk keadannya di sekolah. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membuat anak semangat kembali ke sekolah, seperti dikutip dari Kidshealth. 1. Ajaklah anak bicara secara baik-baik tentang masalah yang dihadapi di sekolahnya. Anak bisa berbicara dengan orang tua, teman atau guru yang dipercaya sehingga bisa membuatnya merasa lebih baik. 2. Biasakan anak untuk selalu menulis apapun yang terjadi atau perasaannya dalam sebuah diari. Hal ini bagus bagi anak yang tidak ingin berbagi dengan siapapun, karena bisa membantu mengeluarkan segala emosi yang dipendamnya. 3. Jika bermasalah dengan pelajaran di sekolah, mintalah bantuan guru di sekolah atau guru privat untuk memberinya tambahan pelajaran. Jangan biarkan hal ini berlangsung terlalu lama, karena lebih mudah untuk mengejar ketinggalan satu bab pelajaran dibandingkan dengan satu buku pelajaran. 4. Biasakan mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan sang anak untuk ke sekolah sejak malam harinya, sehingga saat pagi hari anak tidak merasa stres atau terburu-buru yang membuatnya malas untuk pergi ke sekolah. 5. Ajaklah anak untuk menulis apa yang tidak disukai dan apa yang disukai di sekolah (meskipun mungkin hanya saat istirahat saja). Lalu cari solusi bersama-sama untuk mengatasi hal-hal yang tidak disukai anak di sekolah. sumber: eyang goegle .....
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Senin, 01 April 2013
Tips Agar Anak tidak benci Untuk sekolah
Orang tua akan merasa stres jika mendengar anaknya benci ke sekolah dan tidak mau pergi bersekolah. Cara membujuknya adalah bukan dengan memarahi, melainkan cari tahu apa penyebabnya dan ajaklah si kecil bicara secara baik-baik. Mungkin hampir sebagian besar anak pernah merasakan benci untuk datang ke sekolah, namun biasanya perasaan tersebut tidak berlangsung lama. Sekolah adalah salah satu tempat dimana seseorang bisa mendapatkan pendidikan, teman dan mengembangkan kemampuan untuk bersosialisasi dengan sesama. Anak yang tidak mau sekolah bisa saja karena merasa takut atau stres untuk datang ke sekolah. Anak yang stres tentang sekolahnya akan memicu timbulnya sakit kepala atau sakit pada bagian pencernaannya. Memiliki masalah dengan waktu tidurnya juga merupakan salah satu tanda dari stres. Jika anak tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, maka anak akan suka marah-marah dan menjadi cepat lelah sepanjang hari. Perasaan tersebut bisa membuat anak merasa tidak betah atau memperburuk keadannya di sekolah. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membuat anak semangat kembali ke sekolah, seperti dikutip dari Kidshealth. 1. Ajaklah anak bicara secara baik-baik tentang masalah yang dihadapi di sekolahnya. Anak bisa berbicara dengan orang tua, teman atau guru yang dipercaya sehingga bisa membuatnya merasa lebih baik. 2. Biasakan anak untuk selalu menulis apapun yang terjadi atau perasaannya dalam sebuah diari. Hal ini bagus bagi anak yang tidak ingin berbagi dengan siapapun, karena bisa membantu mengeluarkan segala emosi yang dipendamnya. 3. Jika bermasalah dengan pelajaran di sekolah, mintalah bantuan guru di sekolah atau guru privat untuk memberinya tambahan pelajaran. Jangan biarkan hal ini berlangsung terlalu lama, karena lebih mudah untuk mengejar ketinggalan satu bab pelajaran dibandingkan dengan satu buku pelajaran. 4. Biasakan mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan sang anak untuk ke sekolah sejak malam harinya, sehingga saat pagi hari anak tidak merasa stres atau terburu-buru yang membuatnya malas untuk pergi ke sekolah. 5. Ajaklah anak untuk menulis apa yang tidak disukai dan apa yang disukai di sekolah (meskipun mungkin hanya saat istirahat saja). Lalu cari solusi bersama-sama untuk mengatasi hal-hal yang tidak disukai anak di sekolah. sumber: eyang goegle .....
the Actract (thesis)
Rahmadi. The Implementation of Local Content: Al-Qur’an Education Curriculum at State Middle School of Paringin 4 and State Middle School of Lampihong 1 Balangan Regency. Advisors (I) Prof. DR. H. A. Fahmy Arief, MA. and (II) DR. Dina Hermina, M. Pd. Unpublished Thesis Graduate Program IAIN Antasari Banjarmasin, in the year 2012.
Key Words: implementation, curriculum, local content, Al-Qur’an education
Local content is one of the curricular activities aiming at developing the students’ competency that is compatible with characteristic and potential of the local region. The South Kalimantan provincial government has issued and implemented a penal provision No. 3 year 2009 about local content: Al-Qur’an Education. Thus, the Balangan Regional government has also to implement this at schools.
The objective of this research is to recognize and describe the implementation of the curriculum of Local content: Al-Qur’an Education at State Middle School of Paringin 4 as well as at State Middle School of Lampihong 1.
This research is descriptive in nature. phenomenology approach. The research subject is the principal, the vice-principal, curriculum section, teacher of local content: Al-Qur’an Education, and students. Eventhough the research object is the implementation curriculum of local content: Al-Qur’an Education in State Middle School of Paringin 4 and State Middle School of Lampihong 1 of Balangan Regency. The collecting information was done by three base techniques, that is interview, observation, and documentation study. While, the data analysis after collecting data.
According to the result in the field of study can be summarized that local content: Al-Qur’an Education’s teachers at both of schools have tried to apply this curriculum from planning, action (doing), and assessment. eventhough, there are so many things that is not suitable yet with expectation through penal provion publication. Whereas, there are support factors influenced to this implementation that is teacher competency principal’s support hampers factor that is students’ ability, limited of facility.
Abstract (PTK)
Rahmadi, 2010, Meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VIII A SMPN 4 Paringin Kabupaten Balangan dalam memahami Iman kepada Rasul Allah Melalaui Model pembelajaran Bermain peran sebagai Tamu dan Tuan Rumah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Kata-kata Kunci: Meningkatkan, prestasi belajar, bermain peran, tamu, tuan rumah
Kenyataaan dilapangan bahwa Banyak dijumpai prestasi belajar siswa masih rendah/belum tuntas, sehingga perlu proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
PTK kolaboratif ini bertujuan agar guru Pendidikan Agama Islam 1) mengetahui Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Bermain Peran Sebagai Tamu dan Tuan rumah dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa dalam memahami Iman kepada Rasul Allah. 2)Bagaimana Mengetahui keberhasilan guru dilihat dari aktifitasnya dalam menerapkan Model Pembelajaran Bermain Peran Sebagai Tamu dan Tuan rumah.
Subjek pelaku pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII A, subjek penerima tindakan siswa kelas VIII A Semester II tahun pelajaran 2009/2010 SMPN 4 Paringin Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten Balangan.
Data yang diperoleh melalui observasi, catatan lapangan dan review. Semua data diperiksa dengan trianggulasi penyidik. Data dianalisa secara deskriptif kualitatif model alur.
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini, pertama, penerapan model pembelajaran Bermain peran sebagai tamu dan tuan ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam memahami Iman kepada Rasul Allah. Kedua, subjek pelaku tindakan kelas berhasil melaksanakan model pembelajaran Bermain peran sebagai tamu dan tuan. Penerapan Model Pembelajaran Bermain peran sebagai tamu dan tuan rumah dalam memahami Iman kepada Rasul Allah meningkat secara signifikan.
Pantaskah Aku Menjadi Guru Berprestasi?
Setiap orang menginginkan menjadi guru yang berprestasi. Masalahnya apakah kita sebagai guru mampu atau layak menjadi guru yang berprestasi, atau sebutan sebelumnya dengan istilah guru teladan.
Guru berprestasi adalah guru yang memiliki kinerja yang melampaui standar yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan
Syarat pokok yang harus dipenuhi oleh peserta pemilihan guru berprestasi adalah:
1. guru pegawai negeri sipil (PNS) maupun non-PNS serta tidak sedang mendapat tugas sebagai kepala sekolah;
2. memiliki masa kerja sekurang-kurangnya delapan tahun;
3. memiliki bukti prestasi yang ditulis dalam bentuk karya tulis/laporan yang disahkan oleh kepala sekolah dan direkomendasi oleh komite sekolah;
4. memiliki bukti partisipasi dalam kemasyarakatan berupa surat keterangan atau bukti fisik lain yang disahkan oleh kepala sekolah;
5. menyusun portofolio;
6. mempunyai beban kerja sekurang-kurangnya 24 jam per minggu atau ekuivalen. Guru-guru yang pernah meraih juara I, II, dan III tingkat nasional tidak diperkenankan mengikuti program ini. Guru-guru yang meraih predikat guru berprestasi peringkat I, II, dan III tingkat provinsi dapat mengikuti program ini setelah 5 tahun.
Ada tiga kriteria yang menjadi acuan penilaian dalam pemilihan guru berprestas, yakni
1. unggul/mumpuni dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional,
2. menghasilkan karya kreatif dan inovatif, dan
3. secara langsung membimbing peserta didik hingga mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan / atau ekstrakurikuler.
Kompetensi pedagogik dinilai dari tingkat pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Memahami peserta didik artinya mampu memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian peserta didik, serta mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. Merancang pembelajaran artinya memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Melaksanakan pembelajaran artinya menata latar / setting pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar (mastery learning), dan memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Adapun pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya adalah memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi akademik dan nonakademik.
Kompetensi kepribadian tercermin dari kemampuan personal, berupa kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, serta berakhlak mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil artinya bertindak sesuai dengan norma hukum dan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak. Dewasa artinya menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Arif artinya menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Berwibawa artinya memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan disegani. Adapun berakhlak mulia berarti bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani siswa. Pada penilaian tertulis, soal tes kepribadian antara lain berupa tes potensial akademik (TPA) yang meliputi kemampuan verbal dan kemampuan matematis.
Kompetensi sosial tercermin dari kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Selain dengan melihat bukti fisik pada portofolio, kompetensi sosial juga dinilai dengan tes tertulis berupa tes kompetensi sosial, seperti tes skala sikap.
Kompetensi profesional tercermin dari tingkat penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mancakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodolgi keilmuannya. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi artinya memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang manaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun menguasai struktur dan metode keilmuan berarti menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan / materi bidang studi.
Untuk guru SMP dan SMA/K, penilaian kompetensi profesional berupa soal tes sesuai dengan bidang studi yang diampunya.
Kriteria kedua guru berprestasi adalah menghasilkan karya kreatif dan inovatif. Kegiatan ini meliputi:
1. Pembaruan (inovasi) dalam pembelajaran atau bimbingan
2. Penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan
3. Penulisan buku fiksi / nonfiksi di bidang pendidikan atau sastra Indonesia dan sastra daerah
4. Penciptaan kaya seni
5. Bidang olahraga
Adapun kriteria ketiga guru berprestasi adalah membimbing peserta didik hingga mencapai prestasi, baik di bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Kriteria ketiga ini dapat dipahami bahwa seorang peserta pemilihan guru berprestasi dinilai dengan melihat prestasi yang dimiliki peserta didik. Dalam bidang intrakurikuler misalnya nilai akademik yang tinggi, olimpiade berbagai ilmu, dan berbagai lomba yang berkaitan dengan bidang akademik, sedangkan bidang ekstrakurikuler adalah prestasi nonakademik, seperti prestasi di bidang olahraga, seni, dan berbagai keterampilan.
Kiat Sukses dalam Pemilihan Guru Berprestasi
Sekarang ada beberapa kiat yang dapat diperhatikan seorang guru ketika ingin menjadi guru yang berprestasi, antara lain :
Pada proses penilaian, seorang peserta pemilihan guru berprestasi akan dinilai dari berbagai aspek dengan berbagai cara penilaian. Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti seleksi, juga pengalaman sebagai juri di tingkat kabupaten dan provinsi, pada tes tertulis, terkadang waktu yang disediakan sempit, khususnya untuk tes kepribadian bentuk tes potensial akademik. Oleh karena itu, kecepatan berpikir, strategi menjawab soal, dan manajemen waktu sangat diperlukan.
Pada tes unjuk kerja, guru dituntut untuk bersimulasi praktik mengajar, terkadang berupa kegiatan berdiskusi mengenai topik tertentu yang disediakan panitia, dan presentasi karya tulis ilmiah (karya kreatif dan inovatif). Di tingkat provinsi DIY khususnya, unjuk kerja juga berupa kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK): membuat presentasi dengan komputer berdasarkan makalah yang disediakan dan mencari bahan ajar melalui internet.
Oleh karena itu, perdalam pengetahuan dan keterampilan dalam bidang TIK.
Pada tes wawancara, seorang peserta akan diwawancarai oleh seorang juri dalam setiap aspek. Namun, dapat juga seorang peserta dihadapi oleh beberapa orang juri sekaligus. Dalam tes wawancara ini, peserta akan diuji kemamuannya menyampaikan ide, pendapat, wawasan dan pengetahuan yang dimiliki secara lisan. Penguasaan materi wawancara, alur pikir, rasa percaya diri, dan kemampuan berkomunikasi lisan akan banyak berpengaruh terhadap penilaian tes jenis ini. Banyak peserta yang menjawab pertanyaan dengan panjang dan bertele-tele untuk memperlihatkan kemampuannya, namun sebenarnya justru mengurangi penilaian karena jawaban tidak tepat pada sasaran.
Uji portofolio akan dinilai dari segi kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, penilai akan menghitung banyaknya prestasi, karya, dan berbagai bukti fisik kegiatan profesional, pedagogik, karya kreatif dan inovatif, serta kegiatan pembimbingan. Semakin banyak tentu semakin tinggi nilainya. Namun, hal ini akan dikombinasikan dengan penilaian segi kualitas portofolio. Dari segi kualitas, penilai juga akan mempertimbangkan mutu karya, orisinalitas, dan manfaat. Belum tentu portofolio yang tebal akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada portofolio yang tipis. Namun, untuk mendapatkan nilai maksimal, kedua hal tersebut harus diperhitungkan dalam menyusun portofolio. Prinsipnya, jangan sampai ada prestasi dan karya yang tertinggal atau tidak diikutkan dalam penilaian.
Penilaian observasi dilakukan untuk menilai kompetensi kepribadian dan sosial. Peserta di tingkat kabupaten atau provinsi, khususnya yang menjadi nominasi, akan didatangi tempat tinggalnya tanpa sepengetahuan peserta. Tim penilai akan mengobservasi dan mencari informasi melalui tetangga tentang kepribadian dan peran sosialnya di masyarakat. Jadi, seorang nominasi yang akan ditetakan sebagai juara, harus memiliki nilai plus pada unsur tersebut. Oleh karena itu, seandainya ada peserta yang memiliki nilai sangat tinggi dalam tes lain, namun jika hasil observasi menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang memiliki kepribadian dan peran sosial yang layak, maka batallah dia menjadi juara. Inilah unsur keteladanan yang masih dipertahakan meskipun predikat guru teladan sudah berganti menjadi guru berprestasi.
Jika Anda telah terpilih atau akan mengikuti pemilihan guru berprestasi, siapkan berbagai aspek yang dinilai seoptimal mungkin, kerahkan berbagai potensi yang Anda miliki. Namun, janganlah terlalu berambisi untuk menjadi juara karena sikap ini justru akan berefek merugikan, yakni kurang tenang dalam mengikuti seleksi dan akan terpancar pada penampilan yang tentu tidak akan luput dari bidikan penilaian kepribadian yang dilakukan para juri. Guru yang belum memperoleh kesempatan mengikuti seleksi guru berprestasi karena belum ditunjuk kepala sekolah, berupayalah untuk meningkatkan profesonalisme dengan terus berkarya, berdedikasi, dan menjadi pengabdi dan pelayan yang baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, dan masyarakat. Hasil akhirnya tentu saja bukan semata untuk menjadi guru berprestasi karena pada hakikatnya predikat guru berprestasi sebenarnya bukanlah predikat yang diperjuangkan, namun lebih sebagai bentuk penghargaan.
Selamat berjuang para guru, kepala sekolah dan pengawas yang ikut dalam pemilihan guru, kepala sekolah dan pengawas berprestasi tahun ini, semoga menjadi guru yang teladan dan berprestasi bukan saja dalam mendidik anak disekolah tetapi dalam kegiatan sosial di masyarakat.