Senin, 01 November 2010

Makna Angka 26

1 November 2010

MAKNA ANGKA 26

“Watak para penyair jaman Rasulullah itu dijelaskan diantaranya pandai bicara namun tak sesuai antara kata dan perbuatan, dengan kepandaian bicaranya mereka suka memutar balikkan fakta, serta tidak mempunyai pendirian.”


Di bulan Oktober 2010, publik sedang ramai membicarakan angka 26, karena belum lama berselang pada tanggal 26 Oktober 2010 terjadi letusan gunung Merapi di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah yang menewaskan puluhan orang termasuk ‘Sang Suraksohargo’ (Kuncen; Penunggu Gunung) yang legendaries, Mbah Maridjan.

Sebetulnya, pada waktu yang nyaris bersamaan, di bulan Oktober 2010, bumi Indonesia diterjang beberapa musibah besar lain, yakni tsunami di Mentawai (Sumatera Barat) yang mengambil korban lebih dari 600 orang tewas atau hilang dan air bah di Wasior (Papua Barat) yang korbannya tak kurang dari ratusan nyawa pula. Ketika bencana-bencana tersebut terjadi, di Ibu Kota Jakarta terjadi tragedi lainnya, yakni hujan ekstrim berhari-hari yang menyebabkan banjir di banyak titik… Jakarta kacau, demikian beberapa media massa besar memberitakan.

Mengapa angka 26 begitu menarik perhatian ? Karena selain letusan Merapi terjadi pada tanggal 26, ternyata bencana-bencana besar yang telah lalu pun terjadi pada tanggal 26, diantaranya tsunami di Aceh serta gempa di Yogyakarta dan Tasikmalaya.

Sehubungan bencana-bencana besar yang terjadi pada tanggal 26, seolah Tuhan menyampaikan pesan melalui angka tersebut. Lalu apakah makna angka 26 ?

Sebagai seorang muslim, salah satu rujukan saya dalam upaya menguak misteri angka tersebut adalah Qur’an. Sebagai kitab suci, susunan mushaf Qur’an diyakini memiliki makna penting, bukan asal mengurutkan. Sehubungan dengan angka 26, surat Qur’an ke-26 adalah surah Asy Syu’araa’, yang berarti ‘para penyair’. Surah Asy syu’araa diturunkan di Makkah pada periode Rasulullah menanamkan ajaran-ajaran dasar agama, yaitu tauhid.

Kata “asy syu’araa’ “ terdapat pada ayat ke-224 surah tersebut, yakni ayat yang secara khusus menjelaskan kedudukan para penyair di jaman Rasulullah Saw. Pada ayat tersebut disebutkan bahwa Rasulullah bukanlah penyair, dan akhlak Rasulullah sangat berbeda dengan watak para penyair jahiliyah tersebut.

Watak para penyair jaman Rasulullah itu dijelaskan diantaranya pandai bicara namun tak sesuai antara kata dan perbuatan, dengan kepandaian bicaranya mereka suka memutar balikkan fakta, serta tidak mempunyai pendirian.

Selain berisi tentang watak para penyair, pokok kandungan surah Asy syu’araa juga menyebutkan tentang kebinasaan, bahwa kebinasaan suatu bangsa atau umat disebabkan mereka meninggalkan petunjuk-petunjuk agama.
Ternyata dalam beberapa surah dalam Al Qur'an setiap kita buka ayat 26, Allah memberikan berbagai macam peringatan dan ancaman bagi umat-umat yang terdahulu.  

Refleksi :

Makna 26 mungkin teguran Tuhan kepada kita yang berwatak tak ubahnya penyair di jaman jahiliyah, yakni pandai bicara namun banyak bohongnya; makin pandai bicaranya, makin pandai pula memutar balikkan fakta … kita tak punya integritas : kata tak sesuai dengan perbuatan ! 

0 komentar:

Posting Komentar