This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Sabtu, 16 November 2013
Sabtu, 07 September 2013
Filosofis Etos Kerja Dalam Islam
Islam adalah Agama yang sangat menganjurkan kepada Umat Islam untuk rajin bekerja dan tidak mengenal kata Malas.
bersambung .....
Khutbah Jum'at : "Menggapai Ridha Ilahi Melalui Tiga Amal Terbaik"
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Jama’ah Jum’at Rohimakumullah
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena beta besar karunia Allah SWT yang diberikan kepada Kita. Kita terlahir dari keturunan Adam As sebagai Khalifah fil Ardl adalah merupakan satu kepercayaan terbesar yang diberkan Allah Swt kepada Manusia, sebagaimana dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh: 30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ...” Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar, ada siang dan ada malam. Roda kehidupan dunia juga tidak pernah berhenti. Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada tangis. Kadangkala dipuji tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan hidup.
Oleh sebab itu, agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Karena itu khotib akan memberi judul khotbah kali ini dengan judul “Tiga Amalan Baik”. Tiga amalan baik tersebut adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar yang kita singkat TIGA IS.
1. Istiqomah. yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah. Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits yang artinya: “Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku telah berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, ‘Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).
Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan. Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Al-Qur-an surat Fushshilat ayat 30: Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)
2. Istikharah, selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.
Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah.
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:
بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah”. (HR. Al-Bukhari). Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow” (berfikirlah hari ini dan bicaralah esok hari).
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam untuk memberikan rambu-rambu kehidupan, beliau bersabda: Yang artinya: ”Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya”. (HR.Baihaqi dari Jabir) Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan bertindak sekehendakya tanpa mengindahkan etika agama.
Para pakar barangkali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang justru membingungkan masyarakat. Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari. Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: Artinya: “Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat”. (HR. Thabrani dari Anas)
3. Istighfar, yaitu selalu instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati. Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati. Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instropeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridloanNya.
Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena kemalasan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan terobosan-terobosan yang produktif, maka kreatifitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan. Akan tetapi adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami kesulitan. Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang menumpuk yang belum bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat satu-satunya adalah beristighfar dan bertobat. Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud AS., kepada kaumnya: Dan (Dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. Hud:52). Hadirin Jamaah Jjum’at yang InsyaAlllah di Rahmati Allah. Sekali lagi, tiada kehidupan yang sepi dari tantangan dan godaan. Agar kita tetap tegar dan selamat dalam berbagai gelombang kehidupan, tidak bisa tidak kita harus memiliki dan melakukan TIGA IS di atas yaitu Istiqomah, Istikharah dan Istighfar. Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan dengan keimanan dan rahmatNya yang melimpah. Amin
. أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
----------------------
disampaikan pada hari Jum’at, 6 September 2013
dimasjid Syuhadaa Lampihong Kab,. Balangan Kalsel
Selasa, 06 Agustus 2013
Kembali Ke Fitrah
Khutbah Idul Fitri 1434 H/2013 M
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر (9مرات) لا إله إلا الله والله
أكبر ، الله أكبر ولله الحمد ، . الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين
الحق ليظهره على الدين كله ، أشهد أنى إله إلا الله وحده لا شريك له ،
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، أدى الأمانة وبلغ الرسالة ، ونصح الأمة ،
وجاهد في الله حق جهاده ، وتركنا على المحجو البيضاء ، ليها كنهارها لا
يزيغ عنها إلا هالك ، اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وبعد ، فيا
أيها المسلمون، أصيكم وإياي بتقوى الله وطاعته في كل وقت لعلكم تفلحون. قال
تعالى : { يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون}. آل عمران 102.
Dari Ramadhan Menuju Titik Fitrah
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan menuju titik fitrah. Titik penciptaan kita yang bersih dan suci. Kata fitrah di ambil dari kata fathara yafthuru artinya menciptakan.
Allah Sang Pencipta tidak pernah bermaksud buruk ketika pertama kali menciptakan manusia. Karena itu tidak mungkin manusia mencapai kesempurnaan dirinya tanpa kembali ke titik asal diciptakannya. Itulah titik di mana manusia benar-benar menjadi manusia. Bukan manusia yang penuh lumuran dosa dan kekejaman. Bukan manusia yang dipenuhi gelimang kemaksiatan dan kedzaliman.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…
Allah swt. menurunkan Al Qur’an untuk menjadi pedoman agar manusia tetap komitmen dengan kemanusiaannya. Yaitu manusia yang saling mencintai karena Allah, saling memperbaiki menuju keimanan sejati, saling tolong menolong menuju peradaban yang kokoh, saling membantu dalam kebaikan bukan saling membantu dalam dosa dan kemungkaran. Allah mengutus nabi-nabi sepanjang sejarah sebagai contoh terbaik bagaimana menjalankan kewajiban kepadaNya. Tidak ada keselamatan kecuali ikut jejak para Nabi. Dan tidak ada keberkahan kecuali bersungguh-sungguh menjalankan ibadah seperti yang para Nabi ajarkan. Itulah tuntunan fitrah. Bahwa setiap manusia tidak akan bisa kembali ke titik fitrahnya tanpa mengikuti ajaran yang disampaikan para Nabi.
Nabi Allah yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw. Dialah penutup nabi-nabi dan rasul-rasul (khaatamun nabiyyiin). Dengan demikian semua tuntunan yang dibawanya pasti seirama dengan fitrah manusia. Maka dengan ikut Nabi Muhammad secara utuh kita akan menjadi manusia yang kembali ke fitrah. Karena itu setiap memasuki bulan Ramadhan kita harus
berbicara mengenai bagaimana Nabi Muhammad saw. menjalani ibadahnya selama Ramadhan. Sebab hanya dengan ikut jejaknya kita bisa mencapai hakikat Ramadhan secara mendalam dan sempurna. Rasulullah saw. pernah menegaskan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus.
Artinya bahwa ia dengan Ramadhan tidak bisa kembali ke fitrahnya, padahal semua rangkaian ibadah Ramadhan adalah tangga kembali menuju fitrah. Mengapa?
Mengapa semua ibadah itu tidak mengantarkan mereka ke titik fitrah? Di manakah letak salahnya? Jawabanya tentu pada manusianya. Sebab ternyata masih banyak orang yang masuk Ramadhan tidak maksimal menjalankan ibadah-ibadah yang Allah dan rasul-Nya ajarkan. Banyak orang masuk Ramadhan sekedar dengan semangat ritual saja, sementara hakikat keilmuan yang harus dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang masuk Ramadhan semata menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam hari mereka kembali melaksanakan kemaksiatan.
Banyak orang masuk Ramadhan bukan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk meningkatkan omset-omset maksiat. Pun banyak orang masuk Ramadhan dengan semangat di awal-awal saja, sementara di akhir-akhir Ramadhan di mana Rasulullah beri’tikaf dan memburu malam lailatul qadar, malah ia sibuk dengan permainan-permainan. Bahkan yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak orang yang hanya semangat beribadah di bulan Ramadhan saja, bagitu Ramadhan pergi, semua ibadah itu lenyap seketika dari permukaan. Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah, setelah Ramadhan, kembali kosong dan sepi.
Jangan Berbuat Seperti Wanita Pemintal Benang
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Tidak ada ajaran bahwa kita wajib mentaati Allah dan rasulNya hanya di bulan Ramadhan saja, setelah itu kita kembali berbuat dosa. Ramadhan sebagai titik tolak kembali ke fitrah sejati. Bahwa dari Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan. Dalam surah An Nahl 92, Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”.
Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang. Sore hari ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Perhatikan! Allah melarang agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali. Bahwa perbuatan sia-sia adalah kerugian yang nyata.
Karena itu Nabi saw. selalu mengingatkan agar kita selalu istiqaamah. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab: qul aamantu billahi tsummastaqim (katakan aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah).
Dalam hadist lain Nabi saw. juga sering mengingatkan sahabat-sahabatnya: laa takun mitsla fulaan, kaana yaquumullaili tsumma taraka (jangalah kamu menjadi seperti fulan, tadinya ia selalu bangun malam, tapi sayang ia kemudian meninggalkannya). Demikianlah, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan
malam: siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu hanya untuk Ramadhan? Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan berlalu, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang Islam yang selama
Ramadhan rajin membaca Al Qur’an, tetapi begitu Ramadhan selesai, Al Qur’an dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah wanita yang Allah ceritakan di atas. Selama Ramadhan ketaatan dirangkai, begitu Ramadhan habis, semua ketaatan yang indah itu dicerai beraikan kembali.
Pribadi Bersih Bangun Masyarakat Bersih
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Semua kita mencita-citakan masyarakat yang bersih dan Negara yang bersih. Itulah yang kita kenal dengan masyarakat Madani. Tetapi itu semua hanyalah mimpi tanpa adanya pribadi yang bersih. Karena itu Allah swt. sejak dini menyerukan lahirnya pribadi dan rumah tangga yang bersih. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُواأَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَاد لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَاأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ(التحريم:)6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim: 6)
Perhatikan, betapa Allah swt. telah memberikan langkah-langkah praktis bagaimana menuju masayarakat yang baik. Yaitu dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebab hanya kedua unsur inilah pilar pokok sebuah masyarakat dan Negara. Pribadi yang menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka adalah pribadi yang bersih. Bersih dari dosa-dosa kepada
Allah swt. Dari amalan Ramadhan setidaknya ada 5 pelajaran penting yang harus dipertahankan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sehingga dengannya kelak akan lahir masyarakat yang bersih:
Pertama, Jauhi Harta Haram (Tarkul halal min ajlil ibti’ad ‘anil haram).
Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan untuk mengambil yang haram. Masyarakat yang hidup di atas harta haram adalah masayarakat yang rapuh. Dalam sejarah kita membaca, hancurnya raja-raja terdahulu adalah kerena kedzaliman mereka terhadap rakyatnya. Banyak hak rakyat yang tidak dipenuhi. Akibatnya Allah swt. menghancurkan mereka. Dalam Al Qur’an kita membaca firman Allah:
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ
يَاأُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(المائدة)100
Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)
Dalam ayat ini Allah befirman bahwa harta haram itu sebagai al khabits (kotoran yang menjijikan). Artinya seandainya harta haram itu Allah menampakkan berupa kotoran niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karenanya itu tidak akan pernah sama dengan ath thayyib (yang halal dan baik) sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Mengapa?
Sebab yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu perintahkan agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab. Apa artinya? Bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan terhantar ke level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa otomatis rumah tangga akan bersih dari harta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram, otomatis masyarakat akan bersih dan lebih dari itu Allah akan melimpahkan keberkahan. Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(الأعراف)96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf: 96)
Kedua, Kendalikan Nafsu dari maksiat (Al isti’la’ ‘alal hawa).
Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya. Berbeda dengan binatang, yang memang tidak punya akal, manusia adalah makhluk yang harus mengatur gejolak nafsunya. Dengan demikian masyarakat yang hidup di atas bimbingan nafsunya adalah masyarakat binatang. Ia makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, seperti babi dan khamr, bahkan itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh. Dalam Al Qur’an Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak menggunakan akal. Mereka seperti binatang bahkan lebih parah lagi. Allah berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ
أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا
أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ
الْغَافِلُونَ(الأعراف)179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf: 179)
Dalam surah An Nazi’at ayat 40-41, Allah swt. menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah secara jujur seseorang bisa mengendalikan nafsunya. Simaklah Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى(40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى()41
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (QS. An Nazi’at: 40-41)
Ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada dua kekuatan yang saling tarik menarik. Kekuatan nafsu dan kekuatan takut kepada Allah (iman). Bila takutnya kepada Allah lebih kuat, maka terkendalikanlah nafsu. Bila nafsu dikendalikan maka ia akan masuk surga. Sebaliknya bila takutnya kepada Allah lebih lemah, maka nafsu akan lebih dominan. Bila nafsu yang dominan maka ia utamakan dunia di atas akhirat. Bahkan ia berani mengorbankan akhiratnya demi dunia. Inilah makna ayat:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(16)وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى(الأعلى)17
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Dalam surah An Naziat ayat 37-39 Allah SWT menegaskan bahwa cara hidup mengutamakan dunia dan penuh penyimpangan adalah jalan ke neraka. Allah berfirman:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى(37)وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(38)فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى()39
Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). (QS. An Nazi’at: 37-39)
Ketiga, Tundukkan Syetan (As saitharah ‘alasy syaithon).
Kita telah membuktikn selama Ramadhan bahwa syetan dijadikan tidak berdaya. Lihatlah masjid-masjid penuh selama Ramadhan. Malam harinya – terutama pada sepuluh malam terakhir – sepanjang malam masjid hidup dengan orang-orang ber’tikaf dan shalat malam. Di rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung
orang-orang sedang membaca Al Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa syetan sebenarnya sangat lemah. Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari Kiamat ia masih ikut syetan dan sibuk dengan acara-acara syetan.
Masyarakat yang ikut syetan tidak akan pernah kuat. Ia akan terus dipermainkan dan dijadikan bola pingpong oleh syetan, karena tidak ada syetan yang baik. Ia terus akan dibuat dalam kondisi tidak pernah stabil, karena syetan tidak suka masyarakat yang stabil.
Keempat, Bersungguh-sungguh ikut apa kata Allah (Ath Tho’ah al muthlaqah lillahi Ta’ala). Selama Ramadhan kita telah berhasil patuh sepenuh hati kepada Allah swt. Bila Allah perintahkan puasa, kita langsung puasa. Padahal itu perbuatan yang sangat berat. Sebab yang kita tahan adalah hal-hal yang sebenarnya halal dan boleh dikerjakan. Itu menunjukkan bahwa tidak ada alasan lagi setelah Ramadhan untuk tidak ikut apa kata Allah. Sebab
Dialah Allah Yang Maha Mengetahui. Semua yang datang dariNya pasti benar. Orang-orang yang tidak mengikutiNya pasti celaka. Karena Dialah yang memiliki langit dan bumi. Dialah pula Raja di Hari Pembalasan (maaliki yawmiddin).
Silahkan cari alasan untuk tidak ikut Allah, anda pasti akan menemukan jalan buntu. Allah berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍإِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ
مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا(الأحزاب)36
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Di hari Kiamat nanti Allah swt. menantang jin-jin dan orang-orang yang sombong, yang tidak mau ikut tuntunanNya. Menantang mereka supaya mereka mencari tempat pelarian, kalau bisa. Silahkan tembus langit atau bumi, jika bisa, tetapi ternyata akhirnya mereka harus menyerahkan diri kepada Allah, apapun kondisinya. Penuh dosa atau penuh amal saleh. Allah berfirman:
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ
فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ(الرحمن)33
Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.
Dalam sejarah banyak contoh kaum terdahulu yang sombong, tidak mau ikut Allah, karenanya mereka menolak ajakan para rasul. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan terang-terangan membunuh nabi-nabi Allah. Semua itu Allah hancurkan. Allah tidak pernah gentar dengan kekuatan apapun dari makhlukNya. Pun Allah tidak pernah takut akibat
apapun yang akan terjadi ketika menimpakan adzab kepada mereka.
Kelima, Tinggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan (Al hijratu minadz dzunub).
Ramadhan adalah bulan perjuangan menjauhi dosa-dosa. Dan kita telah berhasil membuktikan selama Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Sia-sia artinya tidak mengandung nilai pahala sama sekali. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik
yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah swt.
Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.
Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa di antaranya sebagai berikut:
1. Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
2. Dosa menghilangkan ruh cemburu. Maka ia tidak akan sensitive bila melihat orang-orang berbuat dosa. Ia tidak tersinggung lagi dengan istrinya yang auratnya dilihat semua orang. Bahkan ia sengaja mengizinkan untuk mempertontonkan auratnya di depan banyak orang.
3. Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu. Artinya bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun.
4. Dosa membuat seseorang semakin jauh dari kebaikan (ihsan). Artinya tidak mungkin para pendosa itu berbuat ihsan. Dengan kata lain: kepada Allah saja mereka berani, apalagi kepada manusia. Ihsan adalah sikap di mana dengannya seseorang tidak mungkin berbuat dosa. Sebab dari kesadaran ihsan seseorang benar-benar akan menjaga dirinya daripelanggaran terhadap ajaran Allah.
5. Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazdzabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa..
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ
لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَاالْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ
وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ(الأنعام)6
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir dibawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…
Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa tidak mungkin individu yang kotor, hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Karena itu jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat madani, yaitu masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan serta jauh dari kerjasama dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali kepada fitrah. Kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkanNya. Kembali meramaikan masjid, bersahabat dengan Al Qur’an, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa, tundukkan syetan, hidupkan malam dengan qiyamullail, seperti suasana selama Ramadhan.
Ramadhan adalah contoh kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia mengapa Allah swt. menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa: la’allakum tattaquun? Itu tidak lain karena dari ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena itulah fitrah manusia yang hakiki.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ،
ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ، أقول قولي هذا فاستغفروه
إنه هو الغفور الرحيم ….
Sumber : berbagai sumber yg terkait
Disampaikan di Masjid Jami Nurul Huda Jorong Kab. Tanah Laut Prov. Kalsel
Syetan, siapa takut?
Dalam Al Qur’an banyak sekali peringatan dari Allah mengenai bahaya syetan:
1. Syetan adalah musuh yang nyata. Sebab semua syetan pasti mengajak ke neraka, Allah berfirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ(فاطر)6
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
2. Syetan selalu mempengaruhi seseorang supaya keluar dari jalan lurus, dan menuju ke neraka, Allah befirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ(الأعراف)16
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ(الحجر(39
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
3. Syetan telah mengeluarkan Nabi Adam as dan istrinya Hawa dari surga:
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ
لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ(البقرة )36
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.
4. Syetan mengajak kepada makanan haram, Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(البقرة )168
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
5. Syetan mengajak kepada minuman khamr dan judi, Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّمَاالْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(المائدة )90
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
6. Syetan mengajak kepada permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan syetan berusaha menghalang-halangi seseorang agar tidak berdzikir kepada Allah dan tidak menegakkan shalat, Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْر
وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ()91
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
7. Syetan selalu menakut-nakuti dengan kemiskinanm supaya seseorang tidak berinfaq, dan selalu mempengaruhi agar seseorang berbuat keji dan zina, Allah berfirman:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَوَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (البقرة )268
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Masihkah kita akan ikut syetan? Masihkah kita akan terpesona dengan gaya hidup syetan? Masihkah kita akan mecintai para pengikut syetan? Namun ternyata benar, firman Allah SWT bahwa mayoritas manusia lebih memilih ikut syetan dari pada ikut Allah. Allah berfirman:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ
مَثَلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ(الزمر)29
Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Bahaya Dosa
Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa di antaranya sebagai berikut:
1. Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Artinya seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari batu. Maka ia tidak sensitive atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah. Allah berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ(البقر
)74
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
2. Dosa menghilangkan ruh cemburu. Maka ia tidak akan sensitive bila melihat orang-orang berbuat dosa. Ia tidak tersinggung lagi dengan istrinya yang auratnya dilihat semua orang. Bahkan ia sengaja mengizinkan untuk mempertontonkan auratnya di depan banyak orang. Ia tidak merasa tersinggung dengan anaknya yang berbuat dosa di depan
matanya. Akibat lebih lanjut dosa-dosa menjadi marajalela. Maka menyebarlah kerusakan di muka bumi. Bila kerusakan menyebar, maka turunlah adzab dari Allah swt. Allah berfirman:
الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ(11)فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ(12)فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ َذَابٍ(الفجر)13
yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab.
3. Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu. Artinya bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Ingat bahwa yang membedakan antara manusia dan binatang adalah bahwa ia mempunyai rasa malu. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda: kalau kamu tidak mempunyai rasa malu kerjakan apa saja yang kamu sukai. Artinya bahwa seorang yang terbiasa berbuat dosa ia tidak akan mempunyai rasa malu.
Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Perhatikan Nabi bersabda:
“Rasa malu itu semuanya baik”. Maksudnya bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik dan penuh nuansa kemanusiaan. Sebaliknya masyarakat yang penuh dosa-dosa adalah masyarakat yang jauh dari kemanusiaan dan penuh nuansa
kekejaman, kedzaliman dan kebinatangan.
4. Dosa membuat seseorang semakin jauh dari kebaikan (ihsan). Artinya tidak mungkin para pendosa itu berbuat ihsan. Dengan kata lain: kepada Allah saja mereka berani, apalagi kepada manusia. Ihsan adalah sikap di mana dengannya seseorang tidak mungkin berbuat dosa. Sebab dari kesadaran ihsan seseorang benar-benar akan menjaga dirinya daripelanggaran terhadap ajaran Allah. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda: al ihsaan an ta’budallaaha kaannaka taraahu, fain lam takun taraahu fa innahuu yaraaka. Maka seorang yang telah terbiasa berbuat dosa secara otomatis ia telah menghancurkan kesadaran ihsannya.
Hilangnya kesadaran ihsan adalah malepetaka bagi kemanusiaan. Bila masyarakat terdiri dari in dividu yang tidak mempunyai kesadaran ihsan, tidak mustahil masyarakat tersebut akan selalu dihantui berbagai tindakan kedzaliman, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang mulia.
5. Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazdzabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Dalam surah Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ
الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُواأَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(العنكبوت)40
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
كَدَأْبِ ءَالِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَغْرَقْنَا ءَالَ فِرْعَوْنَ وَكُلٌّ كَانُوا ظَالِمِينَ(الأنفال)54
(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir`aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir`aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ
لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَاالْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ
وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ(الأنعام)6
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir dibawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.
oleh karena itu, mari kita hindari sejak dini untuk berbuat dosa, walaupun sekecil apapun. Wallahu a'lam.
Senin, 22 Juli 2013
SYUKUR DAN KALIMAT THAYYIBAH
الحمد لله الذي وفق للطاعة والعبادة, احمده سبحانه واشكره, والشكر طريق الزيادة, واشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له حفظ العقول من الزيغ والضلال. وأشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله دعا الى التوحيد, وحذّر من الدجل والخرافة, اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين.
أما بعد : فيا عباد الله أوصيكم واياي بتقوى الله عز وجل, قال الله تعالى : ياايها اللذين آمنوا ااتقواالله حق تقاته ولا تموتن الا وأنتم مسلمون.
Hadirin siddang jum’at yang berbahagia.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt., karena sampai detik ini kita masih menikmati berbagai anugerah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat dan para pengikut beliau yang setia sampai akhir zaman.
Melalui mimbar yang mulia ini marilah kita kembali meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah swt., dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hadirin kaum muslimin yang terhormat.
Setiap manusia pasti merasakan yang namanya “nikmat dan rizqi”. Dua hal ini sesuatu yang senantiasa dicari dan dikejar setiap manusia.
Ketika orang merasakan nikmat yang diberikan Allah swt., tentunya akan menggambarkan perasaannya melalui berbagai macam cara. Demikian juga, ketika seorang mendapatkan rizqi yang telah ia usahakan akan mempergunakannya dalam kehidupannya. Ada orang yang ketika memperoleh rizki yang telah diberikan Allah ia gunakan untuk berpoya-poya, bersenang-senang dan membeli apapun yang ia dambakan. Baik untuk keperluan dirinya sendiri, keluarganya maupun untuk teman-temannya.
Dalam Islam ketika seseorang mendapatkan rezki disarankan untuk mensyukurinya melalui berbagai cara.
Hadirin yang terhormat.
Syukur adalah kata yg berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai: 1) rasa terima kasih kepada Allah, dan 2) untunglah (menyatakan rasa lega, senang dan sebagainya).
Dalam al qur’an, kata syukur dalam berbagai bentuk ditemukan sebanyak 44 kali.
Akan tetapi hakikat syukur itu adalah ‘menampakan nikmat”, dan kebalikannya adalah kufur yang berarti menyembunyikan nikmat.
Sebagaimana firman Allah:
واما بنعمة ربك فحدث
“dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.” (QS.93:11)
Hadirin yang berbahagia.
Syukur mencakup tiga hal, yaitu:
a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugrah.
b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.
c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperolehnya sesuai tujuan penganugerahannya.
Hadirin yang berbahagia.
Pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukan kepada Allah swt., al qur’an memerintahkan umat Islam untuk bersyukur setelah menyebut nikmat-Nya.
Salah satu wujud dari kesyukuran kita kepada Allah swt. Adalah dengan mewakafkan diri kita untuk senantiasa dalam zikrullah, memuji dan mensucikan-Nya serta memperbanyak ucapan dengan kalimat Thayyibah (kalimat-kalimat yang baik).
Kalimat thayyibah dapat diartikan secara bahasa berarti “pengetahuan tentang Allah swt. Yang baik lagi menenteramkan”, memang, untuk mengenal Allah dapat dilakukan dengan berbagai cara: jika kita ingin menyucikan-Nya segala keburukan, berzikirlah dengan kalimat Tasbih (subhanallah); jika kita ingin mengenal allah dengan memuji-Nya atas segala nikmat yang diberikan-Nya, maka kita berzikir dengan kalimat tahmid (Alhamdulillah); jika kita ingin mengesakan-Nya dengan memurnikan tauhid kita dari segala kemusyrikan, maka kita berzikir dengan kalimat tahlil (la ilaaha illallah), demikian seterusnya.
Hadirin siding yang berbahagia!
Ketika kita memulai suatu pekerjaan dianjurkan untuk mengucapkan kalimat basmalah (bismillahirrahmanirrahim), begitu banyak keistemawaan basmalah ini sehingga rasulullah menyatakan dalam hadisnya bahwa “setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah, maka tidak akan memperoleh keberkahan”.
Sesudah melaksanakan pekerjaan dianjurkan dengan mengucapkan kalimat hamdalah atau kalimat tahmid (Alhamdulillah).
Dalam kalimat tahmid ada terdapat kata rabb yang menurut sebagian ulama berasal dari kata rabba-yurabbi-tarbiyah , yang artinya “membina, merawat, atau mendidik”, maka hal ini menuntut pemeliharaan diri dari segala yang dapat membinasakan kita, khususnya memelihara hari dari segala keburukan penyakit-penyakitnya, seperti dengki, hasud, riya’, kemunafikan, dan sebagainya. Disamping itu, juga menuntut penciptaan pengawasan melekat pada diri kita, yang lahir dari kesadaran tentang kehadiran Allah dan kehadiran para malaikat bersamanya setiap saat.
Hadirin yang terhormat!
Semua kalimat thayyibah seperti tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, hauqalah, basmalah, takbir, shalawat atas nabi saw. Merupakan sarana untuk zikrullah /mengingat Allah swt sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah swt.
Terakhir, syukur itu bukan untuk Allah swt., akan tetapi untuk diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah swt.:
ومن شكر فانما يشكر لنفسه ومن كفر فان ربي غني حمبد
“dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita untuk selalu pandai bersyukur dengan mempergunakan nikmat-Nya untuk menambah ketakwaan kepada Allah swt. Amin ya rabbal ‘alamin.
إن أحسن الكلام كلام الله الملك العلّام ذواالجلال والإكرام وإذا قرئ القرآن فاستمعواله وأنصتوا لعلّكم ترحمون : (إنماالمؤمنون الذين آمنوا بالله ورسوله ثمّ لم يرتابوا وجاهدوا بأموالكم وأنفسكم فى سبيل الله أولئك هم الصّادقون)
بارك الله لي ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإيّاكم من الأيات والذّكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو الغفور الرّحيم.
------------------------------------
* disampaikan pd khutbah Jum’at, 22 Juni 2012 M, dimasjid Nurul Huda Jorong Kab. Tala. Kalsel
* disampaikan juga di Masjid Jami Syuhada Lampihong, Jum’at, 5 April 2013 M.
MENGGAPAI MAKNA HIDUP DI MALAM PENENTUAN (LAILATUL QADR)
Ramadhan telah berada dipenghujung, ada perasaan bahagia bercampur sedih tatkala ramadhan itu akan meninggalkan kita.
Menurut Rasulullah ramadhan dibagi menjadi tiga pase, yaitu sepuluh hari pertama (tanggal 1-10) disebut rahmah (kasih sayang), sepuluh hari kedua (tanggal 11-20) disebut magfirah (pengampunan), dan sepuluh ketiga (tanggal 21-29/30) disebut itqun minan naar (pembebasan dari api neraka).
Pada sepuluh akhir bulan ramadhan ada satu malam yang dikenal dengan lailatul Qadr (malam penentuan) yang mana jika seseorang beribadah di malam itu sama dengan beribadah sebanyak seribu bulan (alfi syahri) sebagaimana firman Allah dalam surah Al Qadr (97), ayat 1-5:
•
“1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593]. 2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? 3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. 4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. 5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. 97:1-5)
Menurut Bapak Quraish Shihab, makna al Qadar itu ada tiga macam, yaitu pertama; berarti penetapan dan pengaturan sehingga Lailat ASl Qadar dipahami sebagai penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Kedua; berarti kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena dipilih sebagai malam turunnya Al Qur’an, serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Ketiga; berarti sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam QS. Al Qadr ayat 4.
Sehingga dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.
Sebagai umatnya Rasulullah kita seyogyanya bertekad keras terhadap diri kita, keluarga kita untuk senantiasa mengisi akhir-akhir bulan ramadhan itu dengan segala amaliah Ramadhan baik yang wajib maupun amaliah sunah lainnya, terutama dimalam-malam ganjil. Karena ada indikasi dari rasulullah bahwasanya turunnya lailatul Qadar itu di malam ganjil, akan tetapi tidak menapikan malam-malam genap.
Ada beberapa tips agar kita senantiasa menemukan lailatul Qadar itu, antara lain: Pertama; shalat isya dan shubuh berjamaah, karena kedua shalat itu pahalanya menempati ibadah satu malam suntuk jika dilaksanakan secara berjamaah. Kedua; beribadah semalaman sejak shalat magrib sampai shalat subuh dan ibadah-ibadah lainnya. Ketiga; mencari waktu-waktu yang mustajab dalam berdo’a dan beribadah yaitu sepertiga malam (antara jam 2 – 4 malam).
Adapun amaliah yang dilaksanakan ketika berjaga-jaga menunggu datangnya lailatul Qadar antara, shalat wajib, memperbanyak shalat sunah seperti shalat tahajud, tarawih, witir, hajat, taubat, shalat tasbih dan shalat sunah mutlak lainnya. Disamping itu memperbanyak membaca al Qur’an dengan memahami maknanya, sehingga Al Qur’an benar-benar turun untuk diri kita.
Mudah-mudahan kita senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita untuk senantiasa mengisi sisa-sisa bulan ramadhan ini dengan hal-hal yang bernilai dan bermakna bagi hidup kita untuk kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Semoga. Amin
Menunda Shalat? Haruskah terjadi
Shalat adalah ibadah fardu ‘ain yang sudah ditentukan waktunya. dalam satu hari semalam kita umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan shalat lima waktu yaitu shubuh, zuhur, ashar, magrib dan Isya. ketika kita dapat melaksanakan shalat di awal waktunya, tentunya kita dapat bersikap amanah terhadap kewajiban yang dibebankan Allah kepada kita. sebaliknya, bila kita tidak bisa melaksanakannya tepat waktu, berarti kita sudah melalaikan berapa jam bahkan bertahun-tahun amanah yang dibeban Allah kepada kita.
Sebagai ilustrasi singkat, simak dialog berikut ini antara seseorang laki-laki dengan seorang satpam supaya kita dapat memetik hikmahnya. sesungguhnya yang paling afdhal adalah shalat tepat waktu. ingin rezeki lancer dan tidak tertunda-tunda, shalatlah tepat waktu.
penanya: “kerja disini digaji ya pak?”
Satpam : “ iya dong,pak”.
Penanya : “Alhamdulillah ya, masih bisa kerja dan digaji. sementara ada orang lain yang ngga’ punya pekerjaan apalagi digaji”.
satpam : “ ia sih pak. tapi, saya bosan pak, sudah 7 tahun begini terus… jadi satpam aja. gaji pun naik ala kadarnya”.
penanya : “Ooo, begitu ya pak. oh ya, sudah shalat pak?
Satpam : “belum, nanti aja, tanggung jam 5-an aja deh”.
penanya : “wah, sekarang jam 3-an , waktunya ashar. kalau bapak shalat jam 5 berarti bapak menunda shalat 2 jam. kalau satu hari ada 5 waktu shalat, rata-rata bapak menunda 5 x 2 jam = 10 jam. artinya satu minggu bapak menunda 7 x 10 jam = 70 jam. satu bulan 4 x 70 jam = 280 jam. satu tahun bapak menunda shalat 12 x 280 jam = 3360 jam. dan akhirnya selama 7 tahun bapak telah menunda shalat 7 x 3360 jam = 23520 jam atau sama dengan 3 tahun (1 tahun = 8760 jam, 23520 jam / 3 = 7840 jam). Nah, jadi dari 7 tahun yang bapak merasa bosan itu, bapak telah kehilangan 3 tahun menunda shalat.”
satpam : “wah, iya-iya pak. banyak banget ya.”
penanya : “ iya pak. wajar kalau rezeki bapak tertunda juga.”
penanya: “shalatlah tepat waktu pak, kalau sudah bisa, shalatlah berjemaah. kalau sudah bisa, tambahkan dengan sunah, kalau sudah bisa, lengkapi dengan shalat dhuha dan tahajjud. lalu sempurnakan dengan sedekah. shalat tepat waktu supaya rezeki tepat waktu”.
satpam : “iya pak, astagfirullah. jadi selama ini saya sendiri yang menjadi penyebab terundanya rezeki Allah turun.”
Nyeessss, bagai es segar yang mengguyur udara panas dibulan puasa ini, beberapa kalimat Tanya – jawab ustadz yang sering tampil di TV dengan seorang satpam SPBU itu memberikan kesegaran, kesejukan sekaligus efek kejut buat kita yang selama ini sering melewatkan shalat di awal waktu. mungkin juga sebagian rezeki yang tertunda selama ini adalah buah dari ketidak taatan kita pada perintah Sang pemilik kekayaan dan pemberi rezeki. Astagfirullah-l ‘azhim. ya rabb ampuni dan kasihilah hamba-Mu ini.
Minggu, 21 Juli 2013
Guruku Idolaku
Guru adalah seorang yang menjadi seorang yang menjadi idola setiap orang. kenapa demikian ? silakan klik disini
Berimanlah, niscaya mampu berpuasa?
Allah swt telah mewajibkan umat Islam berpuasa. terlebih bagi orang-orang yang beriman, demikian firman Allah dalam surah Al Baqarah (2) ayat 183 : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa " (QS. 2:183). ada beberapa alasan kenapa hanya orang-orang yang beriman saja di khitab (menjadi sasaran) untuk berpuasa, antara lain:
1. Hanya orang yang beriman saja yang mempunyai kemampuan mental dapat menahan diri untuk tidak makan dan minum, serta menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.
2. Hanya orang yang beriman saja yang mempunyai kemampuan dalam mengendalikan diri dari sifat-sifat tercela dan menghapus pahala puasa.
3. Hanya orang yang beriman sajalah yang sanggup bertahan dalam kesabaran
4. Hanya orang yang beriman sajalah yang mempunyai kemampuan dalam menangkap makna dibalik kewajiban puasa tersebut.
5. dan hanya orang yang beriman saja yang sanggup melaksanakan segala amaliah ramadhan siang dan malam. dll.
sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. : "barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman kepada Allah dan mengharapkan hisab dari Allah diamupuni Allah segala dosanya yang terdahulu dan kemudian" (hadis)
Wallahu a'lam bish shawwab.
Senin, 08 Juli 2013
Ada Apa dengan Bulan Ramadhan?
Bulan Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang dicantumkan ALlah dalam Al-Qur'an, yaitu dalam surah AL Baqarah ayat 184. Lalu kenapa demikian? Karena Ramadhan mempunyai beberapa nama yang merupakan pertanda betapa mulianya bulan ini. berikut diantara nama-nama bulan Ramadhan tersebut berikut dengan ulasannya.
1. Bulan Kesabaran (Syahrush-Shabri).
Bulan Ramadhan dinamakan pula Bulan Kesabaran, karena bulan Ramadhan merupakan bulan untuk mendidik, melatih, dan menempa pribadi muslim agar selalu bersifat sabar. Yakni, bersabar dalam menunaikan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, dan sabar ketika ditimpa musibah, supaya dirinya menjadi orang yang beruntung. Sebagaimana firman-Nya:
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS. Fushshilat : 34-35)
2. Bulan Pendidikan (Syahrut-Tarbiyah).
Karena pada bulan ini kita dididik langsung oleh Allah SWT. seperti makan pada waktunya sehingga kesehatan kita terjaga. Atau kita diajarkan oleh supaya bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita. Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah.
3. Bulan Jihad (Syahrul Jihad).
Dinamakan demikian karena pada masa Rasulullah justru peperangan banyak terjadi pada bulan Ramadan dan itu semua dimenangi kaum muslimin. Yang paling penting kita rasakan sekarang adalah kita berjihad melawan hawa nafsu sendiri, sehingga kita tetap bersungguh-sungguh menjalan aktivitas kita.
4. Bulan Al-Qur’an (Syahrul Qur’an).
Al –Qur’an petama sekali diturunkan pada bulan Ramadan dan pada bulan ini sebaiknya kita banyak membaca dan mengkaji kandungan Alquran sehingga kita paham dan mengerti perintah Allah yang terkandung di dalamnya.
5. Bulan Kebersamaan (Syahrul Ukhuwah).
Pada bulan ini kita merasakan sekali ukhuwah di antara kaum muslimin terjalin sangat erat dengan selalu berinteraksi di masjid/musalah untuk melakkukan salat berjamaah. Dan di antara tetangga juga saling mengantarkan perbukaan sehingga antara kaum muslimin terasa sekali kebersamaan dan kesatuan kita.
6. Bulan Ibadah (Syahrul Ibadah).
Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan ibadah karena pada bulan ini kita banyak sekali melakukan ibadah-ibadah sunnah di samping ibadah wajib seperti salat sunnah Dhuha, Rawatib dan Tarawih ataupun qiyamullail serta tadarusan Al –Qur’an.
7. Bulan Allah (Syahrullahi).
Kenapa? Karena hanya Allah lah yang memberi bulan Ramadhan hanya kepada umat muslim saja. Umat muslim diberi keistimewaan bulan dimana segala kebaikan terkandung di dalamnya. Dan ini khusus Allah yang memberikannya.
8. Bulan Berpuasa (Syahrush-Shiyam).
bulan diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang beriman. Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala (kepada Allah), maka diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
9. Bulan ‘Ied (Syahrul ‘Ied).
Tentu saja,karena di akhir bulan Ramadhan kita akan mengahdapi bulan Syawal yang “dibuka” dengan adanya Shalat Ied.
10. Bulan Tilawah (Syahrut Tilawah).
Ini jelas, karena Allah memberi keistimewaan bagi orang-orang yang membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan.
11. Syahrun Najah.
Syahrun Najah atau Bulan Sukses atau Bulan Pembebasan. Disebut begitu karena merupakan bulan dibebaskannya dari adzab api neraka. Rasulullah SAW bersabda, Tiada seorang hamba pun yang berpuasa satu hari di jalan Allah, melainkan dengan puasa satu hari itu Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
12. Bulan Penuh Kasih (Syahrur Rahman).
Rasulullah bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa di bulan ini … Barangsiapa tidak mendapat bagian kebaikannya, maka sungguh berarti ia telah dijauhkan dari rahmat Allah.”
Pada bulan Ramadhan, Allah mencurahkan segenap rahmat-Nya melebihi pada bulan-bulan lainnya. Pada bulan ini, Allah melipatgandakan pahala amal kebaikan, memberikan semangat ketaatan kepada hamba-hamba-Nya, dan bahkan memberikan bonus satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu Lailatul Qadr. Karena itu, rugilah kita jika selama bulan ini kita tidak memanfaatkan limpahan rahmat Allah yang sedemikian besar.
13. Bulan Penuh Nikmat (Syahrul Ala’i).
Bulan Ramadhan adalah bulan rahmat, artinya bulan dimana Allah membuka pintu rahmat-Nya lebar-lebar, sehingga peluang untuk memperolehnya sangat besar di bulan ini. Bulan Ramadhan adalah bulan diterimanya amal perbuatan; bulan pengampunan dosa; bulan keterbebasan dari api neraka. Jadi bulan ini benar-benar peluang yang sangat besar bagi orang-orang beriman untuk meraih bekal sebanyak mungkin; baik bekal berupa pahala amal ibadah, karena bulan ini merupakan bulan diterimanya amal ibadah dengan pahala berlipat ganda, maupun bekal berupa ampunan dosa, karena bulan ini merupakan bulan pengampunan dosa.
14. Bulan Pertolongan (Syahrul Muwasah).
Bulan Ramadhan juga adalah bulan untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang berhajat atau memerlukan pertolongan. Salah satunya karena Allah memberika berkali-kali lipat pahala bagi orang yang berbuat kebaikan di bulan Ramadhan. Jadikan Ramadhan sebagai sarana saling tolong menolong dalam kebaikan. Ok.
15. Bulan Memberi (Syahrul Jud).
Bulan untuk meraih keikhlasan dengan cara memperbanyak sedekah, memberi bantuan kepada fakir miskin, menginfakkan sebagian harta dan telah dikaruniakan Allah kepadanya, dan lainnya. Dalam sebuah hadits disebutkan: Rasulullah SAW adalah orang yang paling pemurah terlebih-lebih dalam bulan Ramadhan, bulan di mana beliau selalu ditemui Jibril. Jibril menemui beliau setiap malam bulan Ramadhan untuk bertadarus Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah SAW ketika ditemui oleh Jibril beliau lebih pemurah dengan kebaikan melebihi angin yang kencang. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
16. Bulan Kemenangan (Syahrul Fath).
Jika kita mencapai kesuksesan dalam menjalankan berpuasa di bulan Ramadhan, maka kita akan mencapai kemenangan. Dalam artinya, kita akan menjadi manusia baru yang lebih baik seperti transformasi ulat menjadi kupu-kupu yang indah.
17. Bulan Penunjuk (Syahrul Huda).
Bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi manusia untuk membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran batin. Bulan ini benar-benar diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya sebagai bukti rahmat Allah yang Maha Luas, dalam rangka membantu manusia menemukan keutmaan-keutamaannya. Mereka yang benar-benar memahami posisi mulia bulan suci ini, dan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, jelas akan merasakan sedih dengan berakhirnya bulan Ramadhan. Karena ia merasakan bahwa di bulan inilah ia mendapatkan kedekatan yang sedemikian nyata dengan rahmat Allah swt.
18. Bulan Pengampunan (Syahrul Ghufran).
Ramadhan sebagai Syahrul Ghufran (bulan penuh ampunan), pada bulan Ramadhan ini dimudahkan pintu pengampunan dan pembebasan dari api neraka.
Hadist dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘As, Rosullullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang berpuasa diwaktu ia berbuka tersedia doa yang makbul” (HR. Ibnu Majah)
Hadist lain yang diriwayatkan Turmudzi. “Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka yaitu orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya” .
Marhaban Ya Ramadhan
Setelah Tadi Malam Menteri Agama RI menetapkan awal Ramadhan jatuh tanggal 10 Juli 2013, maka umat Islam di seluruh Indonesia.
Ramadhan sebuah bulan yang sangat sarat fadhilat dan keutamaan. berikut beberapa keutmaaan ramdhan:
KEUTAMAAN RAMADHAN & BERAMAL DI DALAMNYA
“Ketika datang bulan Ramadhan, sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik di dalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini)” ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).
“Diriwayatkan dari Urfujah, ia berkata, aku berada di tempat ‘Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami seorang dari Sahabat Nabi Saw ketika Utbah melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia diam. Ia berkata: maka ia menerangkan tentang puasa Ramadhan, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda tentang bulan Ramadhan: Pada bulan Ramadhan ditutup seluruh pintu neraka, dibuka seluruh pintu surga, dan dalam bulan ini setan dibelenggu’. Selanjutnya ia berkata : ‘Dan dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru: Wahai orang yang selalu beramal kebaikan, bergembiralah Anda, dan wahai orang-orang yang berbuat kejelekan, berhentilah (dari perbuatan jahat). Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan” (HR. Ahmad dan Nasai).
“Shalat lima waktu, shalat Jum’at sampai shalat Jum’at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat di antara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi” (HR. Muslim).
“Puasa dan Qur’an itu memintakan syafa’at seseorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa berkata: Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya pada siang hari, maka berilah aku hak untuk memintakan syafa’at baginya. Dan berkata pula Al-Qur’an: Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia tidur di malam hari (karena membacaku ), maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memintakan syafaat” (HR. Ahmad, Hadits Hasan).
“Sesungguhnya bagi surga itu ada sebuah pintu yang disebut ‘Rayyaan’. Pada hari kiamat dikatakan: Di mana orang yang puasa (untuk masuk Jannah melalui pintu itu)? Jika yang terakhir di antara mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu.” (HR. Bukhary-Muslim).
“Barangsiapa puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang” (HR. Bukhary-Muslim).
Mari kita isi bulan ramdhan tahun ini dengan berbagai ibadah dan amaliah yang membuat diri kita lebih bermakna dari tahun-tahun yang lalu.
Wallahu a'lam bishshawab