Senin, 22 Juli 2013
SYUKUR DAN KALIMAT THAYYIBAH
الحمد لله الذي وفق للطاعة والعبادة, احمده سبحانه واشكره, والشكر طريق الزيادة, واشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له حفظ العقول من الزيغ والضلال. وأشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله دعا الى التوحيد, وحذّر من الدجل والخرافة, اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين.
أما بعد : فيا عباد الله أوصيكم واياي بتقوى الله عز وجل, قال الله تعالى : ياايها اللذين آمنوا ااتقواالله حق تقاته ولا تموتن الا وأنتم مسلمون.
Hadirin siddang jum’at yang berbahagia.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt., karena sampai detik ini kita masih menikmati berbagai anugerah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat dan para pengikut beliau yang setia sampai akhir zaman.
Melalui mimbar yang mulia ini marilah kita kembali meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah swt., dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hadirin kaum muslimin yang terhormat.
Setiap manusia pasti merasakan yang namanya “nikmat dan rizqi”. Dua hal ini sesuatu yang senantiasa dicari dan dikejar setiap manusia.
Ketika orang merasakan nikmat yang diberikan Allah swt., tentunya akan menggambarkan perasaannya melalui berbagai macam cara. Demikian juga, ketika seorang mendapatkan rizqi yang telah ia usahakan akan mempergunakannya dalam kehidupannya. Ada orang yang ketika memperoleh rizki yang telah diberikan Allah ia gunakan untuk berpoya-poya, bersenang-senang dan membeli apapun yang ia dambakan. Baik untuk keperluan dirinya sendiri, keluarganya maupun untuk teman-temannya.
Dalam Islam ketika seseorang mendapatkan rezki disarankan untuk mensyukurinya melalui berbagai cara.
Hadirin yang terhormat.
Syukur adalah kata yg berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai: 1) rasa terima kasih kepada Allah, dan 2) untunglah (menyatakan rasa lega, senang dan sebagainya).
Dalam al qur’an, kata syukur dalam berbagai bentuk ditemukan sebanyak 44 kali.
Akan tetapi hakikat syukur itu adalah ‘menampakan nikmat”, dan kebalikannya adalah kufur yang berarti menyembunyikan nikmat.
Sebagaimana firman Allah:
واما بنعمة ربك فحدث
“dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.” (QS.93:11)
Hadirin yang berbahagia.
Syukur mencakup tiga hal, yaitu:
a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugrah.
b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.
c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperolehnya sesuai tujuan penganugerahannya.
Hadirin yang berbahagia.
Pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukan kepada Allah swt., al qur’an memerintahkan umat Islam untuk bersyukur setelah menyebut nikmat-Nya.
Salah satu wujud dari kesyukuran kita kepada Allah swt. Adalah dengan mewakafkan diri kita untuk senantiasa dalam zikrullah, memuji dan mensucikan-Nya serta memperbanyak ucapan dengan kalimat Thayyibah (kalimat-kalimat yang baik).
Kalimat thayyibah dapat diartikan secara bahasa berarti “pengetahuan tentang Allah swt. Yang baik lagi menenteramkan”, memang, untuk mengenal Allah dapat dilakukan dengan berbagai cara: jika kita ingin menyucikan-Nya segala keburukan, berzikirlah dengan kalimat Tasbih (subhanallah); jika kita ingin mengenal allah dengan memuji-Nya atas segala nikmat yang diberikan-Nya, maka kita berzikir dengan kalimat tahmid (Alhamdulillah); jika kita ingin mengesakan-Nya dengan memurnikan tauhid kita dari segala kemusyrikan, maka kita berzikir dengan kalimat tahlil (la ilaaha illallah), demikian seterusnya.
Hadirin siding yang berbahagia!
Ketika kita memulai suatu pekerjaan dianjurkan untuk mengucapkan kalimat basmalah (bismillahirrahmanirrahim), begitu banyak keistemawaan basmalah ini sehingga rasulullah menyatakan dalam hadisnya bahwa “setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah, maka tidak akan memperoleh keberkahan”.
Sesudah melaksanakan pekerjaan dianjurkan dengan mengucapkan kalimat hamdalah atau kalimat tahmid (Alhamdulillah).
Dalam kalimat tahmid ada terdapat kata rabb yang menurut sebagian ulama berasal dari kata rabba-yurabbi-tarbiyah , yang artinya “membina, merawat, atau mendidik”, maka hal ini menuntut pemeliharaan diri dari segala yang dapat membinasakan kita, khususnya memelihara hari dari segala keburukan penyakit-penyakitnya, seperti dengki, hasud, riya’, kemunafikan, dan sebagainya. Disamping itu, juga menuntut penciptaan pengawasan melekat pada diri kita, yang lahir dari kesadaran tentang kehadiran Allah dan kehadiran para malaikat bersamanya setiap saat.
Hadirin yang terhormat!
Semua kalimat thayyibah seperti tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, hauqalah, basmalah, takbir, shalawat atas nabi saw. Merupakan sarana untuk zikrullah /mengingat Allah swt sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah swt.
Terakhir, syukur itu bukan untuk Allah swt., akan tetapi untuk diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah swt.:
ومن شكر فانما يشكر لنفسه ومن كفر فان ربي غني حمبد
“dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita untuk selalu pandai bersyukur dengan mempergunakan nikmat-Nya untuk menambah ketakwaan kepada Allah swt. Amin ya rabbal ‘alamin.
إن أحسن الكلام كلام الله الملك العلّام ذواالجلال والإكرام وإذا قرئ القرآن فاستمعواله وأنصتوا لعلّكم ترحمون : (إنماالمؤمنون الذين آمنوا بالله ورسوله ثمّ لم يرتابوا وجاهدوا بأموالكم وأنفسكم فى سبيل الله أولئك هم الصّادقون)
بارك الله لي ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإيّاكم من الأيات والذّكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو الغفور الرّحيم.
------------------------------------
* disampaikan pd khutbah Jum’at, 22 Juni 2012 M, dimasjid Nurul Huda Jorong Kab. Tala. Kalsel
* disampaikan juga di Masjid Jami Syuhada Lampihong, Jum’at, 5 April 2013 M.
0 komentar:
Posting Komentar