Kamis, 12 Januari 2012

Tugas Orangtua Terhadap Anak

Beberapa Tugas orangtua ketika bayi dalam kandungan antara lain:
1. Memeliahara suasana psikologis yang damai dan tenteram, agar secara psikologis janin dapat berkembang secara normal. Bayi yang dilahirkan dari keluarga broken home, akan mewarisi sifat-sifat atau karakter orang tua yang buruk;
2. Senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama bagi ibu, agar janinnya mendapat sinaran cahaya hidayah dari Allah swt; dan
3. Berdo’a kepada Allah swt. Terutama sebelum 4 bulan dalam kandungan, sebab masa-masa itu hukum-hukum perkembangan akan ditetapkan. (Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nusan Psikologis Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 101.

Tugas orangtua dari masa kelahiran sampai minggu keempat, antara lain.
1. Membacakan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri ketika anak baru dilahirkan (HR. Abu Ya’la dari Husein bin Ali)
2. Memotong akidah, dua kambing untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan.
3. Member nama yang baik, yaitu nama yang secara psikologis meningkatkan atau berkorelasi dengan perilaku yang baik.
4. Membiasakan hidup yang bersih dan suci
5. Member ASI sampai usia dua tahun (QS. 2: 233), selain memiliki komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, juga menambah keakraban, kehangatan, dan kasih sayang sang ibu dengan bayinya. (ibid, h. 104)

Tugas orangtua pada masa kanak-kanak (Thifhl), antara lain.
1. Bagaimana merangsang pertumbuhan berbagai potensi indera dan psikologis, seperti penglihatan dan pedengaran dan hati nurani.
2. Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih hidup yang baik, seperti dalam berbicara, makan, bergaul, penyesuaian diri dengan lingkungan, dan berperilaku.
3. Pengenalan aspek-aspek doctrinal agama, terutama yang berkaitan dengan keimanan.
4. Pendidikan pada fase ini dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (bergaul dengan orang lain).

Tugas orangtua pada masa kanak-kanak akhir (tamyiz), antara lain.
1. Merubah persepsi kongkrit menuju pada persepsi yang abstrak, misalnya persepsi mengenai ide-ide ketuhanan, alam akhirat, dsb.
2. Mengembangkan ajaran-ajaran normative agama melalui institusi sekolah, baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Sabda Nabi Saw. :”perintahkanlah anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkannya apabila berusia sepuluh tahun, dam pishkan ranjangnya” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan al hakim dari Abdullah Ibn Amar).

0 komentar:

Posting Komentar