This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 21 Desember 2011

Ada Apa dibalik Peristewa Hijrah?

Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. merupakan agama yang mempunyai tantangan yang sangat berat, terutama yang dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabat karena Islam agama yang membawa perubahan yang sangat signifakan bagi masyarakat Quraisy pada waktu itu.
Pada masa permulaan Islam datang kepada masyarakat Mekkah merupakan agama yang aneh, karena apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. mengubah kebiasaan masyarakat quraisy yang tidak baik dan tidak bermoral, seperti menyembah berhala, membunuh anak perempuan, main perempuan, berjudi, mabuk-mabukan dan lain sebagainya.
Ketika Islam datang semua tradisi yang tidak baik itu dihapus oleh Islam, dan Rasulullah pun menjadi sasaran karena beliau yang membawa Islam itu. Oleh karena itu, para kafir quraisy pada waktu ingin sekali membunuh beliau, tapi rasulullah tetp dipelihara oleh Allah swt. Sampai saatnya diperintah untuk hijrah ke Yasyrib atau kota Madinah.
Peristewa hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah kalau kita pelajari secara mendalam maka banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Paling tidak ada dua hal yang dapat dipetik dari peristewa hijrah ini, yaitu adanya usaha (ikhtiar) manusia dan inayatullah (pertolongan Allah swt).
Pertama; adanya usaha atau ikhtiar manusia dalam dunia ini. Hal ini tergambar pada peristewa hijrah antara lain ketika Rasulullah mau hijrah, tempat tidur beliau suruh sayyidina Ali ra untuk menempati untuk menggantikannya sehingga mengelabui para kafir yang mau membunuh beliau. Demikian juga, ketika mau ke Madinah beliau tidak sendiri tetapi ditemani oleh Abu Bakar ra dan menempuh jalan yang tidak biasa dipakai oleh orang, ini merupakan strategi yang sangat jitu sehingga tidak mungkin ditemukan. Juga beliau mampir terlebih dahulu ke Goa Tsur yang tempatnya sangat terjal dan tinggi.
Disamping itu, usaha Rasulullah mengelabui musuh dengan menyuruh pembantu Abu Bakar untuk mengembalakan dombanya pada bekas jejak kuda Rasulullah dan sayyidina Abu Bakar. Kesemuaan itu merupakan usaha yang dilakukan oleh Rasulullah dan Abu Bakar ra. Dalam rangka menyelamatkan diri dari sergapan musuh kafir Quraisy. Hal ini merupakan pelajaran bagi kita umat Islam untuk senantiasa berusaha dalam dunia ini, tidak mungkin sesuatu cita-cita yang ingin dicapai tanpa usaha dan ikhtiar serta kerja keras.
Kedua; adanya pertolongan Allah swt. (inayatullah). Pertolongan Allah yang terjadi ketika hijrahnya Rasulullah saw. Antara lain pada waktu Nabi keluar dari rumah, para kuffar quraisy tertidur dengan pulasnya sehingga Nabi keluar dari rumah dengan aman, juga ketika beliau berada dalam Goa Tsur pintu goa ditempati oleh sarang laba dan burung dara. Demikian juga ketika beliau kehausan dan mampir disebuah gubuk yang mempunyai kambing kurus, ketika ditanya apa bias kambingnya itu masih bisa mengeluarkan air susu, tapi ketika Rasulullah memerasnya air susunya banyak dan mampu memberikan susu kepada tuan rumahnya. Hal ini adalah pertolongan Allah kepada Nabi dan Abu Bakar ra. Sehingga beliau selamat sampai ke kota Madinah.
Demikian intisari ceramah yang sampaikan oleh al Mukarram KH. Husin Naparin, Lc, MA. Ketika pengajian rutin dan menyambut baru Islam 1433 H. yang bertempat di Aula Induk Masjid Jami Nurul Huda Jorong Kab. Tanah Laut Kalsel. (24/11/2011)

Kamis, 03 November 2011

Khutbah Idul Adha 1432 H/2011 M

IBADAH qURBAN: BUKTI SYUKUR KEPADA ALLAH SWT.


الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Segala Puja dan Puji hanya bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, Pemilik Alam Semesta.
Shalawat dan salam semoga tercurah selalu untuk junjungan kita, pemimpin kita, penghulu segala Nabi, Nabi Akhir Zaman yang tidak ada lagi Nabi setelahnya, beliau adalah Nabi Muhammad saw, salam sejahtera juga kita sampaikan untuk keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia serta penerus dakwahnya hingga hari zaman nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Hari ini saudara-saudara kita yang diberikan kemampuan, kesempatan dan badan sehat oleh Allah SWT, sedang berada di tanah suci, untuk melaksanakan ritual ibadah haji. Jumlah mereka tidak sedikit, sekitar tiga sampai empat juta orang dari berbagai suku, bangsa dan beraneka bahasa dan warna kulit berkumpul, termasuk 300 orang jamaah haji dari Gaza. Mereka berkumpul menjadi satu di tempat yang sama dalam mengharap ridha dan ampunan dari Yang Maha Pengampun yaitu Allah SWT.
Bagi kita yang tahun ini tidak berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci, di sunahkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah, mendengarkan khutbah dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban.
Bahkan sebelum pelaksanaan shalat Idul Adha, sehari sebelumnya, ketika saudara-saudara kita sedang berkumpul di Arafah melakukan wukuf untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berzikir, berdoa, bertaubat dan ibadah lainnya yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Maka sebagai ikatan iman dan ikatan ibadah antara kaum muslimin yang tidak menunaikan ibadah haji dengan mereka yang sedang wukuf di Arafah, Rasulullah saw memberikan motifasi kepada umatnya untuk berpuasa Arafah.
“Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun, yaitu tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.” (HR. Jamaah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi)
Beruntunglah mereka yang melaksanakan puasa Arafah semoga Allah menerimanya. Amin Ya Rabbal ‘alamin
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ﴿١﴾ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿٢﴾ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ﴿٣﴾
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (1), Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (2), Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus (3).” (QS. Al-Kautsar [108] : 1-3)
Surat Al-Kautsar di atas termasuk surat yang memiliki jumlah ayat yang sedikit, sama seperti surat Al-‘Ashr (QS. 103) dan surat An-Nashr (QS. 110) yaitu berjumlah tiga ayat.
Di dalam surat Al-Kautsar, tepatnya di ayat pertama, Allah telah menegaskan, bahwa Dia telah memberikan nikmat yang banyak! Kenapa Allah menegaskan? Mungkin ada di antara manusia yang tidak tahu diri, karena kesibukannya dalam bekerja, berdagang, bertani, mengajar, menulis, berolah raga, menyanyi, atau karena kesombongannya, sehingga lupa akan nikmat yang telah Allah berikan. Sehingga tidak mengherankan Allah mengingatkan yang artinya “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak”.
Pernahkah kita menanyakan harga Oksigen (O2) di apotik? Jika belum tahu, ketahuilah harganya sekitar Rp 25.000 per liter. Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik? Jika belum tahu, harganya sekitar Rp. 9.950 per liter.
Tahukah kita? Bahwa dalam sehari manusia menghirup Oksigen (O2) sebanyak 2.880 liter dan Nitrogen 11.376 liter. Jika harus dihargai dengan rupiah, maka Oksigen (O2) dan Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai Rp 170 jutaan per hari untuk satu orang. Jika kita hitung kebutuhan kita sehari Rp 170 juta, maka sebulan Rp 5,1 milyar untuk satu orang.
Pernahkah malaikat menagih oksigen dan nitrogen yang kita hirup datang ke rumah setiap bulan? Ketahuilah Presiden, Raja bahkan orang terkaya di dunia apalagi rakyat biasa yang hidupnya sudah susah tidak akan sanggup melunasi biaya nafas hidupnya jika Allah Yang Maha Kuasa mau pakai rumus dagang sama manusia!
Allah mengingatkan manusia hingga berulang sampai 31 kali dengan kalimat yang sama, dengan jumlah huruf yang sama agar manusia mudah mengingatnya dan pandai bersyukur.
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman [55] )
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ ﴿٣٤﴾
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim [14] : 34)
Ketahuilah, di antara nikmat yang telah Allah berikan kepada kita di samping nikmat menghirup udara, nikmat sehat, ada lagi nikmat yang lebih mahal nilainya, yaitu nikmat iman dan islam, nikmat yang tidak Allah berikan kesembarang orang.
Kita wajib bersyukur kepada Allah SWT, karena kita telah diberikan nikmat tersebut, dengan nikmat itulah kita dapat berhadir ditempat ini, rukuk, sujud, mengabdi dan membesarkan Allah.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Sekarang, bagaimana cara bersyukur kepada Allah? Caranya adalah memanfaatkan segala nikmat yang telah Allah berikan untuk mendekat diri kepada-Nya, dengan melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah diperintah-Nya.
Di dalam surat Al-Kautsar ayat kedua ditegaskan: Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
Ada dua cara untuk bersyukur kepada Allah berdasarkan ayat yang tertera di atas:
Pertama, Mendirikan Shalat karena Allah
Shalat adalah ibadah yang sudah ada contohnya dari Rasulullah saw, ketika seorang melaksanakan shalat, sesungguhnya dia telah merealisasikan syukur kepada Allah, di dalam shalat seorang hamba dalam keadaan suci, menghadap kiblat, telah membesarkan Allah, memuji Allah, berterima kasih kepada Allah, rukuk, sujud dan berdoa kepada Allah.
Manusia yang shalat sesungguhnya telah mengingat Allah, dan mengingat Allah merupakan langkah awal untuk bersyukur kepada-Nya.
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
“Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” (QS. Thaahaa [20] : 14)
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu’anha, ia mengatakan, "Adalah Rasulullah saw apabila mengerjakan shalat maka beliau berdiri sampai pecah kedua kakinya. Aisyah Radhiyallahu’anha berkata, 'Wahai Rasulullah saw, mengapa engkau melakukan seperti ini, padahal dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni?' Nabi saw menjawab, 'Wahai Aisyah, apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?'." (HR. Muttafaq ‘alaih)
Dari hadits di atas, kita banyak mendapat pelajaran, satu di antaranya adalah bahwa shalat adalah ritual ibadah yang merupakan tanda seorang yang bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Lantas bagaimana dengan orang yang lalai dalam sholatnya bahkan tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali?
Kedua, Berqurban
Ibadah Qurban adalah ritual yang sudah berlangsung lama, ritual yang ada sejak ribuan tahun lalu. Sebelum kita dilahirkan, sebelum orang tua kita dilahirkan, bahkan sebelum kakek dan nenek kita dilahirkan, sudah ada orang yang berqurban.
Di dalam Al Quran, Allah menceritakan dua putra nabi Adam as yang melaksanakan qurban. Di antara keduanya, ada yang qurbannya di terima Allah dan satunya lagi ditolak.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ﴿٢٧﴾
"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), 'Aku pasti membunuhmu!' Berkata Habil, 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa'." (QS. Al-Maidah [5] : 27)
Allah juga menceritakan pelaksanaan qurban yang dilakukan nabi Ibrahim as.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٠٠﴾ فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ ﴿١٠١﴾ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ﴿١٠٣﴾ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ﴿١٠٤﴾ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ﴿١٠٥﴾ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاء الْمُبِينُ ﴿١٠٦﴾
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ﴿١٠٧﴾ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ ﴿١٠٨﴾
"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh. (100). Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.(101). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata. 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'. (102). Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (103). dan Kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, (104). Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106). dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (107). Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (108)'." (QS. Ash-Shaaffat [37] : 100-108)
Dari ayat di atas, kita mendapat penjelasan bahwa Nabi Ibrahim as yang sudah tua dan sudah lama berumah tangga, sangat menginginkan seorang anak yang shaleh, beliau kemudian berdoa kepada Allah, dan Allah kabulkan.
Dan sebagai bentuk syukur kepada Allah yang telah memberikan seorang anak, maka nabi Ibrahim as ingin menyembelih anaknya, pada saat akan menyembelih, maka terjadilah dialog bapak dan anak dan peristiwa tersebut Allah abadikan di dalam firman-Nya untuk pelajaran bagi generasi sesudahnya.
Nabi Ibrahim as, walaupun sudah tua, sudah berumur, kaya pengalaman, bak pepatah mengatakan sudah banyak makan asam dan garam, akan tetapi tidak sombong, tidak angkuh, tidak otoriter, tidak ingin menang sendiri, tidak memaksakan kehendak. Beliau masih minta pendapat orang lain, walaupun pendapat itu berasal dari seorang anak. Pendapat anak tersebut dia hargai bahkan dia laksanakan dengan sepenuh hati.
Begitu pula anaknya, bukanlah tipe anak yang cengeng, tidak penakut, berani menyampaikan pendapat, dan taat kepada Tuhan Yang Maha Agung, Allah SWT.
Ketika nabi Ibrahim as dan anaknya telah berserah diri dan sabar atas perintah Allah, maka Allah tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa ini kemudian dilanjutkan oleh generasi sesudahnya hingga generasi sekarang dengan prosesi penyembelihan hewan qurban, tanggal 10 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada hari tasyrik.
Nabi Muhammad saw juga melakukan penyembelihan hewan qurban sebagai wujud syukur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bahkan dalam pelaksanaan haji Wada’, Rasulullah saw dengan tangannya yang mulia menyembelih sebanyak 63 ekor binatang sembelihan, beliau kemudian menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu untuk menyembelih sisanya sampai genap 100 sembelihan.
Dari Aisyah Radhiyallahu’anha, Nabi saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari Bani Adam ketika hari Raya Idul Adha selain menyembelih qurban...” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)
Anas Radhiyallahu’anhu bekata, Rasulullah saw bersabda, “Pada setiap bulu yang menempel di kulitnya terdapat kebajikan.” (HR. Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya)
Beruntunglah mereka yang berqurban, apalagi qurbannya diserahkan kepada mereka yang sangat membutuhkan, seperti mereka yang fakir, miskin, terjajah, berada di kamp pengungsian dan sedang berjuang melawan penjajah di negeri para nabi.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT.
Pada ayat terakhir, yaitu ayat ketiga dari surat Al-Kautsar, Allah menjelaskan:
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ﴿٣﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.” (QS. Al-Kautsar [108] : 3)
Sebanyak orang yang senang kepada Rasulullah saw, sebanyak itu pula orang yang benci. Dan orang benci, biasanya sinis, melakukan tipu daya, dan berupaya berbuat jahat kepada orang yang dia benci. Bahkan kalau mereka punya dana, kekuatan dan pendukung, akan mereka gunakan untuk merealisasikan kebenciannya.
Rasulullah saw yang berakhlak mulia, mengajak kepada kebaikan dan kebenaran, orang yang jujur, masih ada saja yang membencinya, menfitnah yang tujuannya agar masyarakat menjahui beliau saw dan ajaran yang dibawanya. Akan tetapi ketahuilah! Tipu daya orang-orang yang membenci Rasulullah saw dan ajarannya akan kembali kepada dirinya.
Dahulu di zaman nabi saw ada orang yang bernama al Ash bin Wail, Uqbah bin Abu Mu’ith, Abu Lahab (paman Rasulullah saw) dan Abu Jahal, mereka semua sangat membenci Rasulullah saw, dan mereka terputus dari rahmat Allah, sehingga mereka hidup dalam kehinaan dan matinya juga dalam kehinaan.
Akhirnya marilah kita tutup khutbah Idul Adha pagi ini dengan berdoa kepada Allah SWT:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a”.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
“Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir”.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami”.
اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’i).”
...رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾
"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan [25] : 74)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء ﴿٤٠﴾ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ ﴿٤١﴾
"Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS. Ibrahim [14] : 40-41)
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
“Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian.”
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
"Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di Dunia, kehidupan yang baik di Akhirat dan hindarkanlah kami dari azab Neraka."

* Disampaikan pada khutbah Idul Adha 1432 H di Masjid Jami “An Nur” Jorong-Kuningan, Kecamatan Jorong Kab. Tanah Laut Kalsel; Ahad, 6 Nopember 2011 M/10 Dzulhijjah 1432 H

Senin, 17 Oktober 2011

Hari ini Guru Yang Profesional dicari ....

Hari ini guru menjadi Idola, tetapi masih banyak guru yang menjadi orang yang ditakuti. Ketika seorang ingin menjadi Guru ia akan bertekad untuk menjadi orang yang terbaik bagi anak didiknya, sehingga segala apapun akan terus diusahakannya dan ketika sudah menjadi seorang gurupun akan berusaha menjadi yang terbaik atau dikenal dengan profesional.
Profesional adalah sebuah kata yang saat ini sudah menjadi kata-kata yang lumrah dikenal oleh orang. tidak terkecuali bagi guru, sejak terbitnya UU No. 2 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, profesional menjadi kata kunci, sehingga erat kaitannya dengan kesejahteraan bagi seorang guru.
berbeda dengan sertifikasi, profesional menjadi tumpuan dan kata pijak dalam sebuah sertifikasi, seorang guru yang sudah mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional tentu ia akan menjadi orang yang berhak mendapatkan tunjangan yang sesuai dengan UU. akan tetapi jika seorang yang sudah dicap sebagai guru profesional malah kinerjanya dipertanyakan, sehingga citra sebagai guru profesional pun menjadi taruhan dan diabaikan, maka menjadi sebuah citra buruk bagi guru itu, belum lagi tugas guru yang semakin berat saat ini, moral dan akhlak anak didik yang semakin hari semakin memperihatinkan.
Sebagai guru profesional tentunya akan menjadi lebih berat lagi beban yang dipikulnya, dari sini akan menjadi PR besar bagi guru. oleh karena itu, tentunya tugas mulia akan dibarengi niat yang tulus, senantiasa mendo'akan anak didik kita, sebagai guru sekaligus orangtua kedua disamping orangtuanya sendiri Guru harus mampu memberikan nilai yang bermakna dan memberikan siraman sejuk dihati-hati anak didik kita, segala tantangan dan problematika anak didik tentunya menjadi tanggungjawab seorang guru profesional, jangan hanya tunjangan kesejahteraan saja yang dituntut, tetapi kewajiban yang berat dan mulia harus diusahakan.
semoga tugas mulia ini, akan memberikan nilai keindahan bagi generasi pengganti kita saat ini, ditengah-tengah gejolak dan pergolakan politik dan globalisasi modern yang serba multi ini.
Ya Allah berikanlah kekuatan bagi guru-guru kami untuk mampu menjadi dirinya sendiri, mampu memberikan yang terbaik bagi anak didiknya, mampu berjuang ditengah-tengah kerikil kehidupan caruk maruknya kerusakan moral dan akhlak manusia saat ini, Amin.

Minggu, 25 September 2011

PERAN GURU TERHADAP BUDAYA MODERN

H. Muhaimin menerangkan bahwa budaya modern mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: Pertama, budaya modern adalah budaya yang menggunakan akal sebagai alat pencari dan pengukur kebenaran (rasionalisme). Dalam Islam penggunaan akal bukan dilarang bahkan disuruh untuk senantiasa mempergunakan akal itu, dala Al Qur’an banyak sekali perintah Allah yang menyatakan hal itu. Kedua, dalam budaya modern itu manusia akan semakin materialis. Bersamaan dengan meningkatnya kemajuan lagu pembangunan pisik, seseorang juga menghadapi dilemma yang sulit diselesaikan. Inti pembangunan fisik adalah industrialisasi. Inti industrialisasi adalah teknikalisasi; inti dari teknikalisasi adalah materialisasi. Padahal pembangunan itu bukan saja fisik tetapi juga menekankan kepada pembangunan spiritualisasi. Ketiga, dalam budaya modern itu manusia akan semakin individualism. Istilah “persaingan” adalah muncul dari watak individualism, sehingga banyak kasus pertekaran gara-gara adanya persaingan, misalnya dalam perdagangan, politik, meraih jabatan dan lain-lain.Ungkapan ”fastabiqulkhairat” (berlomba-lomba berbuat atau menuju kebaikan), bukan menyuruh orang Islam bersaing. Keempat, karena budaya modern itu memulai perkembangannya dengan rasionalisme, maka salah satu turunannya ialah pragmatism, yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang berguna, dan yang berguna itu biasanya lebih bernuansa fisik. Paham pragmatism ini memang akarnya adalah paham materialism. Kelima, dari rasionalisme, materialism dan pragmatism itu muncul hedonism. Paham ini mengajarkan bahwa yang benar ialah sesuatu yang menghasilkan kenikmatan, tugas manusia ialah menikmati hidup ini sebanyak dan seintensif mungkin.
Jadi, sebagian isi kebudayaan modern itu merupakan musuh yang akan menghancurkan kebersamaan masyarakat dan terutama para peserta didik. Seseorang yang ingin menjadi manusia modern harus mampu membekali dirinya dengan norma agama yang akan menjadi filter dalam menghadapi budaya modern tersebut.
Disinilah sesungguhnya tugas seorang pendidik yang bergelut dalam bidang pendidikan, memberikan insigh (pencerahan) kepada peserta didik agar tidak tercebur dan terpengaruh terhadap budaya-budaya modern (barat) yang merusak.

SUMBER RUJUKAN:
Prof. Dr. H. Muhaimin, MA, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.

Jumat, 26 Agustus 2011

MENGGAPAI MAKNA HIDUP DI MALAM PENENTUAN (LAILATUL QADR)

Ramadhan telah berada dipenghujung, ada perasaan bahagia bercampur sedih tatkala ramadhan itu akan meninggalkan kita.

Menurut Rasulullah ramadhan dibagi menjadi tiga pase, yaitu sepuluh hari pertama (tanggal 1-10) disebut rahmah (kasih sayang), sepuluh hari kedua (tanggal 11-20) disebut magfirah (pengampunan), dan sepuluh ketiga (tanggal 21-29/30) disebut itqun minan naar (pembebasan dari api neraka).
Pada sepuluh akhir bulan ramadhan ada satu malam yang dikenal dengan lailatul Qadr (malam penentuan) yang mana jika seseorang beribadah di malam itu sama dengan beribadah sebanyak seribu bulan (alfi syahri) sebagaimana firman Allah dalam surah Al Qadr (97), ayat 1-5:
                   •               
“1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593]. 2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? 3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. 4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. 5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. 97:1-5)

Menurut Bapak Quraish Shihab, makna al Qadar itu ada tiga macam, yaitu pertama; berarti penetapan dan pengaturan sehingga Lailat ASl Qadar dipahami sebagai penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Kedua; berarti kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena dipilih sebagai malam turunnya Al Qur’an, serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Ketiga; berarti sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti ditegaskan dalam QS. Al Qadr ayat 4.

Sehingga dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.

Sebagai umatnya Rasulullah kita seyogyanya bertekad keras terhadap diri kita, keluarga kita untuk senantiasa mengisi akhir-akhir bulan ramadhan itu dengan segala amaliah Ramadhan baik yang wajib maupun amaliah sunah lainnya, terutama dimalam-malam ganjil. Karena ada indikasi dari rasulullah bahwasanya turunnya lailatul Qadar itu di malam ganjil, akan tetapi tidak menapikan malam-malam genap.

Ada beberapa tips agar kita senantiasa menemukan lailatul Qadar itu, antara lain: Pertama; shalat isya dan shubuh berjamaah, karena kedua shalat itu pahalanya menempati ibadah satu malam suntuk jika dilaksanakan secara berjamaah. Kedua; beribadah semalaman sejak shalat magrib sampai shalat subuh dan ibadah-ibadah lainnya. Ketiga; mencari waktu-waktu yang mustajab dalam berdo’a dan beribadah yaitu sepertiga malam (antara jam 2 – 4 malam).

Adapun amaliah yang dilaksanakan ketika berjaga-jaga menunggu datangnya lailatul Qadar antara, shalat wajib, memperbanyak shalat sunah seperti shalat tahajud, tarawih, witir, hajat, taubat, shalat tasbih dan shalat sunah mutlak lainnya. Disamping itu memperbanyak membaca al Qur’an dengan memahami maknanya, sehingga Al Qur’an benar-benar turun untuk diri kita.

Mudah-mudahan kita senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita untuk senantiasa mengisi sisa-sisa bulan ramadhan ini dengan hal-hal yang bernilai dan bermakna bagi hidup kita untuk kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Semoga. Amin
Jorong, 25 Ramadhan 1432 H/25 Agustus 2011 M

Kamis, 18 Agustus 2011

Membedah Makna Angka 17

Angka 17 adalah merupakan bagian dari angka 1 dan 7 atau bisa juga 10 + 7 =17. Kalau dilihat jenisnya angka 17 adalah salah satu dari bilangan prima. angka 17 ini kalau dilihat dari nilai historis bangsa Indonesia dan umat Islam mempunyai makna dan arti yang sangat berarti sekali.
Dilihat dari dari nilai historis bangsa Indonesia angka 17 difokuskan pada peristewa bersejarah yaitu hari kemerdekaan Bangsa Indonesia yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dari sini titik tumpu perjuangan bangsa Indonesia dalam membebaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa Belanda dan Jepang. Semua bangsa mengakui akan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal ini yaitu pada saat dua tokoh proklamator Ir. Soekarno dan M. Hatta membacakan teks proklamasinya didepan sebuah upacara bendera di Jalan Pegangsaan Timur Jakarta.
Disamping itu, kalau dilihat dari nilai historis umat Islam (taarikh Islam), angka 17 itu bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, yaitu peristewa turunnya Al Qur’an yang dikenal dengan peristewa Nuzulul Qur’an. Al Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam dan sebagai petunjuk (hudan) bagi umat Islam.
Tahun ini 2011 Masehi dan tahun 1432 Hijriyah merupakan tahun yang sangat istemewa sekali bagi Umat Islam dan bangsa Indonesia, karena angka 17 bersatu di sebuah bulan yang sangat mulia yakni bulan Ramadhan. Tanggal 17 Agustus 2011 M. bertepatan tanggal 17 Ramadhan 1432 H. hal ini akan memberikan makna yang sangat berarti sekali bagi kita sebagai orang yang beriman, karena semua kejadian ini akan ada hikmah dibalik semua ini.
Angka 17 adalah salah satu bilangan prima, dimaksudkan kita seharusnya bersikap dan menjadi orang yang prima, sempurna, berguna bagi orang lain. Disamping itu, kalau dilihat dari angka surah dalam Al Qur’an angka 17 adalah surah al Isra (diperjalankan). Dalam konteks surah ini erat hubungannya sebuah peristewa yang terjadi pada baginda rasul SAW yaitu peristewa Isra dan Mi’raj, dimana dalam peristewa ini puncaknya adalah kewajiban shalat lima waktu bagi umat Islam.
Angka 17 terdiri dari angka 1 dan 7. Angka 1 merupakan symbol dari keesaan Allah SWT. Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, sedangkan angka 7 merupakan perlambang dari berbagai macam yang berjumlah tujuh, antara lain tujuh anggota manusia (mata, telinga, hidung, mulut, tangan, kaki dan seluruh tubuh); tujuh jumlah ayat surah al Fatihah, tujuh lapis bumi dan langit, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Subhannallah, Allah punya rencana dan kehendak akan terkumpulnya pada tahun ini tanggal 17 Ramadhan bertepatan tanggal 17 Agustus 2011. Mudah-mudahan semua kekuasaan Allah mempunyai hikmah yang sarat makna bagi kesejahteraan dan kelangsungan bangsa dan negera ini, wabil khusus bagi umat Islam Indonesia. Amin.
Wallahu a’lam bishshawab.
Rantau, 17 Agustus 2011 M/17 Ramdhan 1432 H

Selasa, 12 Juli 2011

Pendidikan Karakter Menurut Perspektif Al Qur'an

Kunci keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah keagungan akhlak yang dimilikinya (Qs. Qalam/68: 4). Dengan modal itu, maka beliau pun menjadi teladan/uswatun hasanah (Qs. Al-Ahzab/33: 21) bagi umatnya. Hanya dalam 23 tahun ia berhasil menjalankan misinya dalam menyempurnakan akhlak manusia (li utammima makaarim al-akhlaq) sehingga masyarakat jahiliyah berganti menjadi masyarakat madani.

Lalu bagaimana bentuk keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW itu? Pertanyaan ini juga pernaha dirasakan oleh para sahabat sehingga di antara mereka ada yang bertanya kepada Siti A’isyah. Istri Nabi Muhammad ini pun menjawab: kana khuluquhu al-Qur’an, akhlaknya adalah al-Qur’an (HR. Abu Dawud dan Muslim).

Demikianlah karakter Nabi Muhammad SAW. Ia laksana al-Qur’an berjalan. Dengan al-Qur’an itu pula ia mendidik para sahabatnya sehingga memiliki karakter/akhlak yang begitu kuat. Sahabat-sahabat yang berkarakter berbasis al-Qur’an tersebut menjadi modal utama dalam membangun masyarakat berperadaban tinggi.

Belajar dari keberhasilan Rasulullah SAW tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mendidik karakter manusia, terutama yang mengaku Islam sebagai agamanya, mesti berdasarkan kepada al-Qur’an.

Dalam konteks kekinian, pendidikan karakter menjadi tema hangat untuk diterapkan melalui lembaga pendidikan formal. Bahkan Kementerian Pendidikan Nasional melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum telah merumuskan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” atau disingkat dengan PBKB, sejak tahun 2010 lalu.

Dalam proses PBKB, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Dan dalam program tersebut, terdapat 18 nilai yang dikembangkan, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab.

Program ini patut direspon oleh masyarakat, terutama praktisi pendidikan dan stakeholder yang terkait. Namun, konsep PBKB masih bersifat umum sehingga masih membutuhkan ide-ide kreatif dalam pengembangannya. Di era otonomi ini, pemerintah daerah, termasuk sekolah, sesungguhnya memperoleh peluang yang besar untuk mengembangkan berbagai program yang sesuai dengan kebutuhannya, termasuk mengembangkan konsep pelaksanaan pendidikan karakter tersebut.

Selaku umat Islam yang meyakini al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, sejatinya memanfaatkan peluang ini. Lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah termasuk sekolah umum yang terdapat di dalamnya—apalagi mayoritas—siswa beragam Islam, seyogyanya merumuskan konsep pendidikan karakter berbasis al-Qur’an. Sebab secara teologis, mustahil seorang muslim yang mengabaikan al-Qur’an memiliki karakter atau akhlakul karimah sebagaimana yang diinginkan dalam ajaran Islam itu sendiri.

Ironis, jika lembaga pendidikan tidak memberikan kesempatan bagi peserta didik muslim untuk memahami al-Qur’an sekaligus menjadi acuan dalam membentuk karakternya. Akibatnya, mereka akan menjadi manusia yang mengakui Islam sebagai agamanya, tetapi karakternya tidak sesuai tuntunan al-Qur’an. Keberadaan mereka justru merusak nama baik Islam itu sendiri. Untuk itu, sikap kebergamaan kita harus tersentuh menyikapi persoalan ini.

Hakikat pendidikan karakter itu sendiri adalah penanaman nilai, membutuhkan keteladanan dan harus dibiasaan, bukan diajarkan. Jika dalam konsep PBKB yang disusun oleh Puskur terdapat 18 nilai, maka dalam perspektif al-Qur’an jauh melebihi angka tersebut. Namun untuk memudahkan penanaman nilai tersebut, perlu dirumuskan secara sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan itu sendiri.

Paling tidak nilai-nilai itu bisa dikelompokkan dalam empat hal. Pertama, nilai yang terkait dengan hablun minallah (hubungan seorang hamba kepada Allah), seperti ketaatan, keikhlasan, syukur, sabar, tawakal, mahabbah, dan sebagainya. Kedua, nilai hablun minannas, yaitu nilai-nilai yang harus dikembangkan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia, seperti tolong-menolong, empaty, kasih-sayang, kerjasama, saling mendoakan dan memaafkan, hormat-menghormati, dan sebagainya.

Ketiga, nilai yang berhubungan dengan hablun minannafsi (diri sendiri), seperti: kejujuran, disiplin, amanah, mandiri, istiqamah, keteladanan, kewibawaan, optimis, tawadhu’, dan sebagainya. Dan keempat, nilai hablun minal-‘alam (hubungan dengan alam sekitar), seperti: keseimbangan, kepekaan, kepeduliaan, kelestarian, kebersihan, keindahan, dan sebagainya.
Nilai-nilai tersebut mesti dikembangkan lebih lanjut dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an. Nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an itu sesungguhnya memiliki makna yang lebih luas, kompleks dan aplikatif jika dibandingkan dengan nilai-nilai yang muncul dari hasil pikiran manusia. Misalnya, nilai istiqamah jauh lebih luas dari nilai komitmen dan konsisten. Begitu pula makna ikhlash jauh lebih mendalam dibandingkan dengan makna rela berkorban. Bahkan istilah akhlak pun jauh lebih kompleks dibanding dengan istilah moral dan etika. Dan masih banyak contoh lainnya.

Adapun bentuk pelaksanaannya, bisa menyesuaikan dengan konsep pengembangan pendidikan karakter sebagaimana yang disusun oleh Puskur. Beberapa nilai yang telah dirumuskan dapat dikembangkan melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler atau pengembangan diri dan budaya sekolah.

Pada kegiatan intrakurikuler, nilai-nilai tersebut harus dirumuskan dalam bentuk “Indikator Penanaman Nilai” oleh guru dalam rencana pembelajarannya untuk diintegrasikan dengan materi tiap mata pelajaran. Dengan begitu tak satu pun materi yang bebas dari nilai. Selain itu, proses pembelajarannya pun sebaiknya diintegrasikan dengan ayat-ayat al-Qur’an. Dalam hal ini, ayat-ayat al-Qur’an akan menjadi basis terhadap suatu ilmu sehingga siswa tidak saja memperoleh pengetahuan, tetapi diharapkan memperoleh keberkahan dari ilmu itu sendiri.
Pada kegiatan ekstrakurikuler, mesti dikembangkan kegaitan-kegiatan yang relevan dengan nilai-nilai al-Qur’an. Kegiatan-kegiatan yang bertentangan, seperti kegiatan yang memperlihatkan aurat, pelaksanaan kegiatan yang mengabaikan waktu shalat, dan sebagainya mestilah ditinggalkan. Sebaliknya, kegiatan-kegaitan yang langsung bersentuhan dengan al-Qur’an mesti menjadi prioritas. Misalnya, Tahsin Qur’an, Tilawah al-Qur’an, Tahfizh al-Qur’an, Seni Kaligrafi, Muhadharah, dan lainnya.

Sedangkan penanaman nilai pada budaya sekolah harus dirumuskan dalam bentuk beberapa aturan sehingga terjadi proses pembiasaan dan pembudayaan. Seperti tadarus di awal pembelajaran, setiap guru membuka pelajaran dengan membaca surat-surat pendek, membudayakan ucapan salam, mengedepankan keteladanan, malu melanggar peraturan, menjalin interaksi dengan kasih sayang, menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam hal ini, pemberian reward (penghargaan) lebih dikedepankan dari pada punishment (hukuman).
Proses pembelajaran al-Qur’an pun harus dilakukan secara kontiniu dan sistematis. Peserta didik harus dibimbing untuk membaca, memahami dan berupaya untuk mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an. Peserta didik juga dituntut untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Bukankah Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya (hatinya) tidak ada bacaan Al-Qur`an (yakni tidak memiliki hafalannya) ibarat sebuah rumah yang hendak roboh. (HR. At-Tirmidzi, dan lainya).

Tidak saja upaya dari sekolah, orang tua di lingkungan rumah tangga, menjadi pelopor utama dalam pembentukan karakter berbasis al-Qur’an. Orang tua juga dituntut untuk menanamkan kecintaan terhadap al-Qur’an kepada anak-anaknya sedini mungkin. Itu sebabnya seorang ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk banyak membaca al-Qur’an. Kelak si anak telah pandai membaca al-Qur’an, orang tua pun diminta untuk tadarus bersama anak-anaknya.

Sungguh tepat kebijakan Kementerian Agama RI tentang program “Gemmar (Gerakan Maghrib) Mengaji”. Dan program ini sejatinya didukung oleh para orang tua. Demikian halnya masyarakat, diharapkan berperan aktif mengkaji al-Qur’an dan berupaya untuk menjadikannya sebagai karakter diri dan masyarakat sekitarnya.

Jika sekolah mau dan bertekad menjadikan al-Qur’an sebagai basis dari pelaksanaan pendidikan karakter, maka niscaya ketenangan dan keberkahan akan dilimpahkan Allah kepada mereka. Sabdanya: Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah Azza wa Jalla untuk membaca Kitabullah (Al-Qur`an) dan mereka saling mempelajarinya kecuali sakinah (ketenangan) akan turun kepada mereka, majlis mereka penuh dengan rahmat dan para malaikat akan mengelilingi (majlis) mereka serta Allah akan menyebutkan mereka (orang yang ada dalam majlis tersebut) di hadapan para malaikat yang di sisi-Nya (HR. Muslim).
Kini, dibutuhkan niat, dukungan, dan komitmen dari berbagai pihak yang masih mengakui al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya; baik dari kalangan pemerintah, kaum intelektual, praktisi pendidikan, orang tua dan masyarakat untuk merumuskan pendidikan karakter berbasis al-Qur’an. Jika tidak, maka al-Qur’an hanya sebagai hiasan lemari dan tercerabut dari hati sanubari.
Jadi jelas sekali bahwa sesungguhnya pendidikan karakter itu tidak akan didapat sepenuhnya kalau tidak mengacu kepada seorang tauladan Rasulullah SAW. dan tentunya karakter Nabi adalah Al Qur'an dan sesungguhnya Allah menurunkan Al Qur'an itu kepada kita sebagai manusia (muslim), dan hakekat manusia adalah terletak pada hatinya.
Peranan Guru Agama dan Umum
Sebagai seorang pendidik yang mencetak generasi yang berkarakter tentunya akan bersentuhan dengan peserta didik yang menjadi fokusnya. tanggungjawab seorang guru akan menjadi hal yang sangat penting bagi seorang guru, tidak memandang apa dia seorang guru agama ataupun umum, yang terpenting seorang guru menjadi teladan bagi dirinya, anak didiknya. baik ketika didalam kelas, dirumah tangga dan di masyarakatnya. semoga kita sebagai pelaku pendidikan menjadi sebuah teladan bagi anak didik kita, mulailah dari diri sendiri (ibda' binafsik).
Wallahu a’lam.

Sumber:
1. http://mhdkosim.blogspot.com/2011/07/pendidikan-karakter-berbasis-al-quran.html/ diakses: 12 juli 2011
2. Pendidikan karakter berpusat pada Hati, Drs. H. Hamka Abdul Aziz, M. Si

Kamis, 09 Juni 2011

Isra Mi'raj dalam Sebuah Kajian Sosiologis

Bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang memiliki keistemawaan tersendiri. Kenapa demikian? Karena pada bulan ini terjadinya sebuah peristiwa yang teramat penting dan berharga bagi seorang Nabi akhir jaman, yaitu Nabi Muhammad SAW. Juga bagi seluruh umat Islam seantero dunia, yakni peristewa Isra dan Mi’raj. sebuah rihlah ilahiah (wisata ketuhanan) yang memiliki banyak hikmah.
Isra ialah diperjalankannya Nabi Muhammad SAW di waktu malam dari Masjid Al Haram di Mekkah ke Masjid Al Aqsha di Palestina, terjadinya pada bulan Rajab tahun ke-11 kenabian, dua tahun menjelang hijrah (lihat QS. 17: 1).
Sedangkan Mi’raj ialah dinaikannya Nabi Muhammad SAW. Dari Masjid Al Aqsha ke Sidrah Al Muntaha bertemu Allah azza wa jalla untuk menerima perintah Shalat lima waktu sehari semalam, setelah itu beliau turun kembali ke Masjid Al Aqsha, kemudian pada malam itu juga kembali ke Makkah Al Mukarramah (lihat QS. 53: 17-19).
Peristewa Isra dan Mi’raj adalah peristewa yang sarat dengan ibrah dan pelajaran yang berharga bagi umat Islam, dan penuh dengan simbol-simbol dan perlambang pesan-pesan moral bagi umat manusia, contoh dan ibarat (tamsil) dalam kehidupan yang amat menyentuh jiwa serta lubuk hati yang dalam. Karena dari kedua peristewa itu, diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW tanda-tanda kebesaran khaliq pencipta alam semesta ini.
Setiap umat Islam wajib percaya bahwa peristewa Isra Mi’raj itu benar-benar terjadi terhadap Nabi kita Muhammad SAW.
Imam Ibnu Katsir dalam kitab beliau menyebutkan point-point pokok yang harus diimani dalam masalah Isra Mi’raj ini, yaitu (1) Nabi Muhammad di Isra-kan dari Mekkah ke Bait al-Maqdis, (2) di Bait al-Maqdis, beliau sholat dua rakaat, (3) kemudian beliau dinaikan ke langit (Mi’raj), (4) Allah fardhukan shalat lima puluh waktu, kemudian Dia ringankan menjadi lima waktu sebagai rahmat dan kasih saying Allah kepada hamba-Nya. (lihat Tafsir Ibnu Katsir, al Baqawi juz 5/245).
Poin itu ditambahkan oleh Syekh Muhammad al Gazali dalam kitab Fiqih As Sirah, bahwa setelah Nabi SAW diturunkan ke Bait al-Maqdis dan kembali ke Makkah malam itu juga.
Al ‘Alamah Najm Ad Din Al Gaith telah mengarang kisah Isra dan Mi’raj yang dikomentari (hasyiyah) Imam Ahmad Dardir, sehingga riwayat Isra Mi’raj populer dengan “Kitab Dardir”.
Dalam kitab ini menyebutkan banyak pelambang dalam peristewa Isra Mi’raj itu. Setidaknyaa ada sepuluh perumpamaan (tamsil) yang diperlihatkan:
Pertama, perumpamaan orang yang malas shalat digambarkan dengan kaum yang memecah dan memukul kepalanya sendiri, sesudah pecah kembali seperti semula lalu dipecah lagi, demikian seterusnya.
Kedua, mereka yang tidak menunaikan kewajiban zakat, digambarkan dengan orang yang berpakaian hanya menutup kemaluannya, teriak-teriak seperti hewan.
Ketiga, pennzina; digambarkan dengan orang yang memakan daging busuk menjijikkan yang ada di tangan kirinya, padahal ada daging yang baik di tangan kanan.
Keempat, pengacau masyarakat, disimbolkan dengan seseorang yang menaruh duri di jalanan sehingga siapapun yang lewat selalu terkait dan bajunya pun robek.
Kelima, orang yang ambisius namun di luar kemampuan memikul tugas, diumpamakan Allah dengan orang yang mengangkat beban berat, ketika tidak mampu mengangkat beban itu ditambah lagi beban yang lain.
Keenam, pemakan riba, diumpamakan Allah dengan orang yang berenang di dalam sungai darah sambil dilempari batu.
Ketujuh, penyebar fitnah, disimbolkan dengan orang yang memotong lidah dengan gunting, setelah digunting menjulur lagi, kemudian digunting lagi oleh tangannya sendiri, demikian seterusnya.
Kedelapan, orang yang tidak pernah mengukur ucapan; diumpamakan Allah dengan seekor sapi yang ingin masuk ke lubang jarum setelah keluar daripadanya, namun tak bisa masuk kembali.
Kesembilan, pemakan harta orang lain dengan yang salah, digambarkan Allah dengan orang yang berkuku panjang mencakar mukanya sendiri.
Kesepuluh, perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah, seperti seorang penanam pohon yang terus menerus memetik buahnya tanpa putus. (KH. Husin Naparin, 2004: 84-86).
Dari sepuluh perumpamaan yang diperlihatkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. hanya satu perumpamaan yang baik, sedangkan Sembilan tamsil yang dilihat oleh Nabi Muhammad adalah perumpamaan yang munkarat (kemaksiatan). Dari sini dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya kemungkaran sejak dulu sampai sekarang lebih banyak diperbuat oleh umat manusia.
Mudah-mudahan peristewa Isra Mi’raj ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, dan alangkah indahnya seandainya seluruh umat Islam tidak terkecuali siapapun dia tidak memandang pangkat dan kedudukannya, akan “terhipnotis” dan pada akhirnya diharapkan mampu merubah sikap dan perilaku menuju yang lebih baik. Wallahu a’lam bish shawab.

Senin, 23 Mei 2011

Bayi di Tengah Jalan

Sudah menjadi kebiasaan kami (aku dan isteriku) pada setiap hari senin setiap minggunya, ketika berangkat kuliah ke Banjarmasin menggunakan kendaraan sepeda motor. Aku yang membawa dan isteriku yang membuncingi dibelakangku, maklum ar rijalu Qawwamun ala nisa’ (laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan) demikian kata Al Qur’an. Tapi, hari itu memang beda dari hari-hari sebelum senin tanggal 9 Mei 2011, aku berada di belakang dan isteriku yang menjadi driver (sopir), gensi memang, tapi kondisi kesehatan pada saat itu sungguh tidak dapat dipaksakan untuk menyetir sebuah sepeda motor.
Jam menunjukan pukul 11.10 wita kami melangkahkah kaki keluar rumah dan menuju kendaraan Yamaha Z, dan kamipun meluncur menuju Banjarmasin. Di tengah perjalanan, tepatnya sekitar desa Jilatan Kab. Tanah Laut kami menyelip sebuah kendaraan yang dibawa oleh seorang laki-laki setengah baya, tanpa helm dan seperti menggendong seorang bayi. Perasaan kami terlihat aneh, masa di tengah matahari yang cukup panas seorang berkendaraan tanpa helm dan anehnya menggendong bayi lagi….kamipun terus berlalu dan melaju meninggalkannya.
Tapi, ketika kami istirahat di sebuah masjid kamipun melihat kendaraan dengan menggendong bayi itu juga berhenti dan bayi itu menangis tanpa henti, dan terlihat ayahnya sedang memberikan solusi untuk menghentikan tangisnya, tapi sia-sia. Melihat hal itu, kami pun memberanikan diri untuk menanyakan, kenapa bayi itu dan rencana dibawa kemana? Astagfirullah,…ternyata, dia akan membawa anak itu (umurnya sekitar 2 bulan) ke Barabai tepatnya daerah Pagat. Dan setelah ditanya lagi ternyata dia habis berkelahi dengan isterinya, anaknya itu menjadi sebuah “taruhan” untuk berpisah dari isterinya.
Kamipun terinyuh dan merasa kasihan kepadanya, kamipun menawarkan untuk member dia air putih dan sebelumnya mencoba mencari susu, karena bayi itu sejak dari rumah (katanya dari Muara Kintab) tidak minum apa-apa dan ternyata benar, ketika diberi air putih sungguh bayi itu minum dengan dahaganya. Setelah mendengar ceritanya dan kamipun memberikan solusi agar anaknya itu jangan dibawa berkendaraan dan alangkah baiknya naik taksi aja ke hulu sungai itu, tapi ternyata dia tidak mau dan kami mengajak untuk membawa dia ke rumah adik ipar di Pelaihari, mungkin ada helm atau disana ada dot untuk si bayi itu. Akhirnya dia mau diajak dan isteriku yang membawanya dan terpaksa aku kembali bertugas sebagai sopir kali ini. Walaupun kondisiku belum seratus persen sehat.
Sesampai di rumah adik iparku di Pelaihari, bayi tadi kami beri air susu dan istirahat sebenar sekitar satu jam. Dirumah adik ipar kami, ayah dari bayi itupun kami introgasi kenapa ceritanya anak itu sampai begini nasibnya, tanpa ibu padahal secara naluri seorang ibu (mama) sangat saying kepada bayi yang berumur dua bulan ini, Tyas Maulida nama bayi itu, sungguh indah namanya dan cantik lagi orangnya, orangtuanya bercerita ia sejak bangun tidur sudah dimarahi oleh sang isteri dan sudah tidak tahan lagi makanya dia bawa “lari” anaknya ini, padahal kalau dilihat segi ekonomi ia sudah punya pekerjaan cukupan, mungkin konflik apa yang mendera keluarganya kami tidak begitu penting menelitinya, yang pasti bayi itu yang manis itu menjadi focus kami.
Kami sudah menyarankan kepada orangtuanya untuk menitipkan kendaraan “Sogun”nya di rumah adik ipar kami, dan berangkat naik taksi aja, tapi dia tidak mau. Akhirnya dia berangkat saja naik kendaraan tuanya aja, dan kebetulan kami mau ke Banjarmasin maka isterinya saya menolong menggendong sampai persimpangan Cempaka – Banjarmasin, dan setelah nyampai di persimpangan Cempaka-Banjarmasin, bayi itu kami serahkan kepada orangtuanya dan dibawa dengan cara semula digendong dengan kain ayunan sambil memegang tangan kiri dan tangan kanan memegang stang kendaraan…kami berharap bayi itu sampai ketujuan dan saat itu waktu sudah menunjukan pukul 14.30 wita dan kalau dipikir-pikir sampai di Barabai akan menemui waktu malam, sungguh kasian bayi mungil itu, belum lagi hujan menerpa mereka…Tyas jangan nangis lagi ya ….jadilah engkau anak yang shalehah nantinya dan menjadi harapan bagi ayahmu…semoga!


Ibrah:Anak adalah amanah dari Allah, makanya pendidikan dan tanggungjawab orangtua akan dipertanggungjawabkan nantinya di dunia ini dan akhirat.
Jilatan, 9 Mei 2011

Workshop Metodologi Penelitian Ala PPS IAIN Antasari

Tepat pukul 08.45 Wita hari Kamis, tanggal 19 Mei 2011 kami berkumpul di Aula Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin dalam rangka pembukaan kegiatan “Workshop Metodologi Penelitian” yang dihadiri oleh mahasiswa program S2 IAIN Antasari Banjarmasin.
Kegiatan workshop ini dilaksanakan selama dua hari yakni tanggal 19 sampai 20 Mei 2011 dan bertujuan untuk mempersiapkan dan membekali mahasiswa dalam rangka menyusun sebuah karya ilmiah sebuah tugas akhir seorang mahasiswa di pascasarjana ini yaitu penyusunan Tesis. Disamping itu, pengembangan lagi kegiatan Tri Perguruan Tinggi, demikian yang diungkapkan oleh Direktur PPS IAIN Antasari Banjarmasin Prof. Dr. H. Ahmadi Hasan, M. Hum pada kesempatan membuka acara dimaksud.
Menarik sekali memang kegiatan workshop ini, dimana para narasumber adalah orang-orang yang sungguh berpengalaman dan praktisi yang lama bergelut dalam bidang penelitian ini. Pada session pertama, disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA. (mantan Rektor IAIN Antasari Banjarmasin) yang mengangkat makalah “Paradigma Penelitian Kualitatif”. Beliau menjelaskan penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berlandaskan pada filsafat Phenomenologik, dimana sebuah penelitian mengharapkan hasil yang ilmiah dan mendalam sekali, karena seorang peneliti adalah “key informan” kunci sebuah penelitian disamping data yang sungguh-sungguh didapat di lapangan dan peneliti merasakan sendiri apa yang diteliti. Mengutip kata-kata narasumber “penelitian kualitatif adalah penelitian dibalik yang tersurat” sehingga menghasilkan yang ilmiah dengan mengenyampingkan subjektifitas peneliti melalui : trianggulasi, konfirmasi dan objektifitas data.
Pada session kedua, tentang “Paradigma Penelitian Kuantitatif” yang disampaikan oleh Bapak Dr. Suratno, M. Pd. (Lektor FKIP unlam). Pada pemaparannya, beliau menjelaskan penelitian kuantitatif adalah sebuah penelitian yang bergelut dengan angka-angka dan hitungan-hitungan. Disamping, penelitian ini harus kaya dengan teori-teori, karenanya seorang peneliti kuantitatif harus banyak membaca dan membaca, Tidak akan terwujud penelitian yang valid tanpa membaca teori-teori dari buku.
Pada session ketiga, workshop menghadirkan narasumber yang lagi naik daun yakni Dr. Mujiburrahman, MA. (Pembantu Dekan I Fak. Ushuluddin IAIN Antasari) dengan judul makalah “Paradigma Penelitian Literatur”. Narasumber mengemukakan ada lima yang bisa ditempuh oleh peneliti literature, yakni studi filologis (studi teks/naskah kono), rekontruksi dan dekonstruk teks, studi naskah-naskah populer, …………… menurut beliau penelitian literature adalah penelitian yang sangat berharga sekali bagi pengembangan keilmuan terutama penggalian studi naskah-naskah kono, masih banyak kitab-kitab yang ada di Kalimantan Selatan yang belum dikritisi, baik muatan maupun teks-teksnya.
Dari session pertama sampai ketiga memang sungguh menarik sekali untuk disimak dan apalagi para peserta workshop yang berlatar belakang mahasiswa yang rata-rata sudah lupa tentang metodologi, maka banyak uneg-uneg yang timbul dan pertanyaan pun bermunculan. Ada yang menanyakan tentang spesifik ketiga metode penelitian itu, ada juga memang sudah tertarik kepada penelitian literature dan ada juga yang tertarik semua jenis metode itu.
Keesokan harinya pada hari kedua, digelar lagi kegiatan workshop ini yang memfokuskan pada ranag aplikatif yakni menghadirkan makalah yang bersifat penerapan praktis bagi mahasiswa. Yakni materi “penyusunan desain proposal penelitian kualitatif” yang disampaikan oleh Bapak Dr. Irfan Noor, M. Hum (ketua Jurusan Filsafat Pemikiran Islam PPS IAIN Antasari Banjarmasin). Makalah yang kedua, mengenai “penyusuna proposal penelitian Kuantitatif” yang disampaikan oleh Dr. A. Salabi, M. Ag (ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam PPS IAIN Antasari Banjarmasin), dan yang terakhir disampaikan oleh Bapak Dr. Dzikri Nirwana, M. Ag, (dosen Fak. Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin) yang mengangkat judul makalah “penyusunan proposal penelitian Literarur”.
Banjarmasin, 20/5/2011

Senin, 09 Mei 2011

GURU: Antara Profesi dan Kualitas

Pada puncak acara peringatan Hari Guru Nasional XII, tanggal 2 Desember 2004, Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudoyono, telah mencanangkan guru sebagai profesi.
Acara pencanangan guru sebagai profesi ini telah disaksikan oleh ribuan mata guru yang telah hadir dalam puncak acara di Istana Olah Raga Bung Karno, Senayan, Jakarta. Hadir dalam acara tersebut adalah jajaran Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Rakyat dan bangsa Indonesia di seluruh pelosok tanah air pun menyaksikan acara yang belum pernah diadakan ini melalui layar kaca. Diantara mereka mungkin timbul sederet pertanyaan yang ada di benaknya masing-masing. Apakah guru sebagai profesi memang demikian perlu dicanangkan? Kalau perlu mengapa? Mengapa profesi lain seperti dokter, akuntan, pengacara dan lain-lain tidak dicanangkan? Ada apa dengan guru sebagai profesi dan apa hubungannya dengan kualitas out put lulusan yang “dihasilkan” oleh guru? Mari kita jawab bersama-sama.
Berbicara tentang guru, tentu berbicara mengenai martabat seorang guru itu. Dan menurut bapak Wardjiman Djojonegoro, berbicara tentang martabat guru tentu bersinggungan dengan kesejahteraannya.
Guru ialah Pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah, termasuk hak yang melekat dalam jabatan (surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 57686/MPK/1989).
Menurut Dr. Sayyed Hossein Nasr yang dikutip oleh Azyumardi Azra, Guru sebagai figur sentral dalam pendidikan, haruslah dapat diteladani akhlaknya disamping kemampuan keilmuan dan akademisnya. Selain itu, guru haruslah mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk mendidik anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak.
Dari sini dapat diketahui beberapa peran dan fungsi seorang guru, yaitu antara mempunyai tanggungjawab terhadap diri sendiri (self), professional (professional status) dan status social (social status). Disamping itu, guru juga mempunyai tanggung jawab sebagai orang yang menjadi tauladan, idola dan panutan bagi anak didik serta mencetak menjadi manusia yang berilmu dan berakhlak mulia.

Guru antara profesi dan kualitas lulusan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada pasar 39 (1) dan (2) dinyatakan bahwa: “Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelola, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan tehnis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.
Profesionalisme seorang guru adalah tanggung jawab dirinya sendiri, pemerintah dan masyarakat. Demikian juga, ketika seorang guru berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan paedagogik dan akademisnya, sesungguhnya tak seorangpun yang berhak untuk melarangnya. Peningkatan kualitas dirinya sebagai seorang pendidik tentunya akan memberikan dampak yang signifikan kepada peserta didiknya.
Alangkah ironisnya jika pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas guru dan guru sendiri tidak mau untuk ditingkatkan. Dan tentu hal ini ditunjang dengan berbagai pasilitas seperti pemberian beasiswa kepada guru yang melanjutkan ke program kualifikasi dari D2 ke S1, bahkan untuk melanjutkan ke jenjang S2.
Berbicara tentang profesi guru, tentunya tidak terpisahkan dengan fungsi dan peran guru itu sendiri. Guru memiliki satu kesatuan perang dan fungsi yang tidak terpisahkan juga, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Guru harus memiliki kemampuan tersebut secara paripurna. Meskipun demikian, guru sebagai manusia biasa ia sama sekali bukan manusia super tanpa cacat. Guru memiliki kelebihan dan juga kekurangan.
Dari sana jelas sekali peran dan fungsi guru tidaklah sampai disitu saja, akan tetapi nantinya menjadikan anak didik sebagai “orang yang berkualitas”. Selama enam tahun misalnya guru tingkat Sekolah dasar/sederajat akan memberikan warna bagi anak tersebut, apakah menjadi anak yang berkualitas atau tidak, atau selama tiga tahun bagi guru tingkat SMP/sederajat, atau tiga tahun kemudian bagi guru yang mendampingi anaknya di bangku SMA/sederajat. Tentu ini akan terlihat ketika out put tersebut memasuki dan menjadi “orang” di masa mendatang.
Problematika sekarang adalah apakah seorang guru mampu menjadi orang yang ideal bagi anak didiknya, masyarakat? Atau sebaliknya. Dengan adanya pelaksanaan UN yang sebentar lagi digelar, disini dedikasi seorang guru yang benar-benar professional dipertaruhkan. Harapan memang adalah yang terbaik, lulus 100% disekolah tertentu atau bahkan suatu daerah tertentu. Tapi, janganlah masa depan anak didik kita digadaikan oleh sesuatu yang hanya keuntungan sementara waktu saja dan kualitas anak didik kita menjadi bahan “tertawaan” dimata dunia. Nauzubillah.
Mari kita bertekad untuk senantiasa menjadi jati diri sebagai seorang guru yang professional dan benar-benar “oemar bakri” seperti dalam ‘Laskar pelangi’. Mendidik laskar-laskar yang tanpa pamrih dan ikhlas karena Allah SWT. Amin.

Banjarmasin, 29 Maret 2011

PROSESI MAHANYARI BANIH

Prosesi mahanyari banih (memakan pertama buah padi) merupakan tradisi yang sudah ada sejak jaman nenek moyang dulu dan sampai sekarang masih dilakukan oleh para petani yang berada di daerah pedesaan, terutama mereka yang berladang berpindah-pindah.
Ada keunikan yang perlu dicermati ketika prosesi mahanyari banih ini, dan banyak nilai filosofisnya yang terdapat dalam prosesi adat ini.


Sejak padi ditanam dengan menggunakan asak (Tongkat dari kayu yang ujungnya tajam seperti tombak) dihunjamkan ketanah, kemudian proses mamanih (mengisi lobang itu dengan padi) terdiri dari tiga sampai lima butir dan ini disebut dengan istilah manugal, sampai butir-butir padi itu tumbuh dan terus mengeluarkan butiran-butiran padi baru, semangat para petani akan bertambah kuat dan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Dan sampai tiba saat ketika padi-padi itu menguning dan siap untuk dipanen, bertambah meluap lagi kebahagiaan itu.

Padi yang menguningpun dipanen dengan menggunakan alat panen yang disebut ranggaman (terbuat dari kayu pulantan dan dipasang pisau silet/besi yang tajam), dan setelah cukup hasil panen itu, padi tersebut dibersihkan dengan cara memisahkan antara daun, gayang, yang tidak berisi dan sampai yang tertinggal yang berisi saja. Setelah itu padi yang bersih itu digiling dan menjadi beras untuk siap dimasak.


Ketika proses mahanyari akan dilaksanakan, semua barang yang pernah dan digunakan sejak menggarap ladang sampai selesai dikumpulkan dalam satu tempat yang disebut Nyiru (semacam pan), seperti parang, tajak, cangkul, kapak, tirak, batu asahan, ranggaman, pisau arit, dll), dan didalamnya diletakan nasi yang dikepal beserta ikan asin. Hal ini dimaksudkan semua barang dan peralatan itu juga ikut merasakan hasilnya.

Beras yang sudah dimasak dan menjadi nasi siap disajikan untuk diadakan prosesi syukuran, juga sayur-sayur yang dimasakpun disajikan. Semua sayuran yang ditanam diladang harus diikutkan dimasak jangan sampai ketinggalan. Diundang warga yang berada disekitar ladang tersebut, kaum laki-laki yang bertugas untuk mengundangnya warga, padahal letak antara ladang yang satu dengan yang lainnya cukup jauh dan para wanita bertugas memasak makanan tersebut. Ketika sudah terkumpul undangan, yang dianggap tertua didaulat untuk membacakan do’a selamat atas berhasilnya kegiatan berladang itu. Dan setelah selesai dibacakan do’a, maka semua yang hadir menikmati sajian yang disediakan dengan lahapnya, maklum kegiatan ini jarang sekali dilaksanakan dan biasanya dilaksanakan bergantian antara petani yang satu dengan yang lainnya.
Ada yang unik dalam kegiatan ini, antara lain ketika nasi yang sudah masak dikepal (digenggam seisi tangan) dibuat empat biji dan diletakan di empat tempat, yang pertama diletakan disebuah nyiru bersama peralatan berladang, ini dimaksudkan agar semua peralatan dan barang untuk berladang ikut merasakan syukur, yang kedua diletakan diatas atap pondok, diharapkan ketika orang yang memakan nasi yang berada di atas atap akan selalu menjadi orang yang mulia dan terhormat; yang ketiga, diletakan diatas tunggul pondok, diharapkan orang yang memakan nasi ini akan menjadi kuat seperti pondok atau rumah; yang keempat, diletakan diatas tunggul bekas pohon yang ditebang yang berada ditengah ladang, hal ini dimaksudkan agar orang yang makan nasi ini akan kuat, tahan banting dan selalu kokoh dalam cita-citanya.


Mari kita lestasikan tradisi yang positif dan bernilai filosofis ini, guna generasi dan anak cucu kita di masa-masa mendatang. Dan berharap, agar tanah-tanah yang ada yang kita miliki kita manfaatkan untuk kepentingan keluarga dan masyarakat, berkebun dan bertani menanam padi dan berkebun sayur mayur guna keperluan hidup sehari-hari. Jika semua tanah terjual kepada orang-orang kaya, yang digunakan untuk perkebunan yang besar tunggu saatnya kita akan terjajah dan menjadi budak (buruh) di negeri sendiri. Wallahu a’lam bish shawab.

Sabtu, 26 Maret 2011

Satu Jam di Taman Ancol Jakarta

Tepat pada tanggal 19 Maret 2011 kami beserta rombongan mahasiswa PPS IAIN Antasari Banjarmasin ketika kunjungan studi banding di SD - SMP Islam al Azhar Jakarta, pada kesempatan itu kami berkesempatan berekreasi ke Taman jaya Ancol.
Kalau dilihat secara sekilas memang Taman Ancol memang sebuah tempat yang hanya untuk berekreasi saja, karena di sana terdapat bermacam-macam permainan, hiburan dan sebagainya, antara lain taman samudra, seaworld, gondula, pantai fantasi, pantai karnaval, pasar seni dan sebagainya.
memang pertama kali aku datang kesana sungguh menakjubkan sekali, terhibur dan terasa menyenangkan.


ketika aku berkunjung ke pasar seni, ada sesuatu yang sangat berbeda daripada tempat-tempat rekreasi lainnya. kenapa demikian? tepat pada saat kami beristirahat di sebuah depot, terlihat ada sebuah monumen terbuat dari tumpukan batu besar dan disana terlukis sebuah prasasti dan bertuliskan kalimat dari H. ALI SADIKIN yang beliau ucapkan pada tanggal 2 Juli 1977 di Jakarta. Kalimat tersebut adalah: "Manusia tanpa cita-cita adalah Mati,
Cita-cita tanpa kerja adalah Mimpi,
Idaman yang menjadi kenyataan adalah kebahagiaan"

Sungguh kalimat yang sangat sejalan dengan kodrat dan fitrah manusia, karena manusia tanpa cita-cita bagaikan mayit berjalan dan seperti binatang saja. akan tetapi tidak cukup hanya cita-cita tanpa kerja dan usaha untuk mewujudkannya, semua itu hanyalah mimpi belaka.Dan kebahagiaanlah yang menjadi idaman bagi setiap orang.
hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang senantiasa memberikan motivasi dan untuk tetap bekerja keras dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
terwujud segala cita-cita dan harapan kita semua melalui kerja dan menjauhi kemalasan. semoga.

Minggu, 13 Maret 2011

Cerpenku

LOMBA MEMBACA PUISI
Karya: Muhammad Hafizh Fuady

Pada liburan sekolah, Ahmad dan teman-temannya pergi ke toko buku, disana Ahmad membeli buku kumpulan puisi. Setelah selesai membeli buku mereka langsung pulang ke rumah, di jalan Ahmad membaca kertas pengumuman yang ditempel di tembok. Pengumuman itu mengumumkan bahwa di taman akan ada lomba membaca puisi, lomba itu diadakan pada hari minggu. Ahmad ingin mengikuti lomba itu, besok harinya Ahmad mendaftar ke taman. Di rumah, Ahmad berlatih membaca puisi dengan sangat giat. pada hari minggu Ahmad pergi ke taman, lomba akan dimulai pada pukul 08.00 pagi. Setelah lomba dimulai Ahmad menunggu gilirannya, Ahmad mendapat giliran ke 8. Setelah dipanggil Ahmad langsung naik panggung lomba, Ahmad membacakan puisi yang berjudul “Kebun Bunga”.
Puisinya yang berbunyi:
KEBUN BUNGA
Buah karya: (M.HAFIZH FUADY).

Ketika aku ke kebun bunga yang indah,
Kupu-kupu beterbangan dengan senangnya
Bunga-bunga yang mekar bagaikan
Matahari yang terbit disebelah timur.

Warna-warna yang berbeda,
Mengeluarkan bau yang wangi,
Bunga mawar, bunga melati,
Juga bunga matahari.

Kebun bunga membuatku
Sangat senang, sangat ceria
Ketika melihat kebun bunga.

Setelah lomba selesai juri mengumumkan pemenangnya, ternyata Ahmad yang menjadi pemenangnya, Ahmad sangat terkejut karena dia yang menang. Setelah itu Ahmad disuruh naik ke panggung untuk diberi piala puisi dan uang senilai Rp.1.000.000. Setelah lomba selesai Ahmad pulang dengan membawa hadiah lomba puisi. Orang tua Ahmad sangat bangga sekali kepada Ahmad, setelah selesai liburan sekolah Ahmad pergi ke sekolah. Di sekolah Ahmad menceritakan pengalamannya ketika lomba, hadiah yang di dapat Ahmad dipakai untuk ditabung dan untuk kebutuhan sehari-hari. Ahmad sangat senang karena telah membanggakan orangtuanya, Ahmad berjanji akan belajar lebih giat lagi untuk menyenangkan dan membanggakan orangtuanya.

ditulis oleh anaknda Muhammad Hafizh Fuady

Selasa, 01 Maret 2011

Mengungkap Tabir Rahasia Basmalah

A. PENDAHULUAN

Allah SWT telah menurunkan kitab suci Al Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril as. Dengan bahasa Arab secara mutawatir dan menjadi ibadah bagi yang membaca dan sebagai petunjuk bagi manusia.
Kitab suci Al Qur’an adalah kesimpulan dari semua kitab kitab-kitab suci yang pernah diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad SAW., seperti Taurat yang telah diturunkan kepada Musa as., Injil kepada Nabi Isa as., Zabur kepada Nabi Daud as.
Al Qur’an yang terdiri atas 114 surah, terbagi ke dalam 6236 ayat, seluruh ayat 6236 itu disimpulkan Allah dalam satu surah yang pendek dan terdiri hanya atas 7 ayat saja, yaitu Surah Al Fatihah.
Jadi surah Al Fatihah adalah kesimpulan seluruh isi al Qur’an atau kesimpulan dari seluruh kitab-kitab Suci, atau kesimpulan dari seluruh ajaran semua Nabi-Nabi dan rasul-rasul, atau kesimpulan dari ajaran semua agama yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul. 1
Sebab itulah gerangan Surah ini dinamai Allah dengan al Fatihah (pembuka), atau Ummul kitab (Induk Kitab) dan lain-lain nama yang kita bentang dalam makalah ini nantinya.
Dari surah al Fatihah ini yang terdiri atas 7 ayat ini terhimpun dalam ayat pertama yakni Basmalah (bismillahir rahmanir rahim). Yang mempunyai keistemawaan dan keajaiban yang perlu diungkap lebih dalam lagi.
Berdasarkan tersebut diatas maka penulis mengangkat judul makalah “Mengungkap Tabir Rahasia Basmalah”. Dengan berbagai macam problematika pembahasan didalamnya, antara lain makna Basmalah, Tafsirnya, keutamaan membaca basmalah, dan permasalahan pada basmalah itu sendiri, apakah termasuk salah satu atau dalam al Qur’an atau tidak.

B. MAKNA DAN TAFSIR BASMALAH
“Basmalah” artinya mengucapkan atau menulis kalimat بِسْمِ الله ِالرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ , terjemahnya, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Dalam al Qur’an ada 114 kalimat basmalah, 113 diantaranya terdapat di awal setiap surat, kecuali surah al Taubah (QS. 9). Namun dalam surah al Naml terdapat dua basmalah, pertama, di awal surah, kedua pada ayat 30 ketika Allah berfirman mengabadikan surah Nabi Sulaiman as. Yang ia kirim kepada Ratu Balqis yang artinya:
“Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman dan sesungguhnya (isinya) dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. 2

Adapun makna kalimat basmalah itu dapat dilihat dari arti perkatanya sebagai berikut:
بِسْمِ dengan nama الله Allah ِالرَّحْمنِ Yang Maha Luas Kasih saying-Nya الرَّحِيْمِ Maha kekal kasih saying-Nya. 3 dari kalimat basmalah ini ada terkandung tiga nama Allah yang termasuk dalam al asma al husna, yaitu Allah, ar rahman, dan ar rahim.
Kalau Surah al Fatihah dibaca setiap muslim 17 kali sampai 50 atau 60 kali dalam sehari, maka bismillahir rahmaanir rahiim dibaca lebih banyak. Sebab menurut ajaran Islam, Bismillah ini harus kit abaca tiap memulai segala macam pekerjaan atau perbuatan, pekerjaan apa saja dengan tidak memperbedakan besar kecilnya, penting atau tidak pentingnya. Kita menyebut bismillahir rahmaanir rahiim sebelum makan dan memakan apa saja, sebelum minum, sebelum memasuki rumah, sekolah, auto, atau ruangan apa saja, sebelum tidur, mandi, berwudhu, sebelum membaca atau menulis, sebelum memompa sepeda atau menaikinya, sebelum berpidato dan lain-lain lagi. 4
Berikut ini penjelasan tafsir basmalah menurut beberapa ulama tafsir:
{ بسم الله الرحمن الرحيم } ؛ أَيْ : ابدؤوا أوِ افتتحوا بتسمية الله تيمُّناً وتبرُّكاً ، و " الله " : اسمٌ تفرَّد الباري به سبحانه ، يجري في وصفه مجرى أسماء الأعلام ، لا يُعرف له اشتقاق . وقيل : معناه : ذو العبادة التي بها يُقصد . { الرَّحمن الرَّحيم } : صفتان لله تعالى معناهما : ذو الرَّحمة ، [ أَي : الرَّحمة لازمةٌ له ] ، وهي إرادة الخير ، ولا فرق بينهما ، مثل : ندمانٍ ونديم .
Artinya:
(بسم الله الرحمن الرحيم ) yakni mulailah atau bukalah dengan nama Allah dengan penuh keyakinan dan keberkahan, dan (الله) nama tunggal yang Maha suci, mengalir pada sifatnya nama-nama yang mulia, tidak dikenal kata itu asalnya. Dikatakan juga : maknanya adalah yang mempunyai ibadah yang dituju. (الرَّحمن الرَّحيم) dua sifat bagi Allah SWT, makna keduanya adalah yang mempunyai kasih saying, (yakni kasih sayang yang harus bagi-Nya), dia menginginkan kebaikan dan tidak membedakan antara keduanya, misalnya kata ندمانٍ ونديم. (Tafsir al Wajiz lil Wahidi)
{ بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم } قراء المدينة والبصرة والشام وفقهاؤها على أن التسمية ليست بآية من الفاتحة ولا من غيرها من السور ، وإنما كتبت للفصل والتبرك للابتداء بها ، وهو مذهب أبي حنيفة ومن تابعه رحمهم الله ، ولذا لا يجهر بها عندهم في الصلاة . وقراء مكة والكوفة على أنها آية من الفاتحة ومن كل سورة وعليه الشافعي وأصحابه رحمهم الله ، ولذا يجهرون بها في الصلاة وقالوا : قد أثبتها السلف في المصحف مع الأمر بتجريد القرآن عما ليس منه . وعن ابن عباس ??? ???? ??هما : من تركها فقد ترك مائة وأربع عشرة آية من كتاب الله
Artinya:
(بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم ) ahli Qiraat Madinah, Bashrah, Syam dan para ahli fikihnya menjelaskan bahwa Basmalah itu bukan termasuk dari surah al Fatihah dan bukan bagian dari surah-surah al Qur’an, bahwasanya ditulis terpisah dan mengambil berakah memulai dengannya, ini adalah mazhab Abu Hanifah dan orang-orang yang mengikuti beliau rahimahullah. Dan untuk ini menurut mereka tidak di jaharkan(dinyaringkan) dalam shalat. Sedangkan Menurut ahli qiraat Mekkah dan Kufah bahwasanya Basmalah itu termasuk bagian dari Surah al Fatihah dan pada setiap surah dalam al qur’an, dan ini mazhab Imam Syafii rahimahullah, untuk ini menurut mereka di jaharkan (dinyaringkan) dalam shalat. Sehingga menurut ahli salaf bahwa mereka menetapkan dalam mushaf dan menyuruh untuk memuatnya dalamnya. Menurut Ibnu Abbas: barangsiapa meninggalkan basmalah itu, maka dia telah meninggalkan 114 ayat dari kitab Allah. (Tafsir An Nasafi).


C. KEUTAMAAN MEMBACA BASMALAH
Dalam kalimah basmalah itu ada 3 nama yang terbesar dari nama-nama Allah yang banyak dan termasuk dalam al asma al Husna yaitu Allah, Ar Rahman, dan Ar Rahiim. Sebab itu maka kalimah basmalah ini dinamakan oleh Rasulullah SAW sendiri dengan nama al ismul al ’azham, yaitu nama teragung dari Allah SWT.
Berikut ini beberapa keutamaan kalimah basmalah yang disarikan dari beberapa hadis nabi Muhammad SAW, antara lain:
1. Kalimah basmalah itu merupakan nama-nama Allah yang teragung seperti dekatnya biji mata yang hitam dengan biji mata yang putih.
2. Basmalah merupakan ayat yang hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kepada para nabi terdahulu tidak diturunkan.
3. ketika diturunkan basmalah ini awan lari ke Timur lalu awan menjadi diam, laut bergelombang, binatang-binatang memasang telinga mendengarkannya, setan dirajamdari langit.
4. Allah berjanji barang siapa ingin terhindar dari zabaniah 19, maka hendaklah ia membaca basmalah, dan Allah menjadikannya setiap hurufnya sebagai tameng dari masing-masing mereka.
5. Tidak sah wudhu kalau tidak membaca basmalah sebelumnya.
6. Ketika suami isteri berhubungan kalau tidak membaca basmalah, maka setan ikut didalamnya.
7. Setiap pekerjaan (urusan) yang penting yang tidak dimulai dengan menyebut basmalah, maka pekerjaannya itu akan terputus (dari Barakah).
8. Menyebut basmalah berarti menyebut, mengingat, mengerti, menyadari akan Allah. 5

D. PERMASALAHAN PADA BASMALAH
Merata seluruh sahabat Rasulullah SAW menuliskan dan membaca basmalah di permulaan tiap-tiap surah dari Al Qur’an. Tetapi ulama-ulama yang datang kemudian berlainan pendapat (ikhtilaf), apakah kalimah basmalah diawal tiap-tiap surah itu termasuk salah satu ayat dari surah itu atau tidak. Tetapi mereka sepakat (ittifaq), bahwa kalimah basmalah dsalam surah al Naml ayat 30 termasuk salah satu ayat dari surah tersebut. 6
Umumnya ulama-ulama salaf (yang berdekatan masa hidup mereka dengan masa hidup Rasulullah SAW) begitu juga ulama-ulama khlaf (yang berjauhan masa hidup mereka dengan masa hidup Rasulullah SAW) berpendapat bahwa Basmalah di awal tiap surah itu tidak termasuk salah satu ayat dari surah, tetapi dimaksudkan sebagai tanda batas dari masing-masing surah saja. Pendapat ini berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad-sanad yang shahih berasal dari Ibnu Abbas ra. Yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW tidak membubuhkan tanda apa-apa antara masing-masing surah, sampai diturunkan kepada beliau kalimah basmalah.
Diantara orang-orang yang mengatakan bahwa kalimah Basmalah iu termasuk salah satu ayat dari masing-masing surah selain surah al baraah dari golongan sahabat ialah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Zubair, Abu Hurairah, dan Ali ra. Sedangkan dari golongan Tabi’in ialah : ‘Athaa, Thawwas, said bin Jubair, Makhuul, dan Az Zuhri. Begitu pula pendapat Imam Abdullah bin Mubarak, Imam syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal menurut salah satu keterangan, Ishaq bin Rahawaih, Abu Ubaid al Qaasim bin salam ra.
Sedangkan Imam Malik dan Imam Abu Hanifah beserta semua pengikut keduanya berpendapat bahwa kalimah basmalah itu tidak termasuk ayat dari al Fatihah dan tidak termasuk dari masing-masing surah.
Menurut suatu keterangan lain dikatakan bahwa Imam Syafii dalam salah satu perkataan beliau mengatakan bahwa kalimah basmalah itu termasuk salah satu ayat dari masing-masing surah selain al Fatihah. Tetapi keterangan Imam Syafii bersifat Gharib.
Sebagai akibat dari ikhtilaf tersebut di atas ini, terjadi pula ikhtilaf tentang menyaringkan (menjaharkan) pembacaan kalimah basmalah di dalam shalat. Orang yang berpendirian bahwa basmalah termasuk ayat dari al Fatihah, mereka menyaringkan membacanya. Tetapi bagi orang yang mengatakan tidak termasuk ayat al Fatihah, tidaklah menyaringkan bacaannya, yaitu mereka sirkan (tidak nyaring) membacanya, bahkan ada di antara mereka yang tidak membaca basmalah sama sekali, tidak secara jahar dan tidak pula secara sir (tanpa suara).
Imam syafii menjaharkan basmalah dalam membaca al Fatihah dan setiap surah. Dan beginilah yang banyak dilakukan banyak golongan para sahabat dan tabi’in dan ulama-ulama salaf dan khalaf. Diantara para sahabat yang selalu menjaharkan basmalah, ialah Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Mu’awiyah. Menurut Ibnu Abdul Baar juga Umar dan Ali. Menurut al Khatib juga keempat-empat khulafaur Rasyidin (ini gharib). Dan di antara tabi’in yang menjaharkan basmalah ialah Said bin Jabir, ikrimah, Abu Qilabah, az Zuhri, Ali bin Hasan, dan anaknya yang bernama Muhammad, said bin Musayyab, ‘Athaa, Thaawuis, Mujahid, salim, Muhammad Bin Ka’ab al quradhi, Ubaid, Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amir bin Hazm, Abu Waail, Ibnu Siirin, Muhammad Ibnu Munkadir, Ali bin Abdullah bin Abbas dan anaknya bernama Muhammad, Nafi’ (maula Ibnu Umar), Zaid bin Aslam, Umar bin Abdul Aziz, al azraq bin Qais, Habib bin Abi Tsabit, Abusy Sya’tsaa, Mkhul, Abdullah ibnul Mughaffal bin Maqran. Dan ditambah oleh Baihaqi dengan Abdullah bin Shafwan, Muhammad Ibnul Hanifah dan ditambah lagi oleh Ibnu Abdul Baar dengan Umar bin Dinaar. 7
Kebalikan pendirian yang tersebut di atas ini, banyak pula di antara para sahabat, tabi’in, dan ulama-ulama salaf dan khalaf yang tidak menjaharkan pembacaan basmalah atau tidak membaca basmalah sama sekali. Dari beberapa hadis dan keterangan disebutkan bahwa keempat-empat khulafaurrasyidin, Abdullah Ibnu Mughaffal, beberapa golongan ulama-ulama salaf golongan tabi’in, begitu pula ulama khalafnya bahkan pendirian dalam
mazhab Abu Hanifah, Mazhab As Tsauri dan Mazhab Ahmad bin Hanbal; bahwa semua mereka tidak menjaharkan tetapi tidak membaca basmalah sama sekali dalam shalat. Dan pendirian ini yang dianut oleh para imam Masjidil Haram di Mekkah dan di Masjid Nabawi di Madinah masa sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik, berkata ia: Aku shalat di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Usman. Mereka semuanya memulai al fatihah dengan Alhamdulillah rabbil ‘alamin. Sedangkan hadis Muslim tentang ia menyatakan: mereka tidak menyebut bismilalahirrahmanir rahim pada permulaan bacaan (al Fatihah) dan tidak pula di akhirnya. Dan bersamaan dengan maksud hadis Bukhari dan Muslim yang diatas ini, diriwayatkan pula oleh ahli-ahli hadis lainnya, sehingga hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW. Tidak membaca basmalah dalam shalat menjadi hadis yang masyhur dan mutawatir. 8
Dari berbagai perbedaan tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa ada yang membaca basmalah nyaring dan ada pula yang di sirkan (tanpa suara) bahkan ada yang tidak membaca sama sekali, sesuai dengan keyakinannya masing. Akan tetapi, sesungguhnya dari berbagai hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW. Kadang membaca basmalah dengan nyaring, tapi ada pula beliau baca sir. Jadi semua itu pendapat itu ada dasarnya. Wallahu a’lam bish shawab.

E. KESIMPULAN
Dari uraian makalah yang singkat ini dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. “Basmalah” artinya mengucapkan atau menulis kalimat بِسْمِ الله ِالرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ , terjemahnya, “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.
2. Manfaat dan faedah basmalah itu itu banyak sekali. Paling tidak setiap pekerjaan dan perbuatan yang penting wajib dimulai dengan basmalah. Jika tidak pekerjaan, perbuatan itu akan menuai ketidakperolehan keberkahan, dalam arti sesungguhnya pekerjaan itu tidak berhasil secara sempurna dan maksimal di mata Allah SWT.
3. Ada berapa perbedaan tentang posisi basmalah itu dalam al Qur’an, ada yang mengatakan bagian dari surah dan pula yang tidak menyatakan bagi ayat dari surah, akan tetapi sebagai tanda batas saja. Sehingga berakibat, ada yang menjaharkan dalam shalat, tapi ada pula yang tidak membaca nyaring (sir) bahkan ada yang tidak membacanya sama sekali.
4. Ulama sepakat bahwa basmalah dalam surah al Naml ayat 30 adalah salah satu ayat dalam al Qur’an.

BAHAN REFENSI:

Departemen Agama, Terjemah Al Qur’an, Proyek pengadaan kitab suci Al Qur’an Depertemen Agama RI, Jakarta, 1994.
Bey Arifin, Samudera al Fatihah, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1994.
KH. Husin Naparin, Lc, MA, Nalar Al Qur’an Refleksi Nilai-nilai Teologis dan Antropologis, el Kahfi, Jakarta, 2004.
Dr. M. Hatta, MA, Tafsir Qur’an Perkata, Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2009.
Al Maktamah Al Syaamilah, edisi 1500 kitab


Rabu, 16 Februari 2011

The Power of Baayun Maulid


Bulan maulid atau Rabiul awwal adalah bulan yang sangat mempunyai ciri kekhasan tertentu. Dimana pada bulan ini umat Islam memperingati dan memeriahkan kelahiran seorang Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW.  Berbagai tradisi ketika masyarakat  melaksanakan kegiatan itu, ada yang melaksanakan secara individual ada juga secara kelompok masyarakat  baik di rumah, langgar, surau, masjid, kantor, maupun di tempat lembaga pendidikan. 
Disamping itu, keragaman yang dibaca ketika peringatan maulid itu  pun juga beragam. ada yang membaca syair-syair pujian (madah) terhadap baginda Rasul SAW, baik al Habsyi, ad diba'i, al 'azab, syaraful anam, al banzanji, dan lain sebagainya.
Di Kalimantan Selatan wa bil khusus di sebuah desa kecil, yaitu Desa Banua Halat Kab. Tapin Kalsel yaitu sebuah traidisi unik yang sudah mentradisi sejak ratusan tahun yang lalu yakni tradisi Baayun anak. 
Tradisi ini menurut sejarah banjar Drs. H. A. Gazali Usman merupakan tradisi asli urang Banjar sejak ribuan tahun yang lalu ketika anak lahir bertepatan pada bulan maulid dengan maksud mengambil borakah terhadap Nabi Muhammad SAW., yang digelar ketika asyraqal (berdiri) dibacakan. Akan tetapi sejak puluhan belakangan ini tradisi ini berubah secara fenologis dimana yang baayun bukan saja anak-anak (bayi) akan tetapi orang dewasa (tua) dengan berbagai macam tujuan dan kebutuhan, seperti menunaikan nadzar, bernadzar, ungkapan rasa syukur atas segala masalah, sembuh dari penyakit dan ada juga sekadar penggembira saja.

Sejak sepuluh tahun belakangan ini juga jumlah ayunan terus bertambah dan mungkin tetap bertambah jumlahnya. pada tahun 2008 jumlah ayunan 2700 lebih sampai tahun 2010 terus bertambah 2780 dan pada tahun 2011 ini sungguh pantastis yakni berjumlah 3741 buah dari 1740 buah ayunan anak-anak dan 2027 buah ayunan orang dewasa.  sepengahuan penulis yang asli urang banua Halat, bertambahnya ayunan ini merupakan penomena masyarakat yang haus akan Borakah dalam kehidupannya. Disamping, mengambil tabaruk terhadap kelahiran Nabi Muhammad SAW. yang lahir di bulan ini.

Ada beberapa hal yang dapat diambil kesimpulan dari prosesi baayun maulid  ini, antara lain:
1. Mengambil uswatun hasanah (contoh) terhadap orang yang paling mulia dan dimuliakan Allah SWT. yakni Nabi Muhamad SAW.
2. Pelaksanaan baayun maulid  itu digelar di Masjid, ini memberikan gambaran bahwa diharapkan anak/bayi yang diayun itu cinta terhadap masjid sebagai tempat shalat umat Islam. dan suka melaksanakan shalat.
3. diharapkan kepada anak kita ketika dewasa nanti cinta terhadap sesama, suka menolong sebagai gambaran dari pelaksanaan baayun anak ini sambil memberikan pinduduk (hadiah sebagai persyarat bagi orang yang baayun).
Menurut hemat penulis tradisi ini harus tetap dikawal terus secara teologi dan harus dijauhkan dari penyimpangan-penyimpangan akidah. Wallahu a'lam bish shawab.

Rabu, 09 Februari 2011

Belajar dari Semut

Pernah memperhatikan semut? Banyak kebajikan yang dapat kita pelajari dari mereka dan bagaimana mereka hidup; mulai dari mencari makanan, mempersiapkan bekal untuk musim dingin yang panjang, hidup rukun dalam komunitas, bekerja keras dan bersahabat.

Sejak saya kecil, saya gemar memperhatikan semut-semut, mengikuti mereka ke tempat mereka berkumpul, kadang terdorong membantu bawaan yang terlihat terlampau berat bagi mereka dengan memindahkan beban mereka dengan tusuk gigi; hal yang semula saya pikir membantu sebenarnya justru hanya menyusahkan mereka. Karena meski terlihat kesusahan menanggung beban besar menggotongnya beramai-ramai, tanpa kita ketahui, mereka sebenarnya memiliki strategi yang jitu dan kompak untuk mencapai tujuan. Strategi itu bernama: kerjasama.

Ya. Mereka menjadikan kerjasama sebagai strategi bukan sekedar perilaku kelompok. Indah sekali bukan. Anda masih belum yakin? Baiklah. Saya akan mengajak Anda, untuk mengambil waktu sedikit, menyimak gerombolan semut di rumah Anda dan perhatikan gerak-gerik mereka. Mari kita Belajar Bekerja Bijak seperti mereka.

Ketika sekelompok semut memutuskan untuk membawa temuan mereka (target) dan tidak cukup di bawa satu atau dua ekor semut pulang ke sarang, beberapa semut melaporkan (identifikasi) ke yang lainnya dan kembali ke temuan itu, sebelum mereka mengangkatnya, perhatikan seksama, mereka mengitari berulang-ulang, maju dan mundur (measure) mengukur dan menganalisa cukup lama. Bahkan kadang semut yang satu pergi dan kembali dengan lebih banyak semut, tetap masih belum memutuskan mengangkat. Kemudian semut-semut yang berbaris melalui jalur dekat temuan, biasanya membelokkan arah sebentar, ada yang tetap tinggal dekat temuan berkerumun dan ada yang kembali meneruskan jalan (team selection) setelah mereka telah benar-benar yakin, temuan itu -meski hanya segumpal gula- dapat diangkat maka mereka memulai maneuver itu. Oleng kekanan dan ke kiri tetapi mereka mengangkatnya! Setelah melakukan sederetan langkah yang tepat.

Dalam jalur perjalanan mereka, coba simak, ada team yang mengangkut target dan beberapa ekor semut biasanya beriringan satu-per-satu di depannya, dan diikuti dengan beberapa semut berkerumun kecil di belakang (support system) dan selalu, saya ulangi, selalu ada, seekor semut yang kesana kemari selama proses pengangkutan terjadi, yang dengan gesit mengawasi, (project leader) berjalan di depan, disamping di belakang team pengangkut. Kemudian, kelompok ini berhenti, dan semut yang satu itu, yang tergesit dari yang lain akan tetap sibuk ‘bicara’ dari semut yang satu ke yang lain, kesana kemari mengatur maneuver selanjutnya. Beberapa kali, dalam perjalanan, kelompok pengangkut dan pengiring akan berhenti, ada semut yang bergantian mengangkut digantikan dari kelompok pengiringnya, dan demikian seterusnya. Dan semut-semut lain yang berjalan di dekat mereka akan selalu berhenti dekat kelompok ini dan meneruskan perjalanan mereka kembali.

Meski hanya segumpal kecil gula, serangkaian strategi dijalankan dengan manis oleh mereka. Coba tengok, berapa banyak yang telah kita pelajari dari semut teman kita yang bijak? Mengapa kita tidak lebih kompak dan bijak dari mereka? Disini letak perbedaannya.

Mine, Yours & Ours

Semut tidak punya pemahaman gula ini punya ku, atau gula ini hanya untukmu. Dalam kategori pencapaian dan keberhasilan project seharusnya hanya ada, perspektif berpikir “ini milik kita; bukan kami, aku dan engkau”. Sementara manusia lebih menyukai cara memandang project sebagai “jika melakukan sesuatu harus mendatangkan keuntungan dulu bagiku, atau aku tidak akan melakukannya untukmu” dan kerja yang di berikan akhirnya berdasarkan hitung-hitungan di depan berapa besar gaji, bonus dan fasilitas kantor yang disediakan untukku?

Apakah kita bekerja tidak boleh mendapatkan keuntungan? Tentu saja boleh, harus malah. Semut juga pasti mencari keuntungan. Orang bekerja harus mendapatkan hasil yang sepadan dan adil yang didapat melalui proses yang benar.

Perbaiki Mental Attitude

Kebanyakan orang lebih sibuk berpikir tentang keuntungan sebelum kerja dimulai. Padahal, adalah lebih baik mengerahkan seluruh kemampuan untuk hasil maksimal lebih dulu, baru memperoleh keuntungan kemudian. Jangan dibalik. Tidak mungkin Anda dapat fokus dalam bekerja jika setiap saat Anda sibuk berhitung untung-rugi bekerja di perusahaan ini? Berhenti berpikir ini BUKAN perusahaan saya, dan mulailah mengambil sikap ownership dalam posisi apapun anda di perusahaan dengan menyatakan, masa depan perusahaan ini, saya yang bertanggungjawab menjaganya. Begini seharusnya Pemimpin Spiritual berpikir. Belajar menghargai keadaan Anda, dan menyertakan keberadaan Anda menjadi bagian penting di perusahaan, meski Anda hanya petugas fokokopi sekalipun!


Perbaiki Strategi

Kerjasama tidak dapat dipaksakan. Ini hanya dapat diajarkan melalui kebiasaan.
Coba lihat kata-kata kunci yang kita temukan dari strategi semut. Saat Anda menemukan peluang, dan memutuskan untuk mengambil peluang sebagai target, identifikasikan semua resources yang Anda dapat temukan, buatlah pengukuran yang tepat uji ulang sampai Anda yakin bahwa target achievable bagi team Anda, lalu temukan dan seleksi team yang tepat yakni mereka yang kompeten dan dalam satu visi dengan Anda untuk mencapai tujuan. Jangan berhenti disini, ciptakan support system, ini adalah payung pengaman Anda; siapkan second-layer team inti dengan kompetensi yang sama jangan tergoda untuk mengambil banyak orang yang tidak memiliki ritmik dan komponen kompetensi kerja yang sama satu dengan yang lain, ini akan hanya menambah beban. Kerjasama berarti juga membangun orang-orang yang tepat untuk pekerjaan tepat dan menempatkan mereka dalam tanggungjawab bersama. Perhatikan pemimpin yang sibuk, mengarahkan dan memastikan tujuan dapat dicapai oleh keseluruhan team. Pemimpin ini tidak menunggu teamnya bekerja harmonis dengan sendirinya, ia-lah orang yang paling bertanggungjawab menginisitifkan motivasi, menumbuhkan semangat dan menunjukan strategi kerjasama yang mendukung pencapaian.

Jadikan kerjasama sebagai strategi Anda, belajarlah untuk bekerja bijak seperti semut.
Mari bersama, Menemukan Gula.
Di Kutip dari Alvalima.blogspot.
Wassalam