الحمد لله الذي فضل شهر رمضان على سائر الشهور، وجعله موسما للمنافسة في الخيرات، والتجارة التي لن تبور. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الرحيم الرحمن، الذي خصَّ شهر رمضان بإنزال القرآن، هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان.
وصلى الله وسلم على عبد الله ورسوله، نبينا محمد الذي لا خير إلا دلّ الأمة عليه وسبقها إليه، ولا شر إلا حذرها منه وكان أبعدها عنه. ورضي الله على آل بيته الطيبين الطاهرين، وصحابته الأئمة المهديين، والتابعين لهم لإحسان إلى يوم الدين.
أما بعد :
Firman Allah SWT. Dalam Surah AL Baqarah ayat 183 :
ياايهاالدين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب علي الدين من قبلكم لعلكم تتقون
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS.2 : 183)
Tidak terasa bulan Ramadhan telah berada didepan mata kita, terasa bahagia terdetik dalam sanubari menyambut dan menjalaninya. Seakan terdengar di telinga kita sabda Rasulullah SAW yang memberikan kabar gembira bagi orang yang hatinya gembira dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan :
من فرح بدخول رمضان حرمه الله جسده علي النيران
Artinya : ”Barangsiapa gembira dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, maka Allah akan haramkan diri dari jilatan api neraka”.
Hadirin yang berbahagia !
Ramadhan identik dengan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa tersebut. Oleh karena itu dikenal dengan istilah ”Imsak”. Dalam istilah syar’i menahan diri itu disebut dengan istilah ”sabar”. Puasa dan kesabaran merupakan dua hal yang mesti ada dalam kegiatan bulan ramadhan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda :
الصبر نصف الإيمان والصوم نصف الصبر
Artinya : ”Kesabaran itu separo dari iman dan puasa itu separo dari kesabaran”.
Hadirin yang terhormat !
Ketika orang berpuasa, maka segala sesuatu yang membatalkan harus dihindari, seperti makan, minum dan hubungan suami istri. Maka saat itu kesabaran harus ditanamkan dalam diri kita yang sedang berpuasa. Dan sangat tepat sekali dikatakan bagi orang yang sedang berpuasa keimanan menjadi pondasi penting dalam pelaksanaannya. Ini merupakan inti dari ibadah puasa itu, dan panggilan kewajiban berpuasa hanya bagi orang yang beriman. Dalam artinya hanya bagi orang yang mempunyai keimanan dapat melaksanakan ibadah puasa.
Hadirin yang berbahagia !
Kesabaran dalam agama Islam dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu : pertama, sabar dalam beribadah. Kedua; sabar dalam menghindari kemaksiatan. Ketiga; sabar dalam mendapatkan musibah dan ujian.
Hadirin yang terhormat !
Disebutkan dalam kitab ”Hikmatut Tasyri’ wafalsafatuhu” tentang hikmah dari pada puasa itu yang maksudnya saja : Bukanlah puasa itu – hanya sekedar melaparkan diri disiang hari-melainkan maksudnya agar tahu bagaimana rasanya orang lapar- bagaimana sedihnya orang yang menderita kemiskinan – yang akhirnya yang timbullah rasa kasian kepada si miskin-ingin menolong kepada si miskin.
Tetapi saudara-saudara- bukan hanya sekadar agar manusia mengenal kepada si miskin saja- nanum dibalik itu-tersembunyi hikmah yang telah luhur da suci-ialah agar supaya manusia jangan diperbudak oleh kemauan perut-oleh hawa nafsu-yang menjerumuskannya kejurang kehinaan-yang semuanya itu – bersumber pada perut- tegas- jangan sampai manusia hidupnya menjadi ”Abdul Buthun” menjadi ( hamba perut) ”. – yang sangat memuja-muja kepada kehendak perut- sehingga tidak ada lain cita-citanya dalam hidup kecuali ingin makan—sekali lagi – makan.
Makan terus sampai sepenuh-sepenuhnya-sehingga tidak dapat mengerem perutnya sendirinya- suka berlebih-kebihan dalam makan dan minum tanpa mengukur kekuatannya sendiri- sehingga melampaui batas .
Padahal Allah telah berfirman :
كلوا واشربوا ولا تسرفوا ان الله لا يحب المسرفين
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A’raf : 31)
Hadirin yang terhormat !
Dengan ibadah puasa ini Allah mendidik manusia untuk melenyapkan sifat rakus dan tamak jadi yang melekat pada jiwanya- agar supaya menjadi “Hamba Allah” bukan hamba perut atau sejenisnya- shingga hidupnya berguna bagi diri-berguna bagi masyarakat, nusa, bangsa dan agama-bahagia di dunia dan di akhirat.
Sehingga sanggup menguasai dorongan nafsunnya –dapat menekan nafsunya-tetapi dapat memegang teguh kesucian –kalau perlu , puasa dalam segala-galanya.
Hadirin yang terhormat !
Puasa dalam segala-galanya pada waktu-waktu yang tertent itulah yang sering disebut puasa yang paling sempurna. Dalam kitab “Barzanzi” bahwa nabi Muhammad SAW bersabda :
يعصي علي بطنه الحجر من الجوع . وقد اوتي مفاتح الخزاءن الارض
“Sering-sering mengganjal perutnya dengan batu karena lapar-padahal beliau memiliki kunci gedung keduniaan”.
Oleh karena itu, sebenarnya puasa itu, merupakan santapan rohani bagi jiwa yang lemah-merupakan rabuk bnagi rohani yang kurang subur. Untuk membasmi segala kutu-kutu –kuman-kuman – yang meyebabkan jiwanya menjadi sakit-dengan singkat-puasa itu untuk menyehatkan rohani manusia –sehingga membuathkan ‘Taqwallah” berbakti kepada Allah SWT.
Hadirin yang terhormat !
Inilah satu di antara beberapa hikmah yang terkandung dalam ajaran puasa itu – satu ini saja jika kita sadari maka akan kita akan yakin bahwa :
Bilamana puasa itu dilakkukan dengan sebaik-baiknya tentu akan menimbulkan rasa belas kasihan kepada si miskin membiasakan diri berdisiplin dalam seghala hal – tunduk kepada peraturan –tunduk kepada hukum-tanpa ada rasa tertekan.
Akhirnya- jiwa yang menjadi kuat-tabah, tahan uji menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup. Marilah kita hadapi bulan ramadhan tahun ini dengan khusyu’ dengan rasa hormat menghormati demi kesucian agama- dengan khidmat dan ikhlas. Bolehlah kirannya bulan puasa itu kita ibaratkan –laksana suntikan yang manjur bagi jiwa yang sedang sakit –laksana suntikan yang dapat menyembuhkann hati yang sedang risau. Suntikan untuk memperkuat iman. Suntikan untuk membangun semangat berbakti kepada masyarakat-nusa, bangsa dan agama-berjiwa patriot.
Mudah-mudahan puasa kita selama ini diterima Allah swt. ’amalan mutaqabbala’ amal yang makmul indallah. Amin ya raabbal ’alamin.
---------------------------------------------------------
• Disaampaikan pada hari jum;at, 7 Ramadhan 1433 H/26 Juli 2012 M
• Dimasjid ”Syuhadaa” Lampihong kiri – Balangan Kalsel.
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Jumat, 27 Juli 2012
Minggu, 15 Juli 2012
Pemuda yang dicari
Tahun ini peringatan Sumpah Pemuda bertepatan dengan bulan dimana terjadinya sebuah perubahan, yakni bulan reshaful nya Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Sesuai dengan pidato Bapak Presiden bahwa sesungguhnya Kabinet ini dijuluki dengan “kabinet kerja”. Tepat sekali kiranya penamaan itu, karena sebuah bangsa yang besarnya memerlukan orang-orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, tidak terkecuali para menteri dan para pemuda di negeri ini.
Pemuda identik dengan kekuatan atau energy, maksudnya adalah tidak dikatakan pemuda yang sesungguhnya jika hanya bisa berpangku tangan mengulurkan tangan kepada orang lain, apalagi mengandalkan orangtuanya, bermalasan tanpa kerja sedikitpun. Padahal kerja apapun asalkan halal akan memberikan makna yang sangat berarti bagi dirinya, keluarganya bahkan bagi negeri ini.
Pada rubrik yang sama pada tahun yang lalu penulis mengungkapkan bahwa peringatan Sumpah Pemuda ini bukan hanya sekadar ceremonial belaka, artinya harus memberikan makna yang berarti bagi negeri ini. Hari ini Bangsa Indonesia mengharapkan pemuda-pemudi yang kreatif, inovatif dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
“Syubbanul yaum rijalul gadi” (Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan) demikian kata-kata hikmah. Menjadi pemimpin masa depan, pemuda harus mempunyai etos kerja yang tinggi. Tidak ada pemimpin sekarang yang sukses tanpa perjuangan dimasa mudanya, demikian juga mencetak generasi yang berkualitas harus dimulai dari sekarang dan dipunggung pemuda pemudi harapan bangsa ini.
Hari ini di era globalisasi yang serba terbuka, persaingan perdagangan bebas yang semakin ketat baik pendidikan, industri dan lain-lain akan membuat bangsa ini akan terpuruk jika tidak mempunyai etos kerja yang tinggi. Pada kesempatan yang lalu sebuah TV swasta memberitakan petani-petani sayur di daerah Jawa terancam gulung tikar alias bangkrut disebabkan harga sayur lokal bersaing dengan harga sayur impor. Peranan generasi muda mempunyai andil yang sangat kompeten. Industri kreatif merupakan hal yang sangat penting dikembangkan, dan kualitas sesuatu menjadi sebuah tawaran yang menjadi pertimbangan. Banyaknya produk-produk impor akan menjadi akan pilihan konsumen, tentunya memberikan peluang baik bagi produk yang mempunyai kualitas dan mutu yang baik. Kesemuanya itu kualitas maupun mutu sebuah produk akan dihasilkan oleh orang-orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi disamping profesionalisme. Etos kerja tentunya akan diperoleh dan didapat oleh pemuda-pemudi harapan bangsa ini.
Hari ini, sekali lagi tugas berat ditangan generasi muda untuk memajukan bangsa ini yang serba terpuruk dari persebakbolaan yang tidak masuk pra piala dunia sampai persoalan perpolitikan negeri ini. Mari bangkit pemuda pemudi wujudkan cita-cita besar pendahulu kita pada moment “Kongres Pemuda tahun 1928” yang lalu.
Jumat, 03 Februari 2012
Muliakan Diri Melalui Ajaran Islam
Islam adalah agama yang sempurna. Islam yang dibawa oleh Nabi Besar Muhammad saw. senantiasa memberikan kemuliakan dan kehormatan kepada pemeluknya dan kepada umat manusia semuanya.
Nabi Muhammad saw yang telah lahir pada hari senin tanggal 12 Rabiul awwal tahun Gajah ('aamal fiil) merupakan pembawa rahmat bagi sekalian alam.
ketika manusia ingin menjadi mulia tentunya harus berusaha menjadi mulia. Nabi Muhammad saw. memberikan kepada umat Islam ajaran yang teramat mulia, untuk menjadi manusia mulia.
ada empat hal yang memberikan kita menjadi mulia, yaitu: pertama, berikan nama yang baik. kedua, memberikan pelajaran menulis, memanah dan berenang. Ketiga, memberikan kesempatan untuk berkeluarga secepatnya. Keempat, menjadikan diri sebagai seorang yang benar-benar total self (diri yang totalitas) bukan separo-paro.
semoga kita dapat menngambil contoh teladan kepada Nabi Muhammad saw. agar menjadi diri yang mulia, dan memperbanyak shalawat atas beliau. Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad.
Nabi Muhammad saw yang telah lahir pada hari senin tanggal 12 Rabiul awwal tahun Gajah ('aamal fiil) merupakan pembawa rahmat bagi sekalian alam.
ketika manusia ingin menjadi mulia tentunya harus berusaha menjadi mulia. Nabi Muhammad saw. memberikan kepada umat Islam ajaran yang teramat mulia, untuk menjadi manusia mulia.
ada empat hal yang memberikan kita menjadi mulia, yaitu: pertama, berikan nama yang baik. kedua, memberikan pelajaran menulis, memanah dan berenang. Ketiga, memberikan kesempatan untuk berkeluarga secepatnya. Keempat, menjadikan diri sebagai seorang yang benar-benar total self (diri yang totalitas) bukan separo-paro.
semoga kita dapat menngambil contoh teladan kepada Nabi Muhammad saw. agar menjadi diri yang mulia, dan memperbanyak shalawat atas beliau. Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad.
Khutbah Jum'at: Reaktualisasi Fungsi Masjid
Oleh: Rahmadi
“Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS 9:18, At Taubah)
Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah swt.
PENGERTIAN MASJID
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan Masjid Nabawi.
Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama’ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat berjama’ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.
Abdullah Ibn Mas’ud r.a. berkata: “Saya melihat semua kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (HR: Al Jamaah selain Bukhory dan Turmudzy).
Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “Shalat berjama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajad.” (HR: Bukhory dan Muslim).
Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama’ah, yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar. Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama’ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama’ah.
Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan lain sebagainya.
Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.
Utsman Ibn ‘Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (HR: Bukhori & Muslim).
BEBERAPA FUNGSI DAN PERAN MASJID
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:
1. Sebagai tempat beribadah.
Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
2. Sebagai tempat menuntut ilmu.
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah.
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.
4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam.
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.
5. Sebagai pusat kaderisasi umat.
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid beserta kegiatannya.
6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.
AKTUALISASI FUNGSI DAN PERAN MASJID
Secara umum pengelolaan Masjid kita masih memprihatinkan. Apa kiranya solusi yang bisa dicoba untuk ditawarkan dalam meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid di era modern. Hal ini selayaknya perlu kita pikirkan bersama agar Masjid dapat menjadi sentra aktivitas kehidupan umat kembali sebagaimana telah ditauladankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya.
Kita perlu melakukan pemberdayaan Masjid dahulu sebelum mengoptimalkan fungsi dan perannya. Dalam pemberdayaan ini kita bisa menggunakan metode Continuous Consolidation and Improvement for Mosque (CCIM) atau Penguatan dan Perbaikan Berkelanjutan untuk Masjid .
CCIM adalah metode pemberdayaan Masjid dengan menata kembali organisasi Ta’mir Masjid melalui pemanfaatan segenap potensi yang dimiliki diikuti dengan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam metode ini kita dapat memanfaatkan metode-metode yang sudah dikenal dalam dunia management maupun mutu, seperti misalnya: Siklus PDCA, QC Tools, SAMIE, MMT, ISO 9000, Lima-R dan lain sebagainya.
Penguatan atau dalam istilah umum organisasi disebut konsolidasi (concolidation), adalah merupakan upaya menata sumber daya yang ada secara sistimatis dan terarah. Yang perlu dilakukan adalah meliputi:
a. Konsolidasi pemahaman Islam.
b. Konsolidasi lembaga organisasi.
c. Konsolidasi program.
d. Konsolidasi jama’ah.
Perbaikan (improvement) diperlukan untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan kepada jama’ah. Beberapa cara yang cukup efektif dalam upaya perbaikan dapat diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan, agar upaya perbaikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (continuous improvement).
Sambil melakukan konsolidasi dan perbaikan, aktivitas memakmurkan Masjid dan jama’ahnya dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan peran yang telah disebutkan di depan. Aktivitas disusun dengan melakukan perencanaan Program Kerja secara periodik dan diterjemahkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) setiap tahunnya.
Rencana yang telah ditetapkan selanjutnya ditindak lanjuti dengan melakukan koordinasi segenap sumber daya yang dimiliki dan dilaksanakan secara profesional. Aktivitas yang diselenggarakan dilaporkan, dievaluasi, distandardisasi dan dikaji untuk ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya.
Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan management yang baik. Tegasnya, perlu tindakan meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern. Lokakarya idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan Islam".
Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang cenderung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat diselenggarakan di dalamnya.
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS 72:18, Al Jin).
Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 9:18, At Taubah).
Pengertian Masjid sebagi tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan keindahannya. Terorganisir dengan management yang baik serta memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman Pendidikan Al Quraan, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan lain sebagainya.
Mudah-mudahan masjid yang kita bangun dan bersama-sama kita ta'mirkan dengan mengembalikan fungsi dan peran masjid kepada fitrahnya sesungguhnya. Amin.
-------------
disampaikan pada hari Jum'at, 25 Shafar 1433 H/20 Januari 2012 M
di Masjid Jami Nurul Huda Jorong Kab. Tanah Laut Kalsel
“Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS 9:18, At Taubah)
Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah swt.
PENGERTIAN MASJID
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan Masjid Nabawi.
Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama’ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat berjama’ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.
Abdullah Ibn Mas’ud r.a. berkata: “Saya melihat semua kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (HR: Al Jamaah selain Bukhory dan Turmudzy).
Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “Shalat berjama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajad.” (HR: Bukhory dan Muslim).
Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama’ah, yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar. Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama’ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama’ah.
Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan lain sebagainya.
Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.
Utsman Ibn ‘Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (HR: Bukhori & Muslim).
BEBERAPA FUNGSI DAN PERAN MASJID
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:
1. Sebagai tempat beribadah.
Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
2. Sebagai tempat menuntut ilmu.
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah.
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.
4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam.
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.
5. Sebagai pusat kaderisasi umat.
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid beserta kegiatannya.
6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.
AKTUALISASI FUNGSI DAN PERAN MASJID
Secara umum pengelolaan Masjid kita masih memprihatinkan. Apa kiranya solusi yang bisa dicoba untuk ditawarkan dalam meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid di era modern. Hal ini selayaknya perlu kita pikirkan bersama agar Masjid dapat menjadi sentra aktivitas kehidupan umat kembali sebagaimana telah ditauladankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya.
Kita perlu melakukan pemberdayaan Masjid dahulu sebelum mengoptimalkan fungsi dan perannya. Dalam pemberdayaan ini kita bisa menggunakan metode Continuous Consolidation and Improvement for Mosque (CCIM) atau Penguatan dan Perbaikan Berkelanjutan untuk Masjid .
CCIM adalah metode pemberdayaan Masjid dengan menata kembali organisasi Ta’mir Masjid melalui pemanfaatan segenap potensi yang dimiliki diikuti dengan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam metode ini kita dapat memanfaatkan metode-metode yang sudah dikenal dalam dunia management maupun mutu, seperti misalnya: Siklus PDCA, QC Tools, SAMIE, MMT, ISO 9000, Lima-R dan lain sebagainya.
Penguatan atau dalam istilah umum organisasi disebut konsolidasi (concolidation), adalah merupakan upaya menata sumber daya yang ada secara sistimatis dan terarah. Yang perlu dilakukan adalah meliputi:
a. Konsolidasi pemahaman Islam.
b. Konsolidasi lembaga organisasi.
c. Konsolidasi program.
d. Konsolidasi jama’ah.
Perbaikan (improvement) diperlukan untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan kepada jama’ah. Beberapa cara yang cukup efektif dalam upaya perbaikan dapat diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan, agar upaya perbaikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (continuous improvement).
Sambil melakukan konsolidasi dan perbaikan, aktivitas memakmurkan Masjid dan jama’ahnya dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan peran yang telah disebutkan di depan. Aktivitas disusun dengan melakukan perencanaan Program Kerja secara periodik dan diterjemahkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) setiap tahunnya.
Rencana yang telah ditetapkan selanjutnya ditindak lanjuti dengan melakukan koordinasi segenap sumber daya yang dimiliki dan dilaksanakan secara profesional. Aktivitas yang diselenggarakan dilaporkan, dievaluasi, distandardisasi dan dikaji untuk ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya.
Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan management yang baik. Tegasnya, perlu tindakan meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern. Lokakarya idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan Islam".
Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang cenderung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat diselenggarakan di dalamnya.
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS 72:18, Al Jin).
Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 9:18, At Taubah).
Pengertian Masjid sebagi tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan keindahannya. Terorganisir dengan management yang baik serta memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman Pendidikan Al Quraan, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan lain sebagainya.
Mudah-mudahan masjid yang kita bangun dan bersama-sama kita ta'mirkan dengan mengembalikan fungsi dan peran masjid kepada fitrahnya sesungguhnya. Amin.
-------------
disampaikan pada hari Jum'at, 25 Shafar 1433 H/20 Januari 2012 M
di Masjid Jami Nurul Huda Jorong Kab. Tanah Laut Kalsel
Kamis, 12 Januari 2012
Puisi tentang Buku
Buku
Karya: Muhammad Hafizh Fuady
Berbagai pengetahuan di dalam satu kumpulan tulisan,
Yang ditulis dengan penuh hormat dan dengan penuh kemanusiaan,
Yaitu buku.
Ketika aku membaca dan saling menghormati buku,
Diriku mengeluarkan banyak air mata karena terharu.
Buku,kau yang telah berjasa bagi Negara yaitu,
buku yang memberi pengetahuan kepada bangsa,
Termasuk menyerdaskan hasrat pemuda Indonesia dan masalalu Indonesia.
Cerdas, pintar, berprestasi, tidak akan ada tanpa belajar dan membaca buku,
Berprestasilah untuk bangsa dan buktikanlah Negara kita yang bisa,
Bisa, Bisa, Bisa ….
Jorong, 28 Oktober 2011
Karya: Muhammad Hafizh Fuady
Berbagai pengetahuan di dalam satu kumpulan tulisan,
Yang ditulis dengan penuh hormat dan dengan penuh kemanusiaan,
Yaitu buku.
Ketika aku membaca dan saling menghormati buku,
Diriku mengeluarkan banyak air mata karena terharu.
Buku,kau yang telah berjasa bagi Negara yaitu,
buku yang memberi pengetahuan kepada bangsa,
Termasuk menyerdaskan hasrat pemuda Indonesia dan masalalu Indonesia.
Cerdas, pintar, berprestasi, tidak akan ada tanpa belajar dan membaca buku,
Berprestasilah untuk bangsa dan buktikanlah Negara kita yang bisa,
Bisa, Bisa, Bisa ….
Jorong, 28 Oktober 2011
Ada Apa Dengan Burung
Pada pagi hari selasa, 27 April 2010 ketika aku membaca Al Qur’an Surah Annur/24 : 41 yang berbunyi :
•
41. Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya[1043], dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.
[1043] Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah.
Ayat ini berbicara tentang Alam semesta ini bertasbih kepada Allah SWT dan termasuk Burungpun ikut bertasbih. Ketika itu isteri saya juga membaca Al Qur’an (syammil Qur’an/Qur’an perkata) dan sengaja Allah menggerakan lidah ini untuk menyuruh isteri saya untuk membuka Surah tersebut dan membacanya. Setelah itu, dia membuka TV dan ternyata dalam TV tepatnya di TPI ada acara “Nikmatnya Sedekah” yang dipandu oleh Ustazh Yusuf Mansur. Dalam acara tersebut pendamping Ustazd Yusuf Mansyur menjelaskan tentang kenapa kita perlu memperhatikan Ciptaan Allah Yaitu Burung.
Burung adalah seekor hewan yang mempunyai banyak keistemawaan yang diberikan kepadanya dan ini merupakan pelajaran bagi manusia. Sebagai contoh seekor burung setiap pagi pekat dia keluar dari sarangnya untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Dan masih banyak lagi, aktifitas burung yang dapat menjadi I’tibar bagi manusia. Subhanallah !
•
41. Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya[1043], dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.
[1043] Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah.
Ayat ini berbicara tentang Alam semesta ini bertasbih kepada Allah SWT dan termasuk Burungpun ikut bertasbih. Ketika itu isteri saya juga membaca Al Qur’an (syammil Qur’an/Qur’an perkata) dan sengaja Allah menggerakan lidah ini untuk menyuruh isteri saya untuk membuka Surah tersebut dan membacanya. Setelah itu, dia membuka TV dan ternyata dalam TV tepatnya di TPI ada acara “Nikmatnya Sedekah” yang dipandu oleh Ustazh Yusuf Mansur. Dalam acara tersebut pendamping Ustazd Yusuf Mansyur menjelaskan tentang kenapa kita perlu memperhatikan Ciptaan Allah Yaitu Burung.
Burung adalah seekor hewan yang mempunyai banyak keistemawaan yang diberikan kepadanya dan ini merupakan pelajaran bagi manusia. Sebagai contoh seekor burung setiap pagi pekat dia keluar dari sarangnya untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Dan masih banyak lagi, aktifitas burung yang dapat menjadi I’tibar bagi manusia. Subhanallah !
Makna Gerhana Bulan
Tepat jam 20:02 hp penulis berbunyi bernada SMS, waktu itu penulis mau melaksanakan shalat Isya, ternyata setelah dibuka SMS dari Bapak H. Rafiul Amal, M. Pd. Beliau adalah adalah Kepala SMPN 4 Paringin, oh ternyata bunyi SMS itu singkat dan bermakna : “Allahuakbar gerhana bulan”. Sms itu saya baca dan isteri saya terkejut juga dan cepat-cepat kami keluar rumah untuk melihat kebesaran Allah itu ….Gerhana bulan ternyata benar. Bulan pada saat itu terlihat hanya separo padahal malam itu, adalah malam ke 15 bulan rajab 1431 H. yang kebiasaan pada ke 15 tersebut bulan purnama yang muncul.
Setelah itu, penulis cepat buka Al Qur’an Surah 20/Thaha, ayat 2 :
“Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS.20:2)
Subhanallah, rupanya Allah memperlihatkan kebesaran dan keagungan-Nya melalui tanda-tanda yang ada dialam semesta ini, gerhana bulan. Ayat tersebut jelas sekali menerangkan bahwasanya Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada kita umat Islam merupakan sebuah Hudan (petunjuk), pedoman untuk manusia bukan sebagai sebuah hal yang dapat menyusahkan manusia, bahkan Al Qur’an merupakan sebuah Solusi dan menjadikan semua urusan di mudahkan Allah SWT. oleh karena itu, sebagai umat Islam kita disunahkan untuk shalat sunat dua rakaat ketika melihat gerhana bulan atau gerhana matahari sebagai tanda taajub dan melihat kebesaran Allah swt. Wallahu a’lam bishshawab .
Lampihong, 26 Juni 2010 M/15 Rajab 1431 H
Setelah itu, penulis cepat buka Al Qur’an Surah 20/Thaha, ayat 2 :
“Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS.20:2)
Subhanallah, rupanya Allah memperlihatkan kebesaran dan keagungan-Nya melalui tanda-tanda yang ada dialam semesta ini, gerhana bulan. Ayat tersebut jelas sekali menerangkan bahwasanya Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada kita umat Islam merupakan sebuah Hudan (petunjuk), pedoman untuk manusia bukan sebagai sebuah hal yang dapat menyusahkan manusia, bahkan Al Qur’an merupakan sebuah Solusi dan menjadikan semua urusan di mudahkan Allah SWT. oleh karena itu, sebagai umat Islam kita disunahkan untuk shalat sunat dua rakaat ketika melihat gerhana bulan atau gerhana matahari sebagai tanda taajub dan melihat kebesaran Allah swt. Wallahu a’lam bishshawab .
Lampihong, 26 Juni 2010 M/15 Rajab 1431 H
PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan
Problema seks merupakan dasar setiap problema kelakuan lainnya, karenanya naluri seks adalah sumber tenaga manusia. Dengan demikian, berketurunan dan pembiakan adalah fakta alamiah yang sangat penting, sehingga setiap fakta lainnya dalam kehidupan bekerja untuk mengabdi kepada fakta pokok ini.
Freud dan pengikut-pengikutnya mengarahkan penelitiannya kepada pandangan bahwa dorongan seks itu telah ada sejak manusia dilahirkan , hanya bentuknya yang berbeda, baik pada masa bayi, kanak-kanak, remaja, dan remaja. Seks sering diterjemahkan/diartikan sebagai rasa nikmat/lezat atau rasa syuur.
Kenikmatan itu menurut Freud berawal dari kenikmatan seks pribadi pada bayi (autoerotism) kemudian menjadi kenikmatan seksual yang dikenal pada orang dewasa. Kenikmatan dapat dilihat pada waktu menikmati susu ibunya dengan tangan membelai/mengelus-elus ibunya, sebaliknya ibunya merasakan kasih saying pada anaknya, dan dibelainya, serta diciumnya anak bayinya. Sesungguhnya hal semacam itu identik dengan dorongan seksual dewasa.
Pengalaman-pengalaman pribadi seorang anak itu merupakan sebuah realita yang harus disikapi oleh setiap orang, tidak terkecuali bagi para orangtua, para pemerhati pendidikan dan lainnya. Dan pendidikan seks pun tidak menjadi sebuah kata yang tabu diungkapkan dan terpenting diketahui sejak dini oleh seorang anak, sehingga hal-hal yang tidak baik dapat dihindarkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka makalah ini akan mengkaji lebih dalam lagi bagaimana pandangan sosiologi pendidikan Islam terhadap pendidikan seks itu.
B. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan berasal dari kata “didik”. Bila kata ini mendapat awalan “me” akan menjadi “Mendidik”, artinya memelihara dan member pelatihan. Dalam memelihara dan member pelatihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan lebih dari sekadar pengajaran, karena pengajaran hanyalah aktivitas proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan karakter dengan segala aspek yang dicakupnya. Melalui pendidikan diharapkan manusia benar-benar menemukan “jati dirinya” sebagai manusia.
Secara umum pendidikan dimaknai sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya”.
Adapun pengertian pendidikan seks merupakan usaha sadar untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang betul-betul matang (well adjusted) dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggungjawab, sehingga membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungan/masyarakatnya.
Pada International Conference of Sex Education and Family Planning tahun 1962 dicapai kesepakatan , bahwa “tujuan dari pendidikan seks untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, secara bertanggungjawab terhadap dirinya dan terhadap orang-orang lain” (sinonim dengan perkawinan monogami yang bahagia dan sejahtera). Dalam suasana demikian dapat membina keluarga yang utuh serta penuh kasih yang saling harga-menghargai sehingga dapat mendapat anak-anak yang sehat dan bahagia pula.
Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex-instruction dan education in sexuality.
Sex-instruction ialah penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta untuk dapat mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Maka pada dasarnya pendidikan seks meliputi bidang-bidang:
1. Biologi dan fisiologi, yaitu mengenai fungsi reproduksi.
2. Etika, yaitu yang menyangkut kebahagiaan orang itu sendiri.
3. Moral, mengenai hubungan dengan orang-orang lain, seperti partnernya dan dengan anak-anaknya.
4. Sosiologi, mengenai pembentukan keluarga.
Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuita (perkawinan semuanya, seperti ayam) serta hubungan-hubungan seks yang tidak bertanggungjawab.
Dari eksperimen yang dilakukan di Rusia dan Swedia, ternyata tidaklah mudah untuk mengajarkan di sekolah-sekolah, terutama tentang tanggungjawab dari kegiatan seksual (sexual activity) terhadap masyarakat, bila tanpa adanya latar belakang keluarga yang bahagia. Bukti-bukti menunjukan, bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga bahagia, dikemudiaan hari dapat membentuk perkawinan dan keluarga yang bahagia pula.
C. Mengapa Perlu Pendidikan Seks?
Menurut hasil survey Mc. Curry di sekolah menengah di USA beberapa waktu lalu menunjukan, kebanyakan siswa-siswa melontarkan kritik terhadap para orang tua karena tidak pernah memberikan informasi tentang seks kepada anak-anaknya. Dua pertiga dari mereka sama sekali tidak mendapat informasi apa-apa, sedang sisanya hanya mendapatkan penerangan sekadarnya.
Pada survey yang lain ternyata 70% anak wanita mendapat informasi seks terutama dari ibunya, bahwa seks itu kotor, sebab orang tua sendiri juga meliputi perasaan malu dan bersalah mengenai seks, sehingga tak punya pegangan dalam hal seksualitas dan gejala seksual. Apalagi para orang tua sering menganggap bahwa pembicaraan/informasi seks termasuk tabu/pemali. Sedangkan dua pertiga anak laki-laki ternyata telah mengetahui tentang hubungan seks sebelum orang tua mereka menginformasikannya.
Persoalannya sekarang, bagaimana mendidik para kawula muda ke arah sikap seksual (sexual attitudes) yang sehat, bila masyarakat dewasa pun belum sepaham dalam hal ini. Biasanya pendapat-pendapat mengenai pendidikan seks berbeda-beda, mulai dari mereka yang menganjurkan untuk sama sekali tidak mencari pengalaman-pengalaman seks, sampai kepada mereka yang menganjurkan kebebasan seks yang seluas-luasnya. Diantara mereka ada yang menentang pendidikan seks, ada juga golongan yang mengajarkan seks, ada juga yang menghendaki kebebasan seks yang seluas-luasnya, ada yang berpendapat bahwa pendidikan seks juga perlu bagi para orang tua, khususnya ibu-ibu yang telah “menopause” (mati haid/tidak haid lagi).
D. Kronologi Pelaksanaan Pendidikan Seks
Telah disepakati bahwa pendidikan yang berlangsung/terjadi sepanjang hayat/hidup atau life long education, atau sejak lahir sampai mati. Demikian juga pendidikan seks juga dapat dilaksanakan sepanjang hayat tetapi cukup dari lahir sampai mati.
Awal pendidikan seks dimulai sejak bayi dilahirkan, dimulai dengan sifat ingin tahu menuntun perkembangan pikirannya. Dorongan rasa ingin tahu merupakan kerinduan untuk mengetahui dan menyelidiki yang diketahuinya yang berarti merangsang kecerdasan otak, sebagai sarana berkembangnya kesanggupan untuk belajar selanjutnya.
Yang menarik perhatian dari seorang bayi yang baru dilahirkan adalah segala kebutuhan fisiknya masih harus disediakan orang tuanya (sebelum pikirannya mulai berkembang), sehingga tubuh bayi menjadi sehat, jasmani dan pikirannya. Bayi mulai tertarik pada soal makanan dan kesenangan-kesenangan fisik, kemudian barulah pikirannya mulai berkembang. Mula-mula bayi merasakan perasaan segar/sehat, kasih sayang, kehangatan, melihat pemandangan-pemandangan indah dan menarik, mendengar/menikmati bunyi-bunyian dan sebagainya.
Sekitar umur tiga sampai tujuh tahun, kecerdasan otak anak berkembang sampai taraf dimana ia mulai mengadakan pertanyaan, misalnya bagaimana ia dilahirkan ke dunia sebagai pertanyaan kekanak-kanakan. Pertanyaan semacam ini harus dijawab dengan penuh kebijaksanaa, penuh kasih sayang tanpa unsur yang menakut-nakuti, sehingga keluarga sebagai tempat pendidikan informal terlaksana dengan baik dan lancar, misalnya Berbagai pertanyaan yang dikemukakan anak tentang proses kelahiran, dan sebagainya.
Dalam bukunya Handbook on Sex Instruction Ottensen-Jensen membuat rencana pendidikan seks menurut golongan umur, yaitu:
Umur 7-10 tahun: dimulai dengan memberikan fakta-fakta tentang reproduksi pada umumnya, yaitu fertilisasi, perkawinan, serta persalinan pada binatang-binatang (ayam, kambing, ikan dan sebagainya).
Umur 10-13 tahun: diberikan embriologi alat kelamin dalam anatomi, dan sebagainya tanda-tanda kelamin sekunder, menstruasi/haid, pertumbuhan fetus/janin, dan persalinan. Harus disertai pemberian nasehat, agar jangan sampai/mudah diajak ikut dengan orang yang belum dikenal karena kemungkinan terjadinya penculikan atau pemerkosaan.
Umur 13-16 tahun: diberikan diskusi sexual intercourse (persetubuhan), premarital intercourse (persetubuhan sebelum nikah), illegitimasi (perkawinan tidak sah), dan VD (verereal Disease). Pada taraf ini diterangkan aspek social dari hubungan seks, yaitu tanggung jawab terhadap pasangan/partnernya, terhadap anak yang mungkin dilahirkan, dan terhadap lingkungannya.
Harus diterangkan/ditekankan pula tentang hubungan seks sebagai suatu tindakan yang harus berdasarkan perasaan saling cinta-mencintai dan harga menghargai. Banyak bukti menunjukan, keluarga bahagia adalah tempat yang terbaik untuk mendidik anak.
Umur 16 tahun ke atas, termasuk mereka yang telah menikah, tanpa bekal pendidikan seks sebelumnya, menurut pendapat penulis perlu mendapat perhatian, karena meskipun terlambat lebih baik daripada tidak pernah mendapatkan sama sekali, sehingga pasangan-pasangan tersebut masih dapat melakukan intensifikasi serta meningkatkan gairah dan membahagiakan pernikahannya. Termasuk mereka yang menopause, perkawinan/pernikahan mereka harus tetap indah, ditambah pendidikan seks yang semakin memantapkan kehidupan mereka berumah tangga yang akan menjadi teladan bagi keluarga, cucu-cucu, dan seluruh keturunannya.
Jadi pendidikan seks yang paling efektif diperoleh dari orang tua atau pengganti orang tua dalam rumah tangga yang bahagia. Disekolah-sekolah dapat ditekankan tentang ajaran kejujuran, tanggungjawab, self controle, dan anticipation.
Adapun hal-hal yang perlu dibicarakan dalam pendidikan seks, antara lain tentang impotensi (ketidakmampuan seksual pada pria), frigiditas pada wanita (gangguan dan ketidakmampuan seksual pada wanita), menstruasi/haid atau “datang bulan”, seks dan moral agama.
E. Pendidikan Seks dalam perspektif sosiologi Pendidikan Islam
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kebahagian individu dan keluarga serta masyarakat. Memasuki jenjang rumah tangga, selain didukung kematangan seksual (well adjusted) perlu didukung pula oleh moral agama, sehingga dapat melaksanakan seksualitasnya secara bertanggung jawab bagi dirinya masing-masing serta lingkungan sosialnya sesuai dengan agama. Karena dalam agama telah diatur peranan seks dalam perkawinan dalam kehidupan sehari-hari.
Agama dapat menjamin kebahagiaan dalam kehidupan suami-isteri, hanay kata-kata ini bukan dari para ulama/rohaniawan, melainkan merupakan pernyataan yang didukung oleh fakta-fakta, keruntuhan moral di bidang seks, baik bagi anak-anak muda maupun bagi pasangan-pasanagan suami-isteri adalah karena kebanyakan mengenyampingkan tuntunan agama, hingga tidak memiliki keyakinan iman sebagai pegangan hidup. Tanpa dasar iman, orang mudah diperbudak oleh nafsunya oleh nafsunya. Perhatikanlah firman Allah dalam Surah at Tahrim ayat 6:
••
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. 66: 6).
“dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan” (QS. 78: 8)
Maksud ayat diatas, untuk menertibkan dan penyaluran nafsu seksual, manusia hidup berjodoh-jodoh sebagai suami isteri secara baik-baik sebagaimana diatur dalam hidup perkawinan.
Kalau ditinjau dari aspek sosiologi pendidikan seks mempunyai struktur sosial yang jelas yaitu hubungan interaksi antara anak didik, guru dan lingkungan. Yang kedua, unsure-unsur sosial yang pokok yaitu norma/kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok sosial dan lapisan social itu. yang ketiga, proses social yakni pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan seperti pengaruh pendidikan seks itu bagi jiwa dan kepribadian anak. Keempat, perubahan sosial, yaitu segala perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, seperti nilai, sikap dan sebagainya.
F. Simpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan seks adalah merupakan usaha sadar untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang betul-betul matang (well adjusted) dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggungjawab, sehingga membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungan/masyarakatnya
2. Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex-instruction dan education in sexuality. Sex-instruction ialah penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta untuk dapat mengadakan hubungan interpersonal yang baik.
3. Pendidikan seks sewajarnya dimulai dari awal tahun kelahiran anak sampai menjelang dewasa, sehingga terjadinya proses pendewasaan bagi anak.
4. Agama Islam (menurut pandangan Islam) pendidikan seks sesungguhnya merupakan sebuah keharusan yang diberikan kepada anak, yang diharapkan akan memberikan makna positif bagi anak, sehingga dalam menghadapi kehidupan berkeluarga akan menjadi lebih baik dan bahagia.
Sumber kutipan:
1. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
2. H. Hamka Abdul Aziz, Pendidikan karakter berpusat pada hati, Al Mawardi, Jakarta, 2010.
3. Al Qur’an digital versi 2,0
Problema seks merupakan dasar setiap problema kelakuan lainnya, karenanya naluri seks adalah sumber tenaga manusia. Dengan demikian, berketurunan dan pembiakan adalah fakta alamiah yang sangat penting, sehingga setiap fakta lainnya dalam kehidupan bekerja untuk mengabdi kepada fakta pokok ini.
Freud dan pengikut-pengikutnya mengarahkan penelitiannya kepada pandangan bahwa dorongan seks itu telah ada sejak manusia dilahirkan , hanya bentuknya yang berbeda, baik pada masa bayi, kanak-kanak, remaja, dan remaja. Seks sering diterjemahkan/diartikan sebagai rasa nikmat/lezat atau rasa syuur.
Kenikmatan itu menurut Freud berawal dari kenikmatan seks pribadi pada bayi (autoerotism) kemudian menjadi kenikmatan seksual yang dikenal pada orang dewasa. Kenikmatan dapat dilihat pada waktu menikmati susu ibunya dengan tangan membelai/mengelus-elus ibunya, sebaliknya ibunya merasakan kasih saying pada anaknya, dan dibelainya, serta diciumnya anak bayinya. Sesungguhnya hal semacam itu identik dengan dorongan seksual dewasa.
Pengalaman-pengalaman pribadi seorang anak itu merupakan sebuah realita yang harus disikapi oleh setiap orang, tidak terkecuali bagi para orangtua, para pemerhati pendidikan dan lainnya. Dan pendidikan seks pun tidak menjadi sebuah kata yang tabu diungkapkan dan terpenting diketahui sejak dini oleh seorang anak, sehingga hal-hal yang tidak baik dapat dihindarkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka makalah ini akan mengkaji lebih dalam lagi bagaimana pandangan sosiologi pendidikan Islam terhadap pendidikan seks itu.
B. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan berasal dari kata “didik”. Bila kata ini mendapat awalan “me” akan menjadi “Mendidik”, artinya memelihara dan member pelatihan. Dalam memelihara dan member pelatihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan lebih dari sekadar pengajaran, karena pengajaran hanyalah aktivitas proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan karakter dengan segala aspek yang dicakupnya. Melalui pendidikan diharapkan manusia benar-benar menemukan “jati dirinya” sebagai manusia.
Secara umum pendidikan dimaknai sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya”.
Adapun pengertian pendidikan seks merupakan usaha sadar untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang betul-betul matang (well adjusted) dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggungjawab, sehingga membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungan/masyarakatnya.
Pada International Conference of Sex Education and Family Planning tahun 1962 dicapai kesepakatan , bahwa “tujuan dari pendidikan seks untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, secara bertanggungjawab terhadap dirinya dan terhadap orang-orang lain” (sinonim dengan perkawinan monogami yang bahagia dan sejahtera). Dalam suasana demikian dapat membina keluarga yang utuh serta penuh kasih yang saling harga-menghargai sehingga dapat mendapat anak-anak yang sehat dan bahagia pula.
Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex-instruction dan education in sexuality.
Sex-instruction ialah penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta untuk dapat mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Maka pada dasarnya pendidikan seks meliputi bidang-bidang:
1. Biologi dan fisiologi, yaitu mengenai fungsi reproduksi.
2. Etika, yaitu yang menyangkut kebahagiaan orang itu sendiri.
3. Moral, mengenai hubungan dengan orang-orang lain, seperti partnernya dan dengan anak-anaknya.
4. Sosiologi, mengenai pembentukan keluarga.
Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuita (perkawinan semuanya, seperti ayam) serta hubungan-hubungan seks yang tidak bertanggungjawab.
Dari eksperimen yang dilakukan di Rusia dan Swedia, ternyata tidaklah mudah untuk mengajarkan di sekolah-sekolah, terutama tentang tanggungjawab dari kegiatan seksual (sexual activity) terhadap masyarakat, bila tanpa adanya latar belakang keluarga yang bahagia. Bukti-bukti menunjukan, bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga bahagia, dikemudiaan hari dapat membentuk perkawinan dan keluarga yang bahagia pula.
C. Mengapa Perlu Pendidikan Seks?
Menurut hasil survey Mc. Curry di sekolah menengah di USA beberapa waktu lalu menunjukan, kebanyakan siswa-siswa melontarkan kritik terhadap para orang tua karena tidak pernah memberikan informasi tentang seks kepada anak-anaknya. Dua pertiga dari mereka sama sekali tidak mendapat informasi apa-apa, sedang sisanya hanya mendapatkan penerangan sekadarnya.
Pada survey yang lain ternyata 70% anak wanita mendapat informasi seks terutama dari ibunya, bahwa seks itu kotor, sebab orang tua sendiri juga meliputi perasaan malu dan bersalah mengenai seks, sehingga tak punya pegangan dalam hal seksualitas dan gejala seksual. Apalagi para orang tua sering menganggap bahwa pembicaraan/informasi seks termasuk tabu/pemali. Sedangkan dua pertiga anak laki-laki ternyata telah mengetahui tentang hubungan seks sebelum orang tua mereka menginformasikannya.
Persoalannya sekarang, bagaimana mendidik para kawula muda ke arah sikap seksual (sexual attitudes) yang sehat, bila masyarakat dewasa pun belum sepaham dalam hal ini. Biasanya pendapat-pendapat mengenai pendidikan seks berbeda-beda, mulai dari mereka yang menganjurkan untuk sama sekali tidak mencari pengalaman-pengalaman seks, sampai kepada mereka yang menganjurkan kebebasan seks yang seluas-luasnya. Diantara mereka ada yang menentang pendidikan seks, ada juga golongan yang mengajarkan seks, ada juga yang menghendaki kebebasan seks yang seluas-luasnya, ada yang berpendapat bahwa pendidikan seks juga perlu bagi para orang tua, khususnya ibu-ibu yang telah “menopause” (mati haid/tidak haid lagi).
D. Kronologi Pelaksanaan Pendidikan Seks
Telah disepakati bahwa pendidikan yang berlangsung/terjadi sepanjang hayat/hidup atau life long education, atau sejak lahir sampai mati. Demikian juga pendidikan seks juga dapat dilaksanakan sepanjang hayat tetapi cukup dari lahir sampai mati.
Awal pendidikan seks dimulai sejak bayi dilahirkan, dimulai dengan sifat ingin tahu menuntun perkembangan pikirannya. Dorongan rasa ingin tahu merupakan kerinduan untuk mengetahui dan menyelidiki yang diketahuinya yang berarti merangsang kecerdasan otak, sebagai sarana berkembangnya kesanggupan untuk belajar selanjutnya.
Yang menarik perhatian dari seorang bayi yang baru dilahirkan adalah segala kebutuhan fisiknya masih harus disediakan orang tuanya (sebelum pikirannya mulai berkembang), sehingga tubuh bayi menjadi sehat, jasmani dan pikirannya. Bayi mulai tertarik pada soal makanan dan kesenangan-kesenangan fisik, kemudian barulah pikirannya mulai berkembang. Mula-mula bayi merasakan perasaan segar/sehat, kasih sayang, kehangatan, melihat pemandangan-pemandangan indah dan menarik, mendengar/menikmati bunyi-bunyian dan sebagainya.
Sekitar umur tiga sampai tujuh tahun, kecerdasan otak anak berkembang sampai taraf dimana ia mulai mengadakan pertanyaan, misalnya bagaimana ia dilahirkan ke dunia sebagai pertanyaan kekanak-kanakan. Pertanyaan semacam ini harus dijawab dengan penuh kebijaksanaa, penuh kasih sayang tanpa unsur yang menakut-nakuti, sehingga keluarga sebagai tempat pendidikan informal terlaksana dengan baik dan lancar, misalnya Berbagai pertanyaan yang dikemukakan anak tentang proses kelahiran, dan sebagainya.
Dalam bukunya Handbook on Sex Instruction Ottensen-Jensen membuat rencana pendidikan seks menurut golongan umur, yaitu:
Umur 7-10 tahun: dimulai dengan memberikan fakta-fakta tentang reproduksi pada umumnya, yaitu fertilisasi, perkawinan, serta persalinan pada binatang-binatang (ayam, kambing, ikan dan sebagainya).
Umur 10-13 tahun: diberikan embriologi alat kelamin dalam anatomi, dan sebagainya tanda-tanda kelamin sekunder, menstruasi/haid, pertumbuhan fetus/janin, dan persalinan. Harus disertai pemberian nasehat, agar jangan sampai/mudah diajak ikut dengan orang yang belum dikenal karena kemungkinan terjadinya penculikan atau pemerkosaan.
Umur 13-16 tahun: diberikan diskusi sexual intercourse (persetubuhan), premarital intercourse (persetubuhan sebelum nikah), illegitimasi (perkawinan tidak sah), dan VD (verereal Disease). Pada taraf ini diterangkan aspek social dari hubungan seks, yaitu tanggung jawab terhadap pasangan/partnernya, terhadap anak yang mungkin dilahirkan, dan terhadap lingkungannya.
Harus diterangkan/ditekankan pula tentang hubungan seks sebagai suatu tindakan yang harus berdasarkan perasaan saling cinta-mencintai dan harga menghargai. Banyak bukti menunjukan, keluarga bahagia adalah tempat yang terbaik untuk mendidik anak.
Umur 16 tahun ke atas, termasuk mereka yang telah menikah, tanpa bekal pendidikan seks sebelumnya, menurut pendapat penulis perlu mendapat perhatian, karena meskipun terlambat lebih baik daripada tidak pernah mendapatkan sama sekali, sehingga pasangan-pasangan tersebut masih dapat melakukan intensifikasi serta meningkatkan gairah dan membahagiakan pernikahannya. Termasuk mereka yang menopause, perkawinan/pernikahan mereka harus tetap indah, ditambah pendidikan seks yang semakin memantapkan kehidupan mereka berumah tangga yang akan menjadi teladan bagi keluarga, cucu-cucu, dan seluruh keturunannya.
Jadi pendidikan seks yang paling efektif diperoleh dari orang tua atau pengganti orang tua dalam rumah tangga yang bahagia. Disekolah-sekolah dapat ditekankan tentang ajaran kejujuran, tanggungjawab, self controle, dan anticipation.
Adapun hal-hal yang perlu dibicarakan dalam pendidikan seks, antara lain tentang impotensi (ketidakmampuan seksual pada pria), frigiditas pada wanita (gangguan dan ketidakmampuan seksual pada wanita), menstruasi/haid atau “datang bulan”, seks dan moral agama.
E. Pendidikan Seks dalam perspektif sosiologi Pendidikan Islam
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kebahagian individu dan keluarga serta masyarakat. Memasuki jenjang rumah tangga, selain didukung kematangan seksual (well adjusted) perlu didukung pula oleh moral agama, sehingga dapat melaksanakan seksualitasnya secara bertanggung jawab bagi dirinya masing-masing serta lingkungan sosialnya sesuai dengan agama. Karena dalam agama telah diatur peranan seks dalam perkawinan dalam kehidupan sehari-hari.
Agama dapat menjamin kebahagiaan dalam kehidupan suami-isteri, hanay kata-kata ini bukan dari para ulama/rohaniawan, melainkan merupakan pernyataan yang didukung oleh fakta-fakta, keruntuhan moral di bidang seks, baik bagi anak-anak muda maupun bagi pasangan-pasanagan suami-isteri adalah karena kebanyakan mengenyampingkan tuntunan agama, hingga tidak memiliki keyakinan iman sebagai pegangan hidup. Tanpa dasar iman, orang mudah diperbudak oleh nafsunya oleh nafsunya. Perhatikanlah firman Allah dalam Surah at Tahrim ayat 6:
••
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. 66: 6).
“dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan” (QS. 78: 8)
Maksud ayat diatas, untuk menertibkan dan penyaluran nafsu seksual, manusia hidup berjodoh-jodoh sebagai suami isteri secara baik-baik sebagaimana diatur dalam hidup perkawinan.
Kalau ditinjau dari aspek sosiologi pendidikan seks mempunyai struktur sosial yang jelas yaitu hubungan interaksi antara anak didik, guru dan lingkungan. Yang kedua, unsure-unsur sosial yang pokok yaitu norma/kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok sosial dan lapisan social itu. yang ketiga, proses social yakni pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan seperti pengaruh pendidikan seks itu bagi jiwa dan kepribadian anak. Keempat, perubahan sosial, yaitu segala perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, seperti nilai, sikap dan sebagainya.
F. Simpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan seks adalah merupakan usaha sadar untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang betul-betul matang (well adjusted) dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggungjawab, sehingga membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungan/masyarakatnya
2. Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex-instruction dan education in sexuality. Sex-instruction ialah penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta untuk dapat mengadakan hubungan interpersonal yang baik.
3. Pendidikan seks sewajarnya dimulai dari awal tahun kelahiran anak sampai menjelang dewasa, sehingga terjadinya proses pendewasaan bagi anak.
4. Agama Islam (menurut pandangan Islam) pendidikan seks sesungguhnya merupakan sebuah keharusan yang diberikan kepada anak, yang diharapkan akan memberikan makna positif bagi anak, sehingga dalam menghadapi kehidupan berkeluarga akan menjadi lebih baik dan bahagia.
Sumber kutipan:
1. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
2. H. Hamka Abdul Aziz, Pendidikan karakter berpusat pada hati, Al Mawardi, Jakarta, 2010.
3. Al Qur’an digital versi 2,0
Mari Bersalawat kepada Nabi Muhammad saw.
Shalawat merupakan sebuah keharusan yang sangat dianjurkan untuk membacanya dan mengamalkannya. Perintah bershalawat disampaikan langsung oleh Allah SWT. Melalui kitab suci Al Qur’an. Firman Allah SWT. :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56)
Shalawat adalah jamak dari kata shalah artinya do’a dan memohon berkat. Shalawat orang yang beriman untuk Nabi adalah do’a mereka untuk beliau; shalawatnya malaikat untuk Nabi adalah permohonan ampun kepada Allah untuk beliau dan shalawat Allah SWT adalah rahmat dan sanjungan-Nya untuk Nabi di sisi malaikat-Nya. 1
Dari ayat tersebut diatas jelas sekali bahwa bershalawat atas Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah kewajiban yang sangat penting dan banyak memberikan faedah dan manfaat bagi orang yang membacanya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56)
Shalawat adalah jamak dari kata shalah artinya do’a dan memohon berkat. Shalawat orang yang beriman untuk Nabi adalah do’a mereka untuk beliau; shalawatnya malaikat untuk Nabi adalah permohonan ampun kepada Allah untuk beliau dan shalawat Allah SWT adalah rahmat dan sanjungan-Nya untuk Nabi di sisi malaikat-Nya. 1
Dari ayat tersebut diatas jelas sekali bahwa bershalawat atas Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah kewajiban yang sangat penting dan banyak memberikan faedah dan manfaat bagi orang yang membacanya.
Tugas Orangtua Terhadap Anak
Beberapa Tugas orangtua ketika bayi dalam kandungan antara lain:
1. Memeliahara suasana psikologis yang damai dan tenteram, agar secara psikologis janin dapat berkembang secara normal. Bayi yang dilahirkan dari keluarga broken home, akan mewarisi sifat-sifat atau karakter orang tua yang buruk;
2. Senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama bagi ibu, agar janinnya mendapat sinaran cahaya hidayah dari Allah swt; dan
3. Berdo’a kepada Allah swt. Terutama sebelum 4 bulan dalam kandungan, sebab masa-masa itu hukum-hukum perkembangan akan ditetapkan. (Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nusan Psikologis Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 101.
Tugas orangtua dari masa kelahiran sampai minggu keempat, antara lain.
1. Membacakan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri ketika anak baru dilahirkan (HR. Abu Ya’la dari Husein bin Ali)
2. Memotong akidah, dua kambing untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan.
3. Member nama yang baik, yaitu nama yang secara psikologis meningkatkan atau berkorelasi dengan perilaku yang baik.
4. Membiasakan hidup yang bersih dan suci
5. Member ASI sampai usia dua tahun (QS. 2: 233), selain memiliki komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, juga menambah keakraban, kehangatan, dan kasih sayang sang ibu dengan bayinya. (ibid, h. 104)
Tugas orangtua pada masa kanak-kanak (Thifhl), antara lain.
1. Bagaimana merangsang pertumbuhan berbagai potensi indera dan psikologis, seperti penglihatan dan pedengaran dan hati nurani.
2. Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih hidup yang baik, seperti dalam berbicara, makan, bergaul, penyesuaian diri dengan lingkungan, dan berperilaku.
3. Pengenalan aspek-aspek doctrinal agama, terutama yang berkaitan dengan keimanan.
4. Pendidikan pada fase ini dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (bergaul dengan orang lain).
Tugas orangtua pada masa kanak-kanak akhir (tamyiz), antara lain.
1. Merubah persepsi kongkrit menuju pada persepsi yang abstrak, misalnya persepsi mengenai ide-ide ketuhanan, alam akhirat, dsb.
2. Mengembangkan ajaran-ajaran normative agama melalui institusi sekolah, baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Sabda Nabi Saw. :”perintahkanlah anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkannya apabila berusia sepuluh tahun, dam pishkan ranjangnya” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan al hakim dari Abdullah Ibn Amar).
1. Memeliahara suasana psikologis yang damai dan tenteram, agar secara psikologis janin dapat berkembang secara normal. Bayi yang dilahirkan dari keluarga broken home, akan mewarisi sifat-sifat atau karakter orang tua yang buruk;
2. Senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama bagi ibu, agar janinnya mendapat sinaran cahaya hidayah dari Allah swt; dan
3. Berdo’a kepada Allah swt. Terutama sebelum 4 bulan dalam kandungan, sebab masa-masa itu hukum-hukum perkembangan akan ditetapkan. (Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nusan Psikologis Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 101.
Tugas orangtua dari masa kelahiran sampai minggu keempat, antara lain.
1. Membacakan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri ketika anak baru dilahirkan (HR. Abu Ya’la dari Husein bin Ali)
2. Memotong akidah, dua kambing untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan.
3. Member nama yang baik, yaitu nama yang secara psikologis meningkatkan atau berkorelasi dengan perilaku yang baik.
4. Membiasakan hidup yang bersih dan suci
5. Member ASI sampai usia dua tahun (QS. 2: 233), selain memiliki komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, juga menambah keakraban, kehangatan, dan kasih sayang sang ibu dengan bayinya. (ibid, h. 104)
Tugas orangtua pada masa kanak-kanak (Thifhl), antara lain.
1. Bagaimana merangsang pertumbuhan berbagai potensi indera dan psikologis, seperti penglihatan dan pedengaran dan hati nurani.
2. Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih hidup yang baik, seperti dalam berbicara, makan, bergaul, penyesuaian diri dengan lingkungan, dan berperilaku.
3. Pengenalan aspek-aspek doctrinal agama, terutama yang berkaitan dengan keimanan.
4. Pendidikan pada fase ini dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (bergaul dengan orang lain).
Tugas orangtua pada masa kanak-kanak akhir (tamyiz), antara lain.
1. Merubah persepsi kongkrit menuju pada persepsi yang abstrak, misalnya persepsi mengenai ide-ide ketuhanan, alam akhirat, dsb.
2. Mengembangkan ajaran-ajaran normative agama melalui institusi sekolah, baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Sabda Nabi Saw. :”perintahkanlah anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkannya apabila berusia sepuluh tahun, dam pishkan ranjangnya” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan al hakim dari Abdullah Ibn Amar).
PEMUDA DAN ETOS KERJA
Tahun ini peringatan Sumpah Pemuda bertepatan dengan bulan dimana terjadinya sebuah perubahan, yakni bulan reshaful nya Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Sesuai dengan pidato Bapak Presiden bahwa sesungguhnya Kabinet ini dijuluki dengan “kabinet kerja”. Tepat sekali kiranya penamaan itu, karena sebuah bangsa yang besarnya memerlukan orang-orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, tidak terkecuali para menteri dan para pemuda di negeri ini.
Pemuda identik dengan kekuatan atau energy, maksudnya adalah tidak dikatakan pemuda yang sesungguhnya jika hanya bisa berpangku tangan mengulurkan tangan kepada orang lain, apalagi mengandalkan orangtuanya, bermalasan tanpa kerja sedikitpun. Padahal kerja apapun asalkan halal akan memberikan makna yang sangat berarti bagi dirinya, keluarganya bahkan bagi negeri ini.
Pada rubrik yang sama pada tahun yang lalu penulis mengungkapkan bahwa peringatan Sumpah Pemuda ini bukan hanya sekadar ceremonial belaka, artinya harus memberikan makna yang berarti bagi negeri ini. Hari ini Bangsa Indonesia mengharapkan pemuda-pemudi yang kreatif, inovatif dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
“Syubbanul yaum rijalul gadi” (Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan) demikian kata-kata hikmah. Menjadi pemimpin masa depan, pemuda harus mempunyai etos kerja yang tinggi. Tidak ada pemimpin sekarang yang sukses tanpa perjuangan dimasa mudanya, demikian juga mencetak generasi yang berkualitas harus dimulai dari sekarang dan dipunggung pemuda pemudi harapan bangsa ini.
Hari ini di era globalisasi yang serba terbuka, persaingan perdagangan bebas yang semakin ketat baik pendidikan, industri dan lain-lain akan membuat bangsa ini akan terpuruk jika tidak mempunyai etos kerja yang tinggi. Pada kesempatan yang lalu sebuah TV swasta memberitakan petani-petani sayur di daerah Jawa terancam gulung tikar alias bangkrut disebabkan harga sayur lokal bersaing dengan harga sayur impor. Peranan generasi muda mempunyai andil yang sangat kompeten. Industri kreatif merupakan hal yang sangat penting dikembangkan, dan kualitas sesuatu menjadi sebuah tawaran yang menjadi pertimbangan. Banyaknya produk-produk impor akan menjadi akan pilihan konsumen, tentunya memberikan peluang baik bagi produk yang mempunyai kualitas dan mutu yang baik. Kesemuanya itu kualitas maupun mutu sebuah produk akan dihasilkan oleh orang-orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi disamping profesionalisme. Etos kerja tentunya akan diperoleh dan didapat oleh pemuda-pemudi harapan bangsa ini.
Hari ini, sekali lagi tugas berat ditangan generasi muda untuk memajukan bangsa ini yang serba terpuruk dari persebakbolaan yang tidak masuk pra piala dunia sampai persoalan perpolitikan negeri ini. Mari bangkit pemuda pemudi wujudkan cita-cita besar pendahulu kita pada moment “Kongres Pemuda tahun 1928” yang lalu.
Pemuda identik dengan kekuatan atau energy, maksudnya adalah tidak dikatakan pemuda yang sesungguhnya jika hanya bisa berpangku tangan mengulurkan tangan kepada orang lain, apalagi mengandalkan orangtuanya, bermalasan tanpa kerja sedikitpun. Padahal kerja apapun asalkan halal akan memberikan makna yang sangat berarti bagi dirinya, keluarganya bahkan bagi negeri ini.
Pada rubrik yang sama pada tahun yang lalu penulis mengungkapkan bahwa peringatan Sumpah Pemuda ini bukan hanya sekadar ceremonial belaka, artinya harus memberikan makna yang berarti bagi negeri ini. Hari ini Bangsa Indonesia mengharapkan pemuda-pemudi yang kreatif, inovatif dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
“Syubbanul yaum rijalul gadi” (Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan) demikian kata-kata hikmah. Menjadi pemimpin masa depan, pemuda harus mempunyai etos kerja yang tinggi. Tidak ada pemimpin sekarang yang sukses tanpa perjuangan dimasa mudanya, demikian juga mencetak generasi yang berkualitas harus dimulai dari sekarang dan dipunggung pemuda pemudi harapan bangsa ini.
Hari ini di era globalisasi yang serba terbuka, persaingan perdagangan bebas yang semakin ketat baik pendidikan, industri dan lain-lain akan membuat bangsa ini akan terpuruk jika tidak mempunyai etos kerja yang tinggi. Pada kesempatan yang lalu sebuah TV swasta memberitakan petani-petani sayur di daerah Jawa terancam gulung tikar alias bangkrut disebabkan harga sayur lokal bersaing dengan harga sayur impor. Peranan generasi muda mempunyai andil yang sangat kompeten. Industri kreatif merupakan hal yang sangat penting dikembangkan, dan kualitas sesuatu menjadi sebuah tawaran yang menjadi pertimbangan. Banyaknya produk-produk impor akan menjadi akan pilihan konsumen, tentunya memberikan peluang baik bagi produk yang mempunyai kualitas dan mutu yang baik. Kesemuanya itu kualitas maupun mutu sebuah produk akan dihasilkan oleh orang-orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi disamping profesionalisme. Etos kerja tentunya akan diperoleh dan didapat oleh pemuda-pemudi harapan bangsa ini.
Hari ini, sekali lagi tugas berat ditangan generasi muda untuk memajukan bangsa ini yang serba terpuruk dari persebakbolaan yang tidak masuk pra piala dunia sampai persoalan perpolitikan negeri ini. Mari bangkit pemuda pemudi wujudkan cita-cita besar pendahulu kita pada moment “Kongres Pemuda tahun 1928” yang lalu.
dibalik makna plat mobil Z 4014 H
Ketika penulis berangkat ke sekolah menuju kota Paringin Rabu 28/4/2010, tepat di sekitar jalan raya desa Teluk Masjid / Layap penulis melihat sebuah kendaraan yang sangat berbeda dengan kebanyakan kendaraan yang lalu lalang. Sepeda motor tersebut berpretil dan mempunyai bernomor polisi Z 4014 H entah plat mana penulis tidak tahu persis, yang pasti saat itu penulis teringat firman Allah dalam Surah (Al Mukmin/40 ayat 14 yang berbunyi :
14. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).
Masya Allah, sungguh Allah Maha Agung dengan segala firman-Nya. Mungkin ini sebuah pelajaran bagi penulis bahwa ketika Beribadah kepada Allah harus senantiasa menyucikan diri dengan ikhlas kepada-Nya walaupun adanya kebencian dari sifat-sifat kekafiran.
Disamping itu, juga memberikan peringatan kepada penulis bahwasanya ketika melaksanakan aktifitas baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial harus dilandasi dengan keikhlasan tulus kepada Allah SWT.
Allahu Akbar !!!
14. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).
Masya Allah, sungguh Allah Maha Agung dengan segala firman-Nya. Mungkin ini sebuah pelajaran bagi penulis bahwa ketika Beribadah kepada Allah harus senantiasa menyucikan diri dengan ikhlas kepada-Nya walaupun adanya kebencian dari sifat-sifat kekafiran.
Disamping itu, juga memberikan peringatan kepada penulis bahwasanya ketika melaksanakan aktifitas baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial harus dilandasi dengan keikhlasan tulus kepada Allah SWT.
Allahu Akbar !!!
Selasa, 10 Januari 2012
Menggagas Guru Profesional
Guru adalah tokoh yang paling utama dalam membimbing anak di sekolah dan memperkembangkan anak didik agar mencapai kedewasaan (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 72). Oleh karena itu, hal yang pertama diperhatikan guru agar dapat menarik minat anak didik penampilan guru harus mampu menjadi seseorang yang berkesan dan berwibawa.
Disamping itu, guru merupakan orang yang bertanggung jawab memberikan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewaaan (Nur Uhbiyati, 1997: 71).
Jadi jelas sekali bahwa yang dimaksud guru adalah orang yang mempunyai kemampuan dan profesi sebagai pendidik atau pengajar yang mampu membawa anak didik kepada kematangan dan kedewasaan.
Sehubungan dengan itu, guru sebagai tenaga professional memerlukan pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik guru yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebab kode etik ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri (sardiman, A. M., 2000: 149).
Penampilan seorang guru sangat mempengaruhi sikap mental pribadi anak didik, karena guru merupakan teladan bagi anak didik, sehingga semua gerakan dan tindakannya akan diamati bahkan ditiru oleh anak didik.
Penampilan guru adalah suatu cara atau perbuatan yang dilakukan oleh guru pada saat mengajar (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 92). Penampilan seorang guru bukan hanya dari segi pakaiannya saja akan tetapi meliputi perilakunya. Tetapi dari cara ia memberikan pengajaran di kelas, yakni “menggunakan keterampilan mengajar seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran, dan menggunakan metode yang bervariasi. Keterampilan menjelaskan dan lain-lain, karena dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan sebagai besar faktor keberhasilan proses belajar mengajar. Untuk itu guru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan proses belajar mengajar” (Sardiman, AM, 2000: 128).
Jadi jelas sekali dengan penampilan yang meyakinkan dan dapat membawa anak kearah kedewasaan. Seseorang yang dikatakan dewasa harus memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat dicontoh oleh orang lain yaitu siswa. Bersifat sabar, disiplin, sopan dan ramah, hal yang penting adalah dapat mengendalikan gejolak emosionalnya. Orang dewasa akan senantiasa tidak emosional, tetapi lebih rasional, bijak dan realistis dalam berbagai tindakan dan perbuatannya (Sardiman Am, 2000: 128).
Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai sifat-sifat yang dapat membawa anak didik kepada kedewasaan yakni (1) kesabaran, (2) kewibawaan, (3) penggembira, (4) manusiawi, dan (5) berakhlak mulia.
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan, apalagi seorang guru sebagai pendidik. Sifat sabar perlu dimiliki oleh guru baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil dari jerih payahnya, karena hasil pengajaran tidak selalu segera tampak, anak-anak tidak selalu segera mengerti maksud guru, sering kali guru kecewa, yang tidak sabar akan memperbaiki keadaan itu bahkan memburukkan guru yang tidak sabar akan mengejek atau mencela
Guru juga harus memiliki sifat kewibawaan. Kewibawaan merupakan sifat yang harus dimiliki oleh guru untuk member pengaruh, sehingga mendorong anak didik untuk mematuhinya. Namun kepatuhan tersebut diterima secara sukarela dan bukan atas dasar tekanan atau ancaman. Dengan demikian kewibawaan merupakan potensi rohaniah yang dimiliki oleh seorang pendidik sehingga anak didik menerima kekuasaan dan perintahnya atas dasar sikap patuh karena kesadaran. Jadi, tanpa adanya kewibawaan pada guru, anak hanya akan menuruti kehendak pada guru, anak didik hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau kesadaran dalam dirinya (Jalaludin & Ali, 1995: 100).
Juga, guru harus memiliki sifat penggembira, sikap ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara lain ia akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar dan anak-anak tidak lekas bosan atau merasa lelah.
Sedangkan sifat manusiawi juga merupakan salah satu sikap seorang guru, karena guru adalah manusia yang tak lepas dari kekurangan, ia juga bukan manusia yang sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat kekurangannya sendiri dan segera memperbaikinya. Dengan demikian pandangannya tidak picik terhadap kelakukan manusia umumnya dan anak-anak khususnya, ia dapat melihat perbuatan yang salah menurut ukuran yang sebenarnya, member hukuman yang adil dan suka memaafkan apabila anak itu insyaf akan kesalahannya. (Zakiah Daradjat, 1996: 43).
Terakhir, guru harus memiliki sifat dan sikap mulia, dalam arti berakhlak mulia. Akhlak mulia atau akhlakul karimah merupakan sifat yang paling penting dan wajib dimiliki oleh seorang guru. Karena dengan akhlak mulia, anak didik akan mampu menjadi anak yang berakhlak mulia juga.
Sumber Rujukan:
1. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1984)
2. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka setia, 1997).
3. Jalaludin & Ali, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya, Putra Al Ma’arif, 1995)
4. Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Jorong, 8 Januari 2012.
Disamping itu, guru merupakan orang yang bertanggung jawab memberikan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewaaan (Nur Uhbiyati, 1997: 71).
Jadi jelas sekali bahwa yang dimaksud guru adalah orang yang mempunyai kemampuan dan profesi sebagai pendidik atau pengajar yang mampu membawa anak didik kepada kematangan dan kedewasaan.
Sehubungan dengan itu, guru sebagai tenaga professional memerlukan pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik guru yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebab kode etik ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri (sardiman, A. M., 2000: 149).
Penampilan seorang guru sangat mempengaruhi sikap mental pribadi anak didik, karena guru merupakan teladan bagi anak didik, sehingga semua gerakan dan tindakannya akan diamati bahkan ditiru oleh anak didik.
Penampilan guru adalah suatu cara atau perbuatan yang dilakukan oleh guru pada saat mengajar (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 92). Penampilan seorang guru bukan hanya dari segi pakaiannya saja akan tetapi meliputi perilakunya. Tetapi dari cara ia memberikan pengajaran di kelas, yakni “menggunakan keterampilan mengajar seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran, dan menggunakan metode yang bervariasi. Keterampilan menjelaskan dan lain-lain, karena dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan sebagai besar faktor keberhasilan proses belajar mengajar. Untuk itu guru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan proses belajar mengajar” (Sardiman, AM, 2000: 128).
Jadi jelas sekali dengan penampilan yang meyakinkan dan dapat membawa anak kearah kedewasaan. Seseorang yang dikatakan dewasa harus memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat dicontoh oleh orang lain yaitu siswa. Bersifat sabar, disiplin, sopan dan ramah, hal yang penting adalah dapat mengendalikan gejolak emosionalnya. Orang dewasa akan senantiasa tidak emosional, tetapi lebih rasional, bijak dan realistis dalam berbagai tindakan dan perbuatannya (Sardiman Am, 2000: 128).
Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai sifat-sifat yang dapat membawa anak didik kepada kedewasaan yakni (1) kesabaran, (2) kewibawaan, (3) penggembira, (4) manusiawi, dan (5) berakhlak mulia.
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan, apalagi seorang guru sebagai pendidik. Sifat sabar perlu dimiliki oleh guru baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil dari jerih payahnya, karena hasil pengajaran tidak selalu segera tampak, anak-anak tidak selalu segera mengerti maksud guru, sering kali guru kecewa, yang tidak sabar akan memperbaiki keadaan itu bahkan memburukkan guru yang tidak sabar akan mengejek atau mencela
Guru juga harus memiliki sifat kewibawaan. Kewibawaan merupakan sifat yang harus dimiliki oleh guru untuk member pengaruh, sehingga mendorong anak didik untuk mematuhinya. Namun kepatuhan tersebut diterima secara sukarela dan bukan atas dasar tekanan atau ancaman. Dengan demikian kewibawaan merupakan potensi rohaniah yang dimiliki oleh seorang pendidik sehingga anak didik menerima kekuasaan dan perintahnya atas dasar sikap patuh karena kesadaran. Jadi, tanpa adanya kewibawaan pada guru, anak hanya akan menuruti kehendak pada guru, anak didik hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau kesadaran dalam dirinya (Jalaludin & Ali, 1995: 100).
Juga, guru harus memiliki sifat penggembira, sikap ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara lain ia akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar dan anak-anak tidak lekas bosan atau merasa lelah.
Sedangkan sifat manusiawi juga merupakan salah satu sikap seorang guru, karena guru adalah manusia yang tak lepas dari kekurangan, ia juga bukan manusia yang sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat kekurangannya sendiri dan segera memperbaikinya. Dengan demikian pandangannya tidak picik terhadap kelakukan manusia umumnya dan anak-anak khususnya, ia dapat melihat perbuatan yang salah menurut ukuran yang sebenarnya, member hukuman yang adil dan suka memaafkan apabila anak itu insyaf akan kesalahannya. (Zakiah Daradjat, 1996: 43).
Terakhir, guru harus memiliki sifat dan sikap mulia, dalam arti berakhlak mulia. Akhlak mulia atau akhlakul karimah merupakan sifat yang paling penting dan wajib dimiliki oleh seorang guru. Karena dengan akhlak mulia, anak didik akan mampu menjadi anak yang berakhlak mulia juga.
Sumber Rujukan:
1. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1984)
2. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka setia, 1997).
3. Jalaludin & Ali, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya, Putra Al Ma’arif, 1995)
4. Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Jorong, 8 Januari 2012.